Minggu ketiga Juni lalu, saya sedianya terbang ke negeri seberang. Uji PCR menjadi salah satu syarat wajib yang harus saya jalani. Jam 08:00 pagi saya mendaftar, jam 08:30 saya diambil sampel, dan jam 15:00 hasil PCR keluar.
Untuk mengambil hasil PCR, saya harus menyetir kendaraan sekira 30 menitan. Singkat kata, saya berada di ruang pengambilan hasil. Saya menuju ke loket dan menanyakan ke petugas. Tanpa jeda lama, petugas loket menyerahkan sebuah amplop tertutup berwarna coklat.
Begitu saya buka amplop itu, selembar kertas putih terlipat rapi. Saya buka perlahan, dan mata saya langsung tertuju pada tulisan tebal berwarna merah, POSITIF. Ya, saya positif Covid-19. Innalillah walhamdulillah.
Seketika itu, pikiran saya buyar. Saya sempat berpikir untuk menanyakan ke petugas loket, tapi saya batalkan. Karena di kertas hasil tersebut tertulis RAHASIA.
Saya pun segera mengubungi istri di rumah dan memberitahu bahwa hasil PCR positif. Kaget! wajar saja. Karena saya sekeluarga tak ada keluhan apa - apa. Kami sehat saja selama tinggal bersama lebih dari sebulan terakhir.
Sejak sore itu, saya pun langsung mengisolasi mandiri di rumah. Saya berada di kamar terpisah dengan istri dan anak - anak. Keesokan harinya, istti dan anak - anak melakukan uji PCR. Semuanya positif. Kami pun bersepakat untuk menjalani isolasi mandiri untuk 10 hingga 14 hari kedepan.
Nah! Disini saya akan berbagi pengalaman kami selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Saya merasakan hidup bak burung dalam sangkar😊. Badan sehat tanpa keluhan apa - apa, namun tak bisa kemana - mana karena terkena covid-19.
Berikut 6 tips yang kami lakukan selama isolasi mandiri dan barangkali bermanfaat bagi yang membacanya atau sedang menjalaninya:
1. Tenang, semangat dan bahagia.
Setelah menerima hasil positif covid, psikologis menjadi yang paling terdampak pertama kali. Bagaimana tidak, persiapan perjalanan lintas negara yang sudah saya persiapkan jauh - jauh hari, dengan amat terpaksa harus dibatalkan dan dijadwal ulang. Alhamdulillah ada seorang kawan yang baik hati membantu jadwal ulang tiket pesawat saya.
Apa saya alami, bersikap tenang adalah resep jitu untuk mengatasi masalah. Selain itu, untuk meningkatkan imun, kita juga harus tetap semangat dan bahagia. Seperti nasihat Ibnu Sina, kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah separuh kesembuhan.
2. Komunikasi internal dan eksternal
Isolasi mandiri artinya kita mengisolasi diri dari lingkungan sekitar. Sesuatu yang tak seharusnya dilakukan ketika kita dalam kondisi normal. Namun karena virus corona yang sedang melekat dalam diri maka isolasi adalah cara terbaik untuk mencegah penularan ke orang lain.
Sebelum saya tiba di rumah selepas mengambil hasil PCR, istri saya sudah mengkomunikasikan ke anak - anak tentang isolasi mandiri yang akan dijalani. Sehingga begitu saya tiba di rumah, mereka pun sudah sangat paham. Saya langsung masuk ke kamar dan mengisolasi diri.
Kemudian saya juga memberikan update kondisi saya ke supervisor di tempat kerja. Walau agak telat, kami pun memberikan update ke pihak bertanggung jawab di kelurahan dan puskesmas di wilayah kami. Hingga di akhir karantina, saya mendapatkan surat telah menjalani karantina dan surat keterangan sehat dari instansi kesehatan terkait. Kedua dokumen ini kemudian saya serahkan ke penanggung jawab di tempat kerja.
3. Upaya - upaya meningkatkan imun
Kondisi psikologis memang sangat penting, namun upaya fisik juga tak kalah penting. Makan minum cukup, istirahat cukup, dan olahraga teratur menjadi tiga upaya fisik yang sangat penting di saat isolasi.
Untuk urusan olahraga, kami melakukan senam di dalam rumah sambil memutar video senam di TV. Semua gembira dan bahagia. Keringatpun bercucuran.
Alhamdulillah, selama isoman, kerabat dan kawan memberi dukungan dan bantuan. Ada yang membantu belanja kebutuhan harian di pasar, ada yang mengirim makanan matang, ada yang mengirim vitamin/suplemen, ada yang mengirim susu beruang, ada yang mengirim cemilan, dan rupa - rupa kiriman lainnya. Terima kasih untuk semua yang peduli kepada kami.
4. Monitoring suhu badan dan saturasi oksigen
Alhamdulillah, ketika kami sekeluarga dinyatakan positif covid, kami tak mempunyai keluhan apa - apa. Akan tetapi kami tetap melakukan monitoring suhu badan dan saturasi oksigen setiap hari.
5. Upaya ruhaniyah
Ketika semua upaya jasmani sudah kita lakukan, maka di saat yang bersamaan kami juga menyerahkan semua ini pada Sang Maha Pencipta. DariNya semua berasal dan kepadaNya kami memohon pertolongan.
Sebagai keluarga muslim, ibadah sholat kami jalani seperti biasa, kami sertai juga dengan membaca Qur'an, memperbanyak istighfar dan memperbanyak sholawat nabi.
Bagi yang beragama lain, beribadah, mendekat dan bermohonlah kepada Tuhan.
Kelima upaya diatas kami jalani, dan Alhamdulillah di hari kesebelas, istri dan anak - anak menjalani uji PCR ulang, alhamdulillah semua negatif. Kemudian di hari kelimabelas, sekalian persiapan keberangkatan saya melakukan uji PCR. Alhamdulillah negatif juga.
Bagi teman - teman saya dimanapun berada, covid-19 masih ada di sekitar kita. Ikuti terus protokol kesehatan yang ada. Luangkan waktu berolahraga. Perbanyak istighfar dan sholawat bagi anda yang muslim. Bagi yang beragama lain, tingkatkan ibadah sesuai agama yang anda yakini.
Dukhan, 22 Juli 2021
Foto: hanya ilustrasi saja (bukan endorse)😊
No comments:
Post a Comment