Thursday, June 11, 2020

SELAMAT MENEMPUH 'HIDUP BARU'


Pandemi belum usai. Terasa atau tidak terasa, tiga bulan tlah berlalu. 
Masker - masker masih bertebaran dimana - mana. Di jalanan, di tempat perbelanjaan, apalagi di rumah - rumah sakit dan pusat layanan kesehatan. 

Masker - masker itu masih menutup wajah - wajah anak manusia. Tanpa peduli apapun pangkat dan jabatannya. 

Senyum - senyum ramah yang biasa nampak, kini harus bersembunyi dibalik masker beraneka rupa. Masker bedah, masker kain, maupun masker N sembilan lima. 

Sukarela, ataupun terpaksa!

Normal baru. Hidup baru. Apalah itu namanya. Setiap manusia di muka bumi, kini harus menghadapi kenyataan. Siap atau tidak siap. 

Kenyataan ada di hadapan kita. Tak ada satupun yang tahu kapan bencana corona akan sirna. Kecuali Allah Azza wajala. Kita, manusia, memang makhluk tak berdaya. Hanya Tuhan Maha segalanya. 

Cuci tangan, jaga jarak dan maskeran, kini menjadi rutinan. Dimana saja. Kapan saja. Yang dulu dianggap aneh, kinipun terbiasa. 

Masker dan hand sanitizer menjadi barang yang paling dicari di jaman ini. Bahkan harganya pernah melambung tinggi. Pun, susah dicari! 


Alhamdulillah, kini mulai mereda. Persediaan hand sanitizer, kini banyak kita temukan di apotik - apotik dan tempat - tempat belanja. Melimpah ruah. Tinggal pilih merk apa dan aroma apa. 

Hidup baru. Ya ini kehidupan baru. Tapi bukan hidup baru ala penganten. 

Kehidupan baru ala penganten, pinginnya berdekatan. Kehidupan baru ala corona, pinginnya berjauhan. 

Kehidupan baru ala penganten, pinginnya cuci rambut terus. Kehidupan baru ala corona, pinginnya cuci tangan terus. 

Kehidupan baru ala penganten, senyumnya merona. Kehidupan baru ala corona, senyumnya tak kasat mata. 

Berdamai, beradaptasi, apalah itu namanya. Sekarang dan berbulan - bulan kedepan. New normal akan kita hadapi dan alami bersama. Rela atau terpaksa.

Memang berat terasa. Tapi apa mau dikata. 

Penerbangan yang biasanya penuh 100 persen, kini harus rela 50 - 70 persen saja. Tentu demi kesehatan dan kemaslahatan bersama. Roda ekonomi harus terus berputar. 

Sekolah - sekolah yang tadinya ramai di dunia nyata, kini harus ramai di dunia maya. Seminar - seminar online bertebaran dimana - mana. Tak berbayar, banyak pula. 

Terima kasih untuk Mark Zuckerberg yang telah memfasilitasi kita semua di era pandemi melalui aplikasi whatsapp, facebook, dan instagram miliknya. Hari - hari kita seolah tak bisa lepas dari bermacam percakapan pribadi dan grup WA. Status, like dan komen di laman FB. Posting foto, like dan story di IG. 

Terima kasih untuk Marc Yuan yang telah memfasilitasi kita semua melalui aplikasi zoom miliknya. Banyak sekali pengetahuan baru yang kita dapatkan melalui media ini. Seminar online menjamur. Pagi, siang, malam. Sampai susah untuk memilih dan mengikutinya. 

Jarak bukan lagi penghalang. Siapa saja bisa ikutan. Yang penting baterai gadget penuh dan data internet lancar. 

Normal baru akan menjadi peluang baru bagi orang - orang yang tahu. Selalu ada hikmah dibalik musibah. Percayalah! 

Dukhan, 11 Juni 2020
Sugeng R. Bralink

Photo by Kareem El Dabbath (Al Wahda Arches- Doha).

No comments:

Post a Comment