Thursday, September 14, 2017

#MerantauKeQatar: Tahun 2001, Tonggak Sejarah Perawat Indonesia di Qatar

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah), demikian pesan Bung Karno dalam Pidato terakhirnya pada tanggal 17 Agustus 1966. Kita tahu bahwa sejarah adalah rangkaian yang tak terpisahkan dengan keberadaan kita sekarang ini.

Ketika berbicara tentang keberadaan Perawat Indonesia di Qatar, kita akan ingat dengan seorang perawat Indonesia yang telah meletakkan batu pertama profesi ini. Beliau adalah Budi Setiawan (Allah Yarham).

Beliau adalah alumni Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Depkes Semarang (kini Poltekkes Kemenkes Semarang, Prodi Keperawatan Semarang) tahun 1993. Semenjak lulus, Budi Setiawan melanjutkan karirnya di perusahaan AEA Jakarta. Perusahaan menempatkan beliau di Tambang Emas terbesar di Indonesia yaitu PT. Freeport Indonesia yang berlokasi di Tembaga Pura, Papua. Beliau bekerja di Rumah Sakit Tembagapura yang melayani para karyawan PT. Freeport dan masyarakat sekitar tambang.

Selama kurang lebih delapan tahun, beliau bekerja dan mengasah pengalaman kerjanya di lokasi kerja yang berhawa dingin tersebut. Maklum saja Tembaga Pura memang masih dikelilingi oleh kawasan hutan yang masih sangat lebat dan asri.

Kemudian pada tahun 2001, beliau memutuskan hijrah ke sebuah negara di kawasan Timur Tengah yang notabene suhu udaranya sangat bertolak belakang dengan kondisi di Papua. Budi Setiawan hijrah ke Qatar.
Budi Setiawan (Allah Yarham) In Memoriam
Kala itu, Budi Setiawan menjadi perawat Indonesia pertama yang menginjakkan kakinya di Qatar. Beliau bergabung dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) profesi lainnya untuk mengadu nasib di sebuah negara yang belum cukup dikenal kala itu. Negara kecil yang kaya migas namun belum sepopuler negara-negara tetangganya seperti Saudi dan UAE. Belum lagi penempatan kerjanya pun berlokasi sangat jauh dari ibukota negara. Semenjak bergabung di tahun 2001 hingga akhir hayatnya di bulan Oktober 2013, Budi Setiawan ditempatkan di kawasan industri migas di Dukhan. Letaknya sekitar 100 KM dari ibukota Doha.


Semenjak kedatangan beliau di tahun 2001, dari tahun ke tahun jumlah perawat Indonesia yang datang ke Qatar terus bertambah. Menurut catatan dari organisasi perawat Indonesia di Qatar (PPNI DPLN Qatar) secara berurutan, di tahun 2002 (3 perawat), 2003 (2 perawat), 2004 (10 perawat), 2005 (3 perawat), 2006 (21 perawat), 2007 (6 perawat), 2008 (9 perawat), 2009 (3 perawat), 2010 (1 perawat), 2011 (6 perawat), 2012 (4 perawat), 2013 (2 perawat) dan 2015 (1 perawat). Jika ditotal semuanya da 72 perawat. Namun seiring berjalannya waktu, ada yang meninggal dan ada yang resign, maka jumlahnya kini tinggal 61 perawat saja yang masih aktif bekerja.

Saya sendiri pernah bekerja bersama beliau. Saya bergabung ke Qatar di tahun 2008. Penempatan kerjanya sama persis dengan Mas Budi Setiawan. Kami kerja di satu klinik yang sama. Semasa hidupnya, beliau banyak bercerita tentang masa-masa awal kerjanya di Qatar. Beliau harus berjuang sendiri tanpa dukungan kawan-kawan sebangsa. Tidak seperti sekarang ini yang sudah semakin banyak kawan-kawan sebangsa, tak hanya di profesi yang sama, profesi lainpun sudah sangat banyak.
Beliau banyak berpesan tentang pentingnya profesionalisme dalam bekerja. Dengan kemampuan kita bekerja dengan baik maka profesionalisme kerja kita sebagai perawat akan dihargai. Beliau juga sering mengingatkan saya untuk menguasai bahasa asing. Utamanya bahasa arab dan inggris. Jangan sampai sudah lama bekerja di Qatar namun berbahasa arab sehari-hari dengan pasien saja tidak bisa. Bagaimana kamu bisa kerja dengan baik jika komunikasi dengan pasien saja tidak bisa, demikian pesan beliau yang selalu saya ingat saya sekarang.

