Thursday, April 04, 2019

AHMAD FUADI: MENULIS ITU LEBIH KUAT DARIPADA PELURU


Ahmad Fuadi (Penulis Buku Negeri 5 Menara) berpesan:

Salah satu kekuatan setelah membaca adalah 'uktub' (tulislah). Dan ini yang kita suka lupa. Padahal pengalaman saya, menulis itu lebih kuat daripada peluru.

Peluru kalau ditembakkan kena orang, orang mungkin meninggal, orang mungkin luka, orang mungkin sakit.

Kekuatan peluru, mematikan. Tapi kekuatan tulisan menghidupkan.
Teman-teman cobalah menulism, dan tulisan itu dibaca oleh orang. Orang akan hidup. Dan tulisan tidak akan mati.

Screen shot Mata Najwa on stage Kediri | Youtube.com
Omongan itu ya teman-teman, kaya Tsunami yang luar biasa. Sampai di pantai, dia jadi buih dan hilang. Tulisan, kalau dituliskan dia akan melintas batas waktu. Dia akan jadi amal jariyah kita In shaa Allah.

Jadi teman-teman, menulislah. Niatkan menuliskan satu buku minimal seumur hidup. Tidak termasuk buku tabungan, buku nikah dan buku yang lain-lain. Menulislah sebuah buku.

Disadur dari program Mata Najwa on stage di Kediri, 31 Maret 2019.


AWAS TERENDAM AIR KEBENCIAN DI INDONESIA!


Nasihat KHR Syarif Rahmat RA, SQ, MA:

"Ada satu petaka besar yang menimpa hamba-hamba Allah setelah generasi Idris. Masyarakat terjatuh dalam pemujaan terhadap tokoh-tokoh nasional. Wad, Suwa, Yahuz, Yauq dan Nasr.

Mereka diingatkan agar jangan keterusan didalam memuja tokoh-tokoh terkenal mereka. Sebab biasanya kalau tenggelam pada pemujaan terhadap satu tokoh atau satu kelompok, biasanya disertai dengan penistaan terhadap satu tokoh atau satu kelompok yang lain.

Sudah diingatkan tapi mereka tidak mau mendengar. Apa yang terjadi? Banjir bandang merendam umat Nabi Nuh.

Saat banjir semua tanah terendam, rumah terendam, pohon juga terendam. Kemana anda berlindung? Anak Nabi Nuh sendiri yang berkata.

"Aku akan berlindung ke puncak gunung yang bisa melindungi aku dari rendaman air"
dijawab oleh Allah: Hari ini tidak ada orang yang bisa menyelamatkan diri (dari azab Allah, dari siksaan Allah, dari hukuman Allah pada orang yang memuja-muja tokoh pimpinan nasional mereka, kecuali orang yang diberi Rahmat oleh Allah. Meleset. Gunung yang tinggi kerem, semuanya tenggelam.

Screenshot Munajat Nusantara | Youtube.com

Hari ini banjir itu sedang melanda Indonesia. Mengapa? Karena bangsa Indonesia berpecah belah akibat pemujaan terhadap tokoh-tokoh mereka.

Wednesday, April 03, 2019

KOMUNITAS SEPEDA INDONESIA DI DUKHAN - QATAR

Sudah lebih dari 3 tahun komunitas sepeda di Dukhan tak aktif. Sepeda yang biasanya dipakai jarak jauh, kini paling dipakai dari Rumah ke Masjid. Padahal pada kurun waktu 2014-2016 menjadi tahun keemasan dan semangat-semangatnya WNI di Dukhan bersepeda. 

Waktu itu berawal dari saya dan Cak Kamim asal Kediri (tapi berdomisili di Tulungagung). Berawal dari dua orang, komunitas sepeda Indonesia di Dukhan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Jumlahnya sampai hampir 20 orang. Tak hanya di pagi hari, waktu itu sampai ada kegiatan gowes malam hari. Saking semangatnya.
Zekreet Beach | Foto by Irfan A
Trek (jalur) yang kita lewati biasanya berganti-ganti. Dari trek pendek, sedang hingga trek nan panjang dan jauh. Dari gowes di musim panas hingga dingin, dari hembusan angin nan sepoi-sepoi hingga angin nan super kencang. Dari trek jalan aspal hingga trek blusukan ke tengah padang gurun. 

Trek pendek yang kita lewati biasanya mengelilingi komplek Dukhan Township. Jaraknya berkisar 12 KM saja. Trek sedang, biasanya kita melewati jalur aspal tepat diluar dinding Dukhan Township. Jaraknya berkisar 20 KM saja.

