Saturday, May 25, 2019

Ngaji Idhotun Nasyiin: #5 Ikhlas



Al 'amalu jismun rukhuhu al ikhlas_
Ruhnya amal badan itu ikhlas

Amal yang tidak ikhlas itu seperti mayat. Seperti badan tanpa ruh. Tidak bisa apa-apa. Tidak bisa gerak. Tidak ada manfaatnya.

Seringkali melihat kaum yang beramal akan tetapi tidak berpengaruh baik pada amalnya tersebut. Sehingga tidak mendapat pertolongan Allah. Maka seringkali gagal. 

Syaikh Musthofa mengibaratkan seperti seseorang yang hanya 'nyemplung' ke laut yang dangkal. Hanya berada di tepian. Tidak dalam. Padahal mutiara itu terletak di tengah laut. Dalam. Sejatinya tidak ada sebab apapun kecuali ikhlas. Tidak adanya ikhlas yang jadi petunjuknya. Tidak dipimpin oleh keikhlasan. 

Karena sejatinya tidak mengamalkan kecuali hanya untuk mendapatkan sesuatu. Materi, kedudukan atau mencari kemuliaan yang maya. 

Kenapa orang yang bekerja tidak ikhkas banyak yang gagal? Apa rahasianya? 

Friday, May 17, 2019

Ngaji Idhotun Nasyiin: #4 An Nifak


Ramadhan terus berlalu. Pergi meninggalkan kita. Mari kita lanjutkan ngaji bareng Gus Mus. Kali ini topiknya tentang An Nifak. Kemunafikan. Nifak itu antara yang dilahirkan (kenyataan) dengan yang ada di dalam hati tidak sama.
Gus Mus mencontohkan tentang seseorang yang kedatangan seorang tamu. Tamunya lama tak pulang-pulang. Segala macam hidangan sudah disajikan, dimakannya dengan lahap oleh si tamu tersebut. Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon, sampe-sampe si tuan rumah tak punya kesempatan untuk berbicara.
Ketika tiba saatnya si tamu pamit mau pulang, si tuan rumah malah menjawab "Kok keseso mawon (kok tergesa-gesa)." Nah yang begini ini namanya nifak.
Dalam zaman Nabi Muhamamd SAW, dicontohkan ketika seseorang bersyahadat, tapi di dalam hatinya tidak. Diluarnya mengikuti Nabi, akan tetapi di dalam hatinya memusuhi Nabi. Biasanya orang seperti ini pengecut (tidak berani). Jadi gandhengane kemunafikan itu dengan kepengecutan.
Kalau yang berani, "sampeyan iku kit mau ngoceh
wae kok lagi muni wangsul sakniki, monggo ndang minggat (anda ini dari tadi berbicara terus kok tiba-tiba ingin pamit pulang, sana pergi!)" tapi karena takut jadi nggak enak. Hehhe

Thursday, May 16, 2019

Ngaji Idhotun Nasyiin: #3 Sabar



Alhamdulillah wasyukrulillah, hari ini memasuki Ramadhan hari ke-4. Kali ini saya akan melanjutkan merangkum ngaji bareng Gus Mus, ngaji kitab Idhotun Nasyiin. Topik ketiga berjudul AshShobru. Sabar.

Tabah menghadapi kegentingan-kegentingan itu namanya orang yang berakal. Dengan sepenuh tekad. Seperti orang yang diikat dirinya sendiri. Ketika menghadapi kegentingan tak akan lari.
Tidak menghadapi dengan panik. Tidak gelisah. Menghadapi dengan tenang. Yang seperti ini disebut dengan 'Nafsul 'Aqila'. Jiwa yang aqil. Suatu karakter 'Malakah'. Tenang. Malakah adalah karakter yang mendarah daging.

Gus Mus mencontohkan, ketika seseorang sudah paham tentang Nahwu Shorof, jika ada yang berbjcara "Jaa Zaidan", maka dengan serta merta menyampaikan yang disampaikan orang tersebut tidak benar.

Contoh berikutnya (sambil bercanda), seperti orang Indonesia, ketika bicara urusan dunia, orang Indonesia itu malakah.

Nafsu aqila itu tidak 'grusa grusu'. Ketika mendapatkan cobaan, dia mencoba menetralisir dengan tenang. Tidak gugup. Tidak panik. Ketika cobaan datang bertubi-tubi, ditolak dengan santai.

Wednesday, May 08, 2019

Ngaji Idhotun Nasyiin: #2 Berani



Tulisan ini merangkum pengajian Idhotun Nasyiin episode kedua. Disampaikan langsung oleh Mbah Yai Mustofa Bisri. Judul topiknya Al Iqdam.