Bulan ini bertepatan dengan bulan Dzulhijjah 1438 H, tepat empat tahun meninggalnya Budi Setiawan. Kami para perawat Indonesia yang saat ini masih tinggal dan bekerja di Qatar tak kan pernah lupa dengan jasa dan semangat perjuangan beliau. Beliaulah peletak batu pertama kiprah Perawat Indonesia di Qatar.

Semoga amal baik beliau yang telah membuka peluang kerja perawat Indonesia di Qatar, menjadi amal jariyah buat beliau. Kami senantiasa mendoakan, semoga beliau diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, dan ditempatkan di tempat terbaik disisiNya. Aamiin.

Qatar, 13 September 2017





Friday, September 01, 2017

#MerantauKeQatar: HIKMAH IDUL ADHA 1438 H

HIKMAH IDUL ADHA 1438 H

Hari ini Jum'at wage, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriyah. Pemerintah Qatar memberikan libur lebaran haji tahun ini sejak 31 Agustus, dan akan berakhir 9 September nanti.

Masyarakat Indonesia di Dukhan, mengadakan silaturahmi warga selepas Sholat Idul Adha. Sebelum acara santap makanan khas Indonesia, diisi dengan santapan rohani yang disampaikan Ustad Fuady.

Beliau mengingatkan kita sekalian bahwa setiap yang berjiwa akan mati. Berbicara tentang kematian, masing-masing dari kita tidak ada yang tau kapan datangnya. Semua itu adalah Rahasia Allah. Hanya Allah lah yang tau, kapan hidup kita akan berakhir.

Berakhirnya hidup manusia ada dua kondisi, bisa su-ul khotimah, bisa juga khusnul khotimah. Agar bisa berakhir dengan khusnul khotimah, maka kita perlu tau, sebab-sebab apa saja yang membuat manusia mati su-ul khotimah dan khusnul khotimah. Simak uraian Ustad Fuady berikut ini:

Sebab-sebab manusia meninggal dalam keadaan sukhul khotimah diantaranya:

1. Menggampangkan dalam perkara sholat,
contohnya malas menunaikan sholat. Sholat itu sebagai qurrota'aini (pelipur hati). Jadikan sholat sebagai sebuah kebutuhan kita untuk dekat dengan Allah.

2. Meminum khomr. Bagi yg sdh pernah, maka menyesal. Hal ini sebagai salah satu syarat bertaubat yang sesungguhnya.

3. Menyakiti orang lain.  Ahlul hukama menyampaikan bahwa barangsiapa yg banyak kebencian kpd orang lain, maka dia akan semakin dekat dg kehancuran.

4. Durhaka kpd orang tua. Tdk sekadar memutus hubungan dengan keduanya tapi juga menyakiti hati orangtua.

Kemudian sebab-sebab khusnul khotimah, menurut Imam Syaikh Dzunnun Al Misri:

1. Mencintai dan memulyakan orang-orang soleh.
Hadits nabi: barangsiapa yg memuliakan orang alim, maka dia memuliakan aku (rasul), barangsiapa memuliakan rasul maka memuliakan allah, barangsiapa memuliakan allah maka tempat kembalinya adalah surga.

2. Rajin membaca alquran. Salah satu guna diciptakan lisan kita adalah untuk melafalkan alquran. Maka sempatkan untuk senantiasa membaca Alquran.

3. Sering bangun malam untuk qiyamul lail (tahajjud). Bangunlah walau waktunya menjelang sholat subuh. Yang terpenting belum masuk waktu subuh.

4. Sering duduk dengan para ulama (hadir di majlis ilmu). Walaupun dia tidak paham. Walaupun dia ngantuk. Walaupun dia asyik bermain game sendiri, ataupun dia tidak niat hadir di majlis ilmu sekalipun. Mereka semua mendapatkan kemuliaan majlis ilmu tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab R.A. pernah menyampaikan bahwa tidak ada majlis yang Allah muliakan kecuali majlis-majlis ilmu.

5. Hati yang lembut. Kiat-kiatnya menurut Imam Ahmad dlm kitab Musnadnya, memegang rambut anak yatim dan bersedekah untuknya. Kemudian dengan sering bertafakur kepada Allah.