Kemudian trek jauhnya, kita pernah gowes dari Dukhan - Ummbab PP (52 KM), dari Dukhan - Zughayn PP (53 KM), kemudian pernah juga Dukhan - Zekreet Film City PP (62 KM). 

Sunday, January 13, 2019

Apakah Ruhudda'wah Di Negeri Kita Sudah Menurun?


Gus Mus: Apa Pak Quraish setuju bahwa saat ini ruhudda'wah itu sudah menurun?

Prof. Quraish Shibab: "Ya saya kira dakwah belum terlaksana sesuai apa yang semestinya. Banyak kekurangan.

Yang pertama (yang ingin saya garis bawahi). Seringkali Da'i itu turun ke tingkat sasarannya. Sasaran senang. Ketawa. Sasaran senang ini Da'i turun kesana. Menjadilah ia penghibur.

Padahal mestinya Da'i itu meningkatkan sasarannya ke tingkat yang lebih tinggi. Sukses dakwah itu tidak diukur dari gelak tawa orang. Tidak juga oleh ratap tangisnya. Tapi diukur apakah bertambah pengetahuannya.

Kalau bukan pengetahuannya, apakah bertambah kesadarannya, untuk menjadi muslim yang baik, menjadi bangsa yang baik, warga negara yang baik. Itu dakwah.

Jadi mungkin ada kekurangan kita dalam berdakwah ini.

Bahkan bisa jadi ada dakwah yang justru bertentangan, ada dakwah, ada pendakwah yang tidak mempersiapkan diri untuk menyampaikan sesuatu sehingga dia salah.

Ada Da'i yang tidak malu saya tidak tahu.

Ada dakwah yang sedemikian keras, padahal agama berkata bersikap lemah lembutlah. Ya kan? Nah ini yang bisa kita temukan, paling tidak dari sebagian Muballight kita, Da'i kita.

Catatan Hari ini dari penggalan singkat Wawancara Gus Mus dengan Prof. Quraish Shihab yang tayang di Youtube GusMus Channel 14-01-2018. Semoga bermanfaat.



Tuesday, September 25, 2018

#NgajiBarengGusmus: MUQODDIMAH HADITS ARBAIN NAWAWI

Sebuah kebanggaan bagi para penimba ilmu (Santri) di Pondok Pesantren. Mereka bisa menimba ilmu langsung dengan para Kyai. Mereka bisa belajar banyak tentang ilmu islam langsung dari sumbernya. Ilmu yang bersanad ke para ulama-ulama terdahulu, hingga ke junjungan kita Nabi Agung Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam.

Tidak adanya kesempatan untuk mengaji di pondok pesantren bukanlah hal yang perlu disesali, khususnya bagi saya sendiri yang kini sudah semakin berumur. Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus), Beliau adalah pengasuh pesantren Raudhotul Tholibin Rembang. Saya ngefans banget dengan beliau. Walau sudah berusia 60 tahunan, namun beliau masih aktif di sosial media, twitter dan instagram. Saya pun aktif mengikuti update-update beliau di kedua sosmed tersebut.

Nah, melalui GusMus Channel di Youtube, saya dan ribuan youtube viewers lainnya berkesempatan mengaji dengan beliau. Melalui artikel ini saya akan menuliskan pengajian beliau tentang Hadits Arbain Nawawi. Pengajian tersebut diunggah ke GusMus Channel sejak tanggal 8 Februari 2018 lalu. Hingga hari ini 25 September 2018 telah memasuki hadits yang ke-27.




Mari bersama-sama kita niatkan menimba ilmu 40 hadits Rasululullah dari seorang ulama besar dari bumi Syam, Imam Nawawi Rahimahullah. Dalam pengajian ini, Gus Mus duduk di lantai, sejajar dengan para santrinya. Para santri, muda tua duduk bersila, mengelilingi beliau. Berkhidmat mendengarkan setiap tausiyah yang disampaikan.

Wednesday, August 15, 2018

PUISI GUSMUS: KEPADA ANAKKU



Oleh Mustofa Bisri, 2001

Anakku..
Seperti kata seorang pujangga
Kau bukan milikku
Kau adalah anak jamanmu
Seperti aku adalah anak jamanku

Tapi anakku..
Kau bisa belajar dari jamanku
Untuk membangun jamanmu
Kau bisa membuang sampah jamanku
Untuk membersihkan jamanmu
Dan mengambil mutiara-mutiaranya
Untuk memperindahnya

Monday, June 11, 2018

MUDIK? SIAPKAN SELALU PLAN B!

Selama lebih dari 15 tahun ngalami yang namanya bepergian jauh. Dari antar kota, antar propinsi, antar pulau hingga antar negara. Banyak ragam pengalaman yang saya lalui. Dari moda transportasi darat, air dan udara. Dari yang tepat waktu sampai yang terkadang delayed (tertunda).