Al Iqdam, asal kata Aqdama, artinya maju, berani.

Manusia itu diciptakan oleh Allah supaya bisa menjaga kelangsungan hidupnya. Di seluruh penjuru bumi. Memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada. Selalu berusaha untuk mendapatkan suatu kemanfaatan.

Manusia itu khalifah di muka bumi. Manusia harus berusaha untuk mendapatkan kebaikan, baik untuk dirinya, maupun bangsanya.

Semua itu tidak akan pernah ada terkecuali dengan adanya keberanian. Berani maju. Seperti beraninya para generasi salaf.

Gus Mus menyitir bahwasannya generasi sekarang sering membicarakan tentang kejayaan ulama salaf. Menceritakan sebagai sebuah kebangaan. "Dulu jaman keemasan islam, gini, gini... dan seterusnya..." Islam yang menguasai dunia, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.

Monday, May 06, 2019

Ngaji Idhotun Nasyi'in: #1 Muqoddimah




Ahlan wa sahlan Ramadhan Kareem. Selamat datang Ramadhan mulia. Semoga kita senantiasa istiqomah untuk mengisi Ramadhan tahun ini dengan amal sholeh.

Memulai ramadhan hari pertama di tahun 1440 Hijriyah (2019 Masehi) saya mencoba meluangkan waktu untuk menuliskan isi pengajian kitab Idhotun Nasyiin yang disampaikan oleh Mbah Kyai Mustofa Bisri, yang sering disapa dengan panggilan Gus Mus.

Pengajian ini bisa disimak di Youtube, nama channelnya, Gus Mus Channel.

Sebelum memulai pengajian, Gus Mus membaca do'a di hadapan para santrinya. Beliau duduk di kursi. Di hadapan beliau terdapat satu meja kecil sebagai tempat menaruh kitab dan alat perekam suara.

Mari kita mulai ke isi pengajian.

Friday, April 26, 2019

Kita, Indonesia


Semalam menjadi agenda rutin silaturahmi warga, yang dilanjutkan dengan pengajian. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak berpuluh tahun yang lalu. Mungkin sejak komunitas Indonesia di Dukhan eksis.

Tahun demi tahun, jumlah warga bertambah, namun di waktu yang lain jumlahnya juga berkurang. Bisa karena resign, retired, PHK, dan ada juga yang telah pergi mendahului kita. Memenuhi panggilan Allah Azza Wajala. 

Suasana semalam begitu indah. Acara bertempat di kediaman Pak Tri Novaldi. Muqoddimah disampaikan langsung oleh Ketua komunitas kita, Pak Raflin. 

Pak Ketua menyampaikan bahwa kita warga Indonesia di Qatar adalah warga pendatang. Kita sama-sama merantau. Jauh dari tanah air kita tercinta, Indonesia. Maka dari itu beliau mengingatkan kita semua untuk senantiasa menjaga kebersamaan. Menjaga persatuan dan kesatuan. Itu semua adalah untuk menjaga nama baik bangsa kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Tuesday, April 23, 2019

3 KALI PEMILU DI QATAR




Tahun ini adalah tahun ketiga saya mengikuti pesta demokrasi di Qatar. Ini bukan pesta demokrasinya negara Qatar, melainkan pesta demokrasinya Rakyat Indonesia yang numpang pelaksanaanya di Qatar. 

Tahun pertama saya ikut pemilu di Qatar di tahun 2009. Ketika itu saya masih berada di tahun pertama sebagai warga perantau di Timur Tengah. Pemilu kedua yang saya ikuti adalah pada pemilu tahun 2014. Kemudian pemilu di tahun ini.

Dari tiga kali pemilu yang saya ikuti di Qatar, Alhamdulillah semua berjalan lancar, aman dan damai. Momen pesta demokrasi di negara orang adalah momen kebanggaan bagi saya khususnya, dan saya yakin bagi seluruh Diaspora Indonesia di Qatar. 

Kenapa demikian? Karena kita sebagai tamu di negeri Qatar tapi masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan pemilu. Padahal yang namanya pemilu itu mempunyai bermacam risiko yang bisa mengancam keamanan. Alhamdulillah negara Qatar memberikan kepercayaan kepada Bangsa Indonesia untuk menggelar pemilu. Perlu diketahui bahwa tidak semua negara-negara yang warganya tinggal di Qatar diberikan kesempatan yang sama seperti yang diterima oleh Negara Indonesia. 

Inilah sebuah kepercayaan yang harus kita jaga bersama, khususnya oleh semua Diaspora Indonesia di Qatar dimanapun berada, dimanapun bekerja, apapun pekerjaanya, tanpa kecuali.