Monday, May 06, 2019

Ngaji Idhotun Nasyi'in: #1 Muqoddimah




Ahlan wa sahlan Ramadhan Kareem. Selamat datang Ramadhan mulia. Semoga kita senantiasa istiqomah untuk mengisi Ramadhan tahun ini dengan amal sholeh.

Memulai ramadhan hari pertama di tahun 1440 Hijriyah (2019 Masehi) saya mencoba meluangkan waktu untuk menuliskan isi pengajian kitab Idhotun Nasyiin yang disampaikan oleh Mbah Kyai Mustofa Bisri, yang sering disapa dengan panggilan Gus Mus.

Pengajian ini bisa disimak di Youtube, nama channelnya, Gus Mus Channel.

Sebelum memulai pengajian, Gus Mus membaca do'a di hadapan para santrinya. Beliau duduk di kursi. Di hadapan beliau terdapat satu meja kecil sebagai tempat menaruh kitab dan alat perekam suara.

Mari kita mulai ke isi pengajian.

Kitab Idhotun Nasyiin ditulis oleh seorang sastrawan dan juga wartawan. Nama beliau Syaikh Mustofa Al Ghulayini. Nama lengkapnya Mustofa bin Muhammad bin Salim bin Muhyiddin bin Mustofa Al Ghulayini.

Beliau lahir di Beirut. Ada yang menyebut lahir pada tahun 1885 M, ada yang menyebutnya lahir pada tahun 1886 M. Wafat pada tahun 1994 M. Beliau pernah belajar di Mesir, menjadi santrinya Syekh Muhammad Abduh.

Syekh Mustafa Al Ghulayini adalah pengasuh rubrik Al Mufit. Sebuah rubrik yang tampil di sebuah koran. Pada jaman Belanda, kitab ini dilarang. Menurut Gus Mus, kitab ini dilarang di jaman Belanda karena kita ini mampu mengobarkan patriotisme. Walaupun dilarang, kitab ini banyak dikaji oleh para Kyai di pondok pesantren. Yang notabene lokasinya berada di kampung-kampung. Maka banyak sekali muncul para pejuang dari pondok pesantren kala itu.

Dalam muqoddimahnya, Syekh Mustafa mengawali dengan menulis Basmalah, kemudian dilanjutkan dengan menulis surah al fatihah. Sebagai bentuk pujian kehadirat Allah Azza Wajala. Di akhir setiap rubrik, penulis membubuhkan tanda tangan dengan nama Abu Fayad.

Rubrik Al Mufit ini ditujukan untuk para generasi muda. Seiring berjalannya waktu, rubrik almufit mendapatkan penerimaan yang bagus dari para pembacanya. Berangkat dari situ, banyak orang yang menyarankan agar tulisan dalam rubrik tersebut dibukukan. Hal ini bermaksud agar yang tidak berlangganan koran bisa turut membacanya.

Dalam muqoddimahnya, Syekh Mustofa ber-azzam menyiarkan Idhotun Nasyiin ke para pemuda bangsa supaya menjadi pelita dan petunjuk.

Kalimat penutup dalam muqoddimahnya, Wallohul muwafiq, 1913 M/1331 H.

Pendahuluan Kitab.

Wahai teman-teman (para pemuda) yang baru tumbuh, Idhotun Nasyiin ini adalah nasihat yang manfaat (Idhotun Nafi'a). Mutiara-mutiara yang cemerlang.

Mutiara-mutiara yang tersusun rapi layaknya kalung mutiara. Yang didalam setiap senar-senarnya terkandung pelajaran. Tersebar faidahnya dengan pena hikmah. Yang menunjukkan nasihat ke jalan yang tegak dengan metode yang bijaksana. Yang menunjukkan manusia, yang mau mengamalkan menuju jalan yang lurus.

Yang mendahului apa yang beliau lakukan adalah ikhlas. Niat beliau untuk memberi petunjuk pada generasi muda. Penulis idhotun nasyiin memberi perumpamaan tentang burung yang mempunyai sayap. Kitab ini topiknya bermacam-macam. Ada topik sosial, akhlak, adab, hikmah dan lainnya.

Gus Mus menambahkan penjelasannya bahwa ketika mempunyai sayap, sudah barang tentu memiliki iga. Sayap-sayap yang mengandung bermacam pelajaran, begitupun yang terkandung dalam iga, bermacam pula.

Idhotun Nasyiin diumpamakan sebagai wadah yang memiliki bermacam pelajaran. Yang pertama, Ja'bah (wadah anak panah), mengandung makna bahwa idhotun nasyiin berguna sebagai senjata untuk berjuang.

Yang kedua, kinanah (wadah tombak). Wadah bermacam nasihat yang sangat bermanfaat bagi generasi muda untuk melawan pasukan khumul. Gus Mus menjelaskan bahwa khumul itu bermalas-malasan. Tidak punya semangat dan harapan. Kalau bisa saya tambahkan, madesu (masa depan suram).

Realita jaman sekarang, Narkoba menjadi salah satu ancaman yang dapat menghancurkan semangat dan harapan. Maka Idhotun Nasyiin diharapkan bisa untuk menolaj serangan penyakit-penyakit sosial seperti mabuk, judi dan narkoba. Karena kita semua harus menyadari bahwa saat ini kita sedang dan terus menghadapi beraneka serbuan penyakit zaman.

Macam-macam ajaran barat, timur tengah dan dari mana-mana. Zaman ini luar biasa. Gus Mus menyitir, "Ada yang nampak agamis tapi ternyata syaitonis". Itu juga ada.

Maka "nggegeto siro". Gigi bawah dan gigi atas saling bertemu kencang. Berpegang teguhlah untuk memegang dengan sungguh-sungguh.

Idhotun Nasyiin ini memang ditujukan khusus untuk para generasi muda yang sedang tumbuh. Sebagai bekal ketika tua nanti. Keselamatan untuk yang mau mendengarkan nasihat ini. Mengingat-ngingat, menghayati, mengamalkan sesuai tuntutan idhot ini.

Demikian pengajian muqoddimah idhotun nasyiin bersama Mbah Yai Mustofa Bisri. Semoga Allah menjadikan ilmu ini ilmu yang bermanfaat, fiddini waddunya wal akhiroh. Aamiin.

Doha, 6 Mei 2019


No comments:

Post a Comment