Ditulis di Qatar, 10 Dzulhijjah 1438 H.
@sugengbralink

Thursday, August 31, 2017

Akhirnya Tembus 500 Subscribers

Memang benar ya, segala sesuatu harus istiqomah. Terus berusaha. Jangan pantang menyerah. Walau kecil asal rutin, Inshaa Allah akan membuahkan hasil yang besar pula.

Sejak Juni lalu, saya mencoba menseriusi youtube channel sugengbralink. Tadinya sudah ada BralinkTV. Tapi karena satu dan lain hal, kini bralinktv nya status idle saja.

Dari yang tadinya 100an subscribers 2 bulan lalu, hari ini tembus 500 subscribers. Semoga para subscribers tetap setia di channel saya. Menantikan persembahan video-video menarik dari sugengbralink channel yang punya motto, capture every moment.

Yang belum subscribe, silahkan langsung dicek ke tkp, klik youtube.com/sugengbralink, lalu cari tulisan SUBSCRIBE yang berwarna merah, trus diklik tulisan tersebut.

Memang jumlah 500 belum bisa dikatakan jumlah yang besar layaknya jumlah subscribers dari para youtuber yang sudah terkenal. 

Kalau saya ini boleh dibilang sebagai youtuber pemula. Memang sih akunnya sudah di create sejak tahun 2013, namun sejak saat itu tak pernah diseriusi. Nah, sejak 2 bulan terakhir saya mencoba fokus, dan alhamdulillah banyak penggemar yang sudah memberikan kontribusinya untuk channel sugengbralink.

Thanks Guys!!!

Saturday, August 26, 2017

#MerantauKeQatar: Donut

Malam semakin larut. Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, tapi dirimu masih sibuk dengan adonan donat. Aku tak bisa membayangkan betapa lelahnya dirimu. Seharian sejak bangun pagi hingga malam menjelang, tak ada hentinya. Kesana kemari. Mengurusi tiga buah hati kita.

Aku yakin, anak-anak kita akan riang gembira ketika esok pagi mendapat sajian donut istimewa dari ibunya. I love you, as always.

Inilah curahan hati dari kekasih hatimu yang senantiasa merindukanmu dari kejauhan sana. Semoga setiap langkahmu adalah langkah kebaikan. Langkah-langkah yang akan menghantarkanmu menuju keridhoan Ilahi Robbi.

Thursday, August 24, 2017

#UbahJakarta, Bekerja Bersama Urai Kemacetan Ibukota Dengan MRT

Bicara tentang Jakarta, memang tidak bisa lepas dengan yang namanya kemacetan. Khususnya di jam-jam sibuk. Waktu dimana warga ibukota berangkat ke tempat kerjanya dan disaat pulang menuju rumahnya. 

Trus, upaya apa yang telah dilakukan pemerintah? 

Bermacam upaya sudah, sedang dan akan terus dilakukan untuk membantu mengurai kemacetan ibukota. Diantaranya dengan penambahan jalan tol, penambahan jalan layang, penambahan armada bus transjakarta, pengaturan arus lalu lintas di jam-jam sibuk, perbaikan layanan KRL, dan upaya-upaya lainnya. Tetapi, tetap saja ibukota masih belum bisa menampung jumlah kendaraan yang sebegitu banyak.

Photo by vibizmedia.com
Jalan-jalan raya dipenuhi dengan bermacam model kendaraan bermotor. Dari yang roda dua, tiga, empat, enam bahkan mungkin lebih dari itu. Semua bercampur memadati jalanan kota metropolitan. 

Data BPS DKI Jakarta Tahun 2015 mencatat bahwa jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2014 sudah lebih dari angka 10 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduknya berkisar 1,06% per tahun. Disisi lain, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta di tahun yang sama tercatat  lebih dari 17 juta. Wow, fantastis sekali perbedaannya!

Ternyata populasi kendaraan jauh lebih banyak dibanding dengan populasi penduduknya. 

Tidak dipungkiri, hal ini menjadi faktor yang sangat mempengaruhi permasalahan kemacetan yang terus terjadi di Jakarta. Belum lagi dengan arus urbanisasi yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Karena kita semua tahu bahwa ibukota memang menjanjikan bagi banyak warga negara di seluruh pelosok tanah air. Ibukota menjadi tempat bagi banyak orang menaruh harapan untuk perubahan hidup yang lebih baik.