Jadwal tunda dalam sebuah perjalanan menjadi pengalaman yang tak mengenakkan. Dari mulai waktu yang terbuang, connecting transport yang tak terkejar sampai rela nginep di rumah orang. Jika diceritakan lumayan panjang juga.

Pengalaman terakhir yang nggak mengenakkan adalah perjalanan mudik saya tahun ini. Kemarin sore waktu Qatar, saya meluncur dari lokasi akomodasi saya di perantauan menuju ke Hamad International Airport di Doha. Malam itu saya akan menaiki pesawat Oman Air dengan rute Doha-Muscat-Jakarta.

Jadwal keberangkatan dari Doha direncanakan jam 21:35 malam. Sejak awal keberangkatan, check in, hingga masuk ruang tunggu semua berjalan lancar. Namun perjalanan menjadi sebuah pengalaman tak mengenakkan ketika satu jam sebelum jadwal take off, penumpang belum juga boarding. Wah..bisa jadi delayed nih (batin saya). Dan...ternyata benar. Jadwal Oman Air ditunda keberangkatannya menjadi jam 22:50.

Kepala pun jadi pusing rasanya. Musim mudik lagi rame-ramenya. Langsung kepikiran kalau-kalau kereta jam 16:30 keesokan harinya tak terkejar. Plan B pun dijalankan. Segera saja saya booking tiket kereta, Alhamdulillah dengan aplikasi ticket online akhirnya dapat juga. Masih ada sisa 1 tiket untuk keberangkatan jam 20:15.

Tapi rasa pusing pun belum juga hilang, karena tiket yang saya beli belum juga terkonfirmasi hingga satu jam usai transfer. Ya sudahlah, akhirnya saya berpasrah diri. Sambil bersiap boarding untuk melanjutkan perjalanan udara ke Muscat, Oman.

Setiba di Oman, ada lagi masalah muncul. Walau bukan masalah besar, tapi sempat membuat jantung dag dig dug. Karena jam keberangkatan Muscat-Jakarta sudah mepet. Boarding pass bermasalah. Tak bisa discan. Lagi-lagi harus rela ngantri di transfer counter check in untuk ngeprint ulang boarding pass. Singkat cerita saya pun bisa masuk ke ruang tunggu. Tak sampai sepuluh menit di ruang tunggu, penumpangpun diminta masuk ke pesawat.

Jadwal tiba jam 13:20 di Jakarta pun tak terkejar. Pesawat baru tiba di Jakarta jam 13:52 menit. Pesanan tiket kereta srmalam ternyata gagal. Bukalapak mengembalikan semua uang yang saya transfer. Untuk melanjutkan Plan B, saya pun segera mencari tiket kereta lagi. Alhamdulillah, dapat kereta jam 21:00. Langsung saya bayar, dan sukses.

Jam 14:50 saya sudah berada di Taksi menuju stasiun gambir. Hanya bisa meminta supir taksi agar bisa di Gambir sebelum 16:30. Sang supir tak menjanjikan, tapi akan berusaha. Maklum lah musim mudik, bisa saja jalanan Jakarta masih macet.

Alhamdulillah, tepat 15:30 taksi blue bird yang saya naiki tiba di stasiun gambir. Lega rasanya. Walau harus rela tiket kereta yang barusan saya beli hangus, tapi hati ini lega sekali karena bisa naik Kereta Bima yang sudah saya beli sejak tiga bulan lalu. Tiket Purwojaya jam 21:00 yang saya beli tadi setiba di Cengkareng tak sempat saya refund di Gambir. Antrian refund begitu mengular. Maka saya pun harus rela menghanguskan uang tiket tersebut. Semoga berkah untuk PT. KAI.

Inilah sekelumit kisah saya. Kisah perjalanan mudik tahun 2018. Kisah anak rantau yang pulang kampung untuk bersua dengan orangtua, keluarga dan sanak saudara. Ada-ada saja kisah hidup ini. 

Hikmah yang bisa diambil adalah selalu siapkan Plan B dalam setiap perjalanan. Bawa selalu uang yang cukup, internet banking, ATM, Credit Card (jika perlu) dan nomor kontak penting. Jadi ketika kondisi darurat muncul, kita sudah menyiapkan antisipasinya. Jangan sampai kita terlantar di tengah perjalanan. Wallohua'lam bisshowab.

Jakarta, 11 Juni 2018
Dari Dukhan-Doha-Muscat-Cengkareng-Gambir-Purwokerto menuju Purbalingga.