Friday, May 17, 2019

Ngaji Idhotun Nasyiin: #4 An Nifak


Ramadhan terus berlalu. Pergi meninggalkan kita. Mari kita lanjutkan ngaji bareng Gus Mus. Kali ini topiknya tentang An Nifak. Kemunafikan. Nifak itu antara yang dilahirkan (kenyataan) dengan yang ada di dalam hati tidak sama.
Gus Mus mencontohkan tentang seseorang yang kedatangan seorang tamu. Tamunya lama tak pulang-pulang. Segala macam hidangan sudah disajikan, dimakannya dengan lahap oleh si tamu tersebut. Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon, sampe-sampe si tuan rumah tak punya kesempatan untuk berbicara.
Ketika tiba saatnya si tamu pamit mau pulang, si tuan rumah malah menjawab "Kok keseso mawon (kok tergesa-gesa)." Nah yang begini ini namanya nifak.
Dalam zaman Nabi Muhamamd SAW, dicontohkan ketika seseorang bersyahadat, tapi di dalam hatinya tidak. Diluarnya mengikuti Nabi, akan tetapi di dalam hatinya memusuhi Nabi. Biasanya orang seperti ini pengecut (tidak berani). Jadi gandhengane kemunafikan itu dengan kepengecutan.
Kalau yang berani, "sampeyan iku kit mau ngoceh
wae kok lagi muni wangsul sakniki, monggo ndang minggat (anda ini dari tadi berbicara terus kok tiba-tiba ingin pamit pulang, sana pergi!)" tapi karena takut jadi nggak enak. Hehhe
Penulis idhotun nasyiin melanjutkan penjelasannya, aku tidak melihat pekerti-pekerti yang jelek dan sifat-sifat yang berbahaya yang mengalir pada badannya Bangsa ini seperti aliran listrik pada badannya (bangsa tersebut). Aku tidak melihat yang lebih jelek selain melebihi penyakit kemunafikan.
Gus Mus mencontohkan wakil-wakil rakyat selalu terpikir kesejahteraan rakyatnya. Inginnya meningkatkan kesejahteraan. Tapi kenyataannya masih ada yang ingin mensejahterakan dirinya sendiri. Tak pernah memikirkan rakyat. Itu munafik. Sekarang berkembang dimana-dimana, omongan dengan isi hatinya tidak sama.
Tapi kita tidak bisa. Sayangnya kan disitu. Rasulullah SAW punya aturan. Aturannya itu, kita menghukumi yang lahir (nampak) saja. Yang di dalam (hati), biar Allah saja. Kita itu tidak boleh menuding orang lain munafik. Karena kita tidak tahu isi hati orang lain.
Makanya kanjeng Nabi Muhammad SAW hanya memberikan tanda-tanda kemunafikan, supaya kita waspada, begitu saja. Tapi gak bisa.
Lha itu kan ada Abdullah bin Ubay bin Salul, kok bisa dicap munafik? Karena kanjeng Nabi SAW mendapatkan wahyu.
Dan ada satu sahabat yang disebut, sahabat sirrul rasul SAW, Abu Huzafah Al Yamani, yang lain tidak diberitahu. Makanya sayyidina Umar RA kalau ada orang mati melihat Al Yamani ikut sembahyang atau tidak, kalau Yamani tidak ikut sembahyang maka sayyidina Umar tak ikut. Pengertiannya, jaman dulu itu ketika ada kematian, tak ada sahabat yang tak ikut sembahyang jenazah. Tak ada uzur dan tak ada alasan lainnya, Abu Huzafah Al Yamani kok tak sembahyang jenazah, ini (jenazah)nya orang munafik. Sahabat Umar terus tak ikut.
Kanjeng Nabi cuma memberikan tanda-tandanya supaya kita waspada. Jadi ada 2 nifak, lughotan dan istilahan. Istilahan itu kaitannya dengan keimanan dan ketidakimanan.
Orang islam itu ada dua, sebagaimana dengan orang kafir.
Orang itu ada dua, ada orang islam, ada orang kafir. Kafir itu ada dua. Kafir, tidak percaya Gusti Allah. Kafir, percaya Gusti Allah tapi nyembah lainnya juga. Namanya musyrik.