Lantas apa upaya pemerintah selanjutnya? 
Apa hanya tinggal diam? 
Atau menunggu ibukota macet total dan sama sekali tidak bergerak karena semua jalanan sudah dipenuhi lautan manusia dan kendaraan? 

Nah ini dia jawabannya! 

MRT (Mass Rapid Transport) Jakarta. Dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan istilah Angkutan Cepat Terpadu Jakarta. 

Moda transportasi masal yang satu ini berbasis rel. Kecepatan dan kenyamanannya tak lama lagi dapat kita rasakan. Dalam situs resmi MRT Jakarta yang saya cek tanggal 23 Agustus 2017 jam 09:20 WIB, MRT Jakarta akan beroperasi 554 hari, 18 jam dan 38 menit lagi. Berkisar awal tahun 2019 maka MRT Jakarta akan mulai melintas di jalanan ibukota.

MRT Jakarta mempunyai visi menjadi penyedia jasa transportasi publik terdepan yang berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mobilitas, pengurangan kemacetan, dan pengembangan sistem transit perkotaan. Situs wikipedia mencatat bahwa pembangunan MRT  Jakarta sudah dimulai sejak tanggal 10 Oktober 2013. Jalur MRT  Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat  sepanjang ±87 km.
Photo by beritadaerah.co.id
Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, hadirnya MRT Jakarta boleh dibilang terlambat. LRT (Light Rail Transit)  Manila sudah hadir di Filipina sejak tahun 1984. Kemudian disusul Singapura dengan MRT nya di tahun 1987, MRT Bangkok Thailand di tahun 2004 dan MRT Malaysia di tahun 2016. 

Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sebagai ibukota Negara harus bisa menjaga agar detak jantungnya terus berdenyut. Hadirnya MRT Jakarta yang akan mulai beroperasi pada 2019 nanti diharapkan mampu mengubah Jakarta. MRTJakarta yang mampu menarik hati para pengendara kendaraan pribadi untuk beralih ke moda transportasi publik yang baru ini. MRT Jakarta yang mampu mengubah wajah Jakarta yang sering macet menjadi wajah Jakarta yang cerah ceria karena kelancaran lalu lintasnya.

Dengan semangat HUT RI ke 72 dengan slogannya KERJA BERSAMA, ayo bersiap diri untuk bersama-sama menggunakan layanan MRT Jakarta di tahun 2019 untuk #UbahJakarta menjadi lebih baik. #UbahJakarta menjadi lebih sehat karena berkurangnya asap kendaraan pribadi di jalanan ibukota.

Ingat ibukota, ingat MRT Jakarta! 



Sunday, August 20, 2017

#MerantauKeQatar: BUJANGAN DI NEGERI ORANG

Jum'at pagi lalu, saya bersama rekan-rekan sesama bujangan beranjangsana ke rumah teman di Doha. Kami berkunjung ke rumah Pak Bangun. Beliau ini dulunya adalah Pak RT nya Dukhan. Kampung dimana kami tinggal sekarang. 

Eiitss...Bujangan? Memang belum punya istri dan anak? Nggak juga sih!

Saya dan rekan-rekan memang bujangan, tapi bukan bujangan yang sesungguhnya. Sejak 2008 lalu, Saya memutuskan untuk membujang di negeri orang. Namun kenyataannya saya sudah beristri dan mempunyai anak. Begitu juga dengan rekan-rekan saya. Mereka memilih untuk berpisah hidup dengan keluarga untuk beberapa bulan.
Photo by Cak Anton

Bujangan lokal, begitu kami biasa disebut. Dalam istilah bahasa inggrisnya, Bachelor Married. Kami mempunyai jatah cuti ke tanah air sebanyak dua kali dalam setahun. Bahkan ada diantara kami yang bisa pulang lebih dari dua kali, ada yang tiga kali, bahkan empat kali. Perusahaan hanya menanggung dua kali tiket pulang pergi. Sementara sisanya, ya ditanggung sendiri. 

Membujang di negeri orang, merupakan sebuah pilihan. Pilihan untuk menjalani LDR (Long Distance Relationships). Hubungan jarak jauh. Hari-hari yang kami lalui sebagai bujangan lokal sungguh tak mudah. Sebagai seorang laki-laki, saya adalah suami dari seorang istri, dan ayah bagi anak-anak. Seorang ayah mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Yang di pundaknya ada nafkah untuk keluarga, membimbing istri, mendidik anak-anak, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga yang lain. 

