Ahlan wa sahlan Ramadhan
Kareem. Selamat datang Ramadhan mulia. Semoga kita senantiasa istiqomah untuk
mengisi Ramadhan tahun ini dengan amal sholeh.
Memulai ramadhan hari
pertama di tahun 1440 Hijriyah (2019 Masehi) saya mencoba meluangkan waktu
untuk menuliskan isi pengajian kitab Idhotun Nasyiin yang disampaikan oleh Mbah
Kyai Mustofa Bisri, yang sering disapa dengan panggilan Gus Mus.
Pengajian ini bisa disimak
di Youtube, nama channelnya, Gus Mus Channel.
Sebelum memulai pengajian,
Gus Mus membaca do'a di hadapan para santrinya. Beliau duduk di kursi. Di
hadapan beliau terdapat satu meja kecil sebagai tempat menaruh kitab dan alat
perekam suara.
Mari kita mulai ke isi
pengajian.
Kitab Idhotun Nasyiin
ditulis oleh seorang sastrawan dan juga wartawan. Nama beliau Syaikh Mustofa Al
Ghulayini. Nama lengkapnya Mustofa bin Muhammad bin Salim bin Muhyiddin bin
Mustofa Al Ghulayini.
Beliau lahir di Beirut. Ada
yang menyebut lahir pada tahun 1885 M, ada yang menyebutnya lahir pada tahun
1886 M. Wafat pada tahun 1994 M. Beliau pernah belajar di Mesir, menjadi
santrinya Syekh Muhammad Abduh.
Syekh Mustafa Al Ghulayini
adalah pengasuh rubrik Al Mufit. Sebuah rubrik yang tampil di sebuah koran.
Pada jaman Belanda, kitab ini dilarang. Menurut Gus Mus, kitab ini dilarang di
jaman Belanda karena kita ini mampu mengobarkan patriotisme. Walaupun dilarang,
kitab ini banyak dikaji oleh para Kyai di pondok pesantren. Yang notabene
lokasinya berada di kampung-kampung. Maka banyak sekali muncul para pejuang
dari pondok pesantren kala itu.
Dalam muqoddimahnya, Syekh
Mustafa mengawali dengan menulis Basmalah, kemudian dilanjutkan dengan menulis
surah al fatihah. Sebagai bentuk pujian kehadirat Allah Azza Wajala. Di akhir
setiap rubrik, penulis membubuhkan tanda tangan dengan nama Abu Fayad.
Rubrik Al Mufit ini
ditujukan untuk para generasi muda. Seiring berjalannya waktu, rubrik almufit
mendapatkan penerimaan yang bagus dari para pembacanya. Berangkat dari situ,
banyak orang yang menyarankan agar tulisan dalam rubrik tersebut dibukukan. Hal
ini bermaksud agar yang tidak berlangganan koran bisa turut membacanya.
Dalam muqoddimahnya, Syekh
Mustofa ber-azzam menyiarkan Idhotun Nasyiin ke para pemuda bangsa supaya
menjadi pelita dan petunjuk.
Kalimat penutup dalam
muqoddimahnya, Wallohul muwafiq, 1913 M/1331 H.
Pendahuluan Kitab.
Wahai teman-teman (para
pemuda) yang baru tumbuh, Idhotun Nasyiin ini adalah nasihat yang manfaat
(Idhotun Nafi'a). Mutiara-mutiara yang cemerlang.
Mutiara-mutiara yang
tersusun rapi layaknya kalung mutiara. Yang didalam setiap senar-senarnya
terkandung pelajaran. Tersebar faidahnya dengan pena hikmah. Yang menunjukkan
nasihat ke jalan yang tegak dengan metode yang bijaksana. Yang menunjukkan
manusia, yang mau mengamalkan menuju jalan yang lurus.
Yang mendahului apa yang
beliau lakukan adalah ikhlas. Niat beliau untuk memberi petunjuk pada generasi
muda. Penulis idhotun nasyiin memberi perumpamaan tentang burung yang mempunyai
sayap. Kitab ini topiknya bermacam-macam. Ada topik sosial, akhlak, adab,
hikmah dan lainnya.
Gus Mus menambahkan
penjelasannya bahwa ketika mempunyai sayap, sudah barang tentu memiliki iga.
Sayap-sayap yang mengandung bermacam pelajaran, begitupun yang terkandung dalam
iga, bermacam pula.
Idhotun Nasyiin diumpamakan
sebagai wadah yang memiliki bermacam pelajaran. Yang pertama, Ja'bah (wadah
anak panah), mengandung makna bahwa idhotun nasyiin berguna sebagai senjata
untuk berjuang.
Yang kedua, kinanah (wadah
tombak). Wadah bermacam nasihat yang sangat bermanfaat bagi generasi muda untuk
melawan pasukan khumul. Gus Mus menjelaskan bahwa khumul itu bermalas-malasan.
Tidak punya semangat dan harapan. Kalau bisa saya tambahkan, madesu (masa depan
suram).
Realita jaman sekarang,
Narkoba menjadi salah satu ancaman yang dapat menghancurkan semangat dan
harapan. Maka Idhotun Nasyiin diharapkan bisa untuk menolaj serangan
penyakit-penyakit sosial seperti mabuk, judi dan narkoba. Karena kita semua
harus menyadari bahwa saat ini kita sedang dan terus menghadapi beraneka
serbuan penyakit zaman.
Macam-macam ajaran barat,
timur tengah dan dari mana-mana. Zaman ini luar biasa. Gus Mus menyitir,
"Ada yang nampak agamis tapi ternyata syaitonis". Itu juga ada.
Maka "nggegeto
siro". Gigi bawah dan gigi atas saling bertemu kencang. Berpegang teguhlah
untuk memegang dengan sungguh-sungguh.
Idhotun Nasyiin ini memang
ditujukan khusus untuk para generasi muda yang sedang tumbuh. Sebagai bekal
ketika tua nanti. Keselamatan untuk yang mau mendengarkan nasihat ini.
Mengingat-ngingat, menghayati, mengamalkan sesuai tuntutan idhot ini.
Demikian pengajian
muqoddimah idhotun nasyiin bersama Mbah Yai Mustofa Bisri. Semoga Allah
menjadikan ilmu ini ilmu yang bermanfaat, fiddini waddunya wal akhiroh. Aamiin.
Doha, 6 Mei 2019
No comments:
Post a Comment