Islam ya ada dua. Ada islam yang mukmin, ada islam yang munafik. Bandingannya islam, kafir. Bandingannya mukmin, munafik.
Jadi orang munafik itu islam. Muslim, tapi yang menyembunyikan kekafirannya. Kita hanya melihat islamnya saja.
Tapi yang dibicarakan syaikh Mustofa Al Ghulayini ini bukan munafik sebatas islam dan kafir, ini kelihatan umum (lughotan).
Itulah hal-hal penyakit paling berbahaya. Penyakit yang parah (al wabil). Penyakit yang akut (fattak). Yang mematikan.
Penyakit yang namanya nifak itu lebih berbahaya kalau sudah menjadi penyakit yang akut, penyakit yang parah dalam masyarakat, itu lebih berbahaya daripada musuh-musuh yang mau menyerbu kita, musuh yang terus mengawasi kita (mau menyerang), kapan ada kesempatan nyerbu. Musuh yang begitu lebih ringan dibandingkan dengan penyakit nifak dalam masyarakat itu sendiri.
Kok bisa begitu?
Sesungguhnya musuh yang menyerang umat, rakyat tahu, bangsa tahu, maka mereka siap untuk menolak. Untuk menghadang serbuannya para musuh.
Kalau musuh yang nampak mata, begitu mau menyerbu kita, kita bisa siap-siap. Menyediakan apa yang kita punya. Punya senjata apa saja, bahkan bambu runcing kita siapkan untuk menghadapi. Kalau mereka tidak bisa menolak keseluruhan musuh itu, tapi paling tidak ada yang tertolak.
Tapi kalau amal munafik, musuhnya umat musuhnya bangsa yang bercokol di dalam hatinya umat. Yang munafik yang mana, tidak jelas. Ini yang membahayakan kita. Omongannya halus. Munafik melemahkan kekuatan moral umat. Lama-lama umat lelah sendiri.
Ini apa yang menimpa kita, tidak jelas. Rasa sakit, tapi tidak tahu dimana sumbernya. Berbeda dengan musuh yang nyata. Kita tahu kekuatan lawan.
Kalau kondisi umat dengan penyakit nifak yang sudah merata di masyarakat, dibiarkan lama, tanpa kami selidiki dengan teliti, dengan cermat, ini dimana letaknya, virusnya dimana, kemudian kami mencoba menghabisinya. Cari obatnya yang manjur. Kalau tidak, sudah tak kasih tahu. Nanti ikatan masyarakat menjadi lepas. Moral jadi rusak. Tinggal menunggu habisnya saja.
Di akhir bagian ini syekh Mustofa mendoakan kalian semua terhindar dari kemunafikan. Tidak termasuk golongannya orang-orang yang munafik. Orang-orang munafik ini yang merusak tubuh bangsa, tubuh masyarakat, tanpa bisa dengan mudah kita atasi.
Takutlah kalian. Waspadalah kalian semua. Hati-hati jangan sampai nggremet di dalam hati. Jangan sampai kalian ketularan.
Kalau kalian membiarkan kejahatannya orang munafik sampai merasuk ke hatimu, bahaya. Akan terbakar api neraka.
Penyakit munafik itu ibarat api itu bukan sembarang api, tapi api yang membakar yang masih hijau maupun yang sudah kering. Dibakar semua. Maka umat menjadi rusak semua. Tinggal atsarnya saja.
Beramal-lah kalian semua, semoga Allah melindungi kalian semua.
Kalau ada orang munafik (kalian tahu tanda-tandanya, jelas itu), beritahu umat kalian. Hati-hati kalian dengan orang tersebut ya. Itu munafik. Kelihatan manis, tapi jahat.
Dan memberi peringatan kepada umat kaidah tipu daya. Dan semoga diantara kalian termasuk orang-orang sholeh, untuk menolak tipu daya orang-orang munafik.
Doha, 15 Mei 2019

No comments:

Post a Comment