LDR bagi sebagian pasangan menjadi sesuatu yang sangat berat dan tidak mungkin dijalani. Berjauhan jarak bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika kondisinya baik-baik saja, it's OK. Namun menjadi istimewa ketika muncul kondisi-kondisi khusus, seperti anak sakit, istri tidak enak badan, orangtua masuk rumah sakit, kompor rusak, lampu mati, motor mogok, genteng bocor, undangan walimah, mengambil raport anak, takziyah saudara atau tetangga yang meninggal, dan bermacam dinamika kehidupan yang seharusnya bisa diringankan dengan hadirnya suami di rumah.

Video call menjadi komunikasi favorit bagi para bachelor married di luar negeri. Setiap pulang kerja menjadi momen yang pas untuk berkomunikasi dengan istri dan anak-anak. Saling mencurahkan isi hati. Mengkisahkan bermacam kegiatan yang sudah dijalani seharian. Entah itu yang menyenangkan, membuat tertawa atau yang membuat dahi harus berkerut. 

Rasanya lega ketika bisa mendengarkan istri dan anak-anak berkisah. Yang menjadikan hati lebih bersabar adalah ketika waktunya menelpon tiba, yang di tanah air sedang sibuk dengan kegiatan lain atau bahkan sudah lelap tertidur karena lelah seharian. Tak hanya itu, mereka yang di tanah air terkadang menjadi kecewa ketika mereka menelpon sementara yang di Qatar masih jam tidur atau masih sibuk menjalani kesibukan di tempat kerja. 

Hadirnya era digital menjadikan yang jauh jadi sangat dekat. Boleh dikatakan, setiap detik kita bisa mengupdate apa yang terjadi pada diri kita. Coba bayangkan ketika belum ada era digital. Yang ada hanya surat menyurat. Kabarnya ditulis sekarang, baru sampai satu bulan kemudian. Bahkan mungkin bisa lebih dari itu. 

Tak semua bachelor married mempunyai nasib seperti saya dan rekan-rekan saya. Banyak diantara mereka yang harus rela pulang setahun sekali. Ada juga yang sekali tiap dua tahun. Mereka-mereka ini adalah yang bekerja di perusahaan sub kontraktor, dengan posisi kerja junior staff ke bawah. Misalnya mereka yang bekerja di sektor konstruksi jalan, konstruksi bangunan, cleaning services, gardening, perhotelan, supermarket, dan lainnya. Mereka harus rela menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan kesempatan pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga. Disisi lain, mereka harus rela tidak dibayar selama menjalani masa cuti (Leave without pay). Tapi ya tidak semua perusahaan sub kontraktor seperti itu, untuk posisi senior staff, supervisor level, tentu mendapatkan jatah cuti yang berbeda. 

Saya dan rekan-rekan saya saat ini bekerja di perusahaan migas, Alhamdulillah mendapatkan kesempatan cuti selama 24 hari kerja setiap tahunnya. Setiap kelipatan 5 hari kerja akan mendapatkan tambahan 2 hari libur. Belum lagi ada tambahan cuti idul fitri selama 5 hari, idul adha 5 hari, national sport day 1 hari dan national day 1 hari. Maka jika ditotal menjadi 45-50 hari.

Walaupun harus menjalani masa-masa membujang di negeri orang, tapi saya tidak merasa sendiri. Banyak rekan-rekan senasib. Tak hanya rekan sebangsa, namun rekan-rekan dari bangsa lain juga banyak yang memilih membujang. 

Saya tinggal di sebuah gedung mirip apartemen. Satu gedung terdiri dari tiga lantai. Lantai satu berisi 6 unit, lantai 2 dan 3 berisi masing-masing 7 unit. Maka dalam satu apartemen, jika diisi penuh akan mampu menampung 20 orang. Masing-masing unit berisi, 1 kamar tidur, 1 kamar tamu,1 kamar mandi dan 1 dapur. Masing-masing kamar terdapat AC Split. Air dan listrik tak perlu membayar tagihan. Semua ditanggung perusahaan. Terima kasih yaa Allah atas nikmat yang kami terima ini. Semoga Engkau jadikan kami hamba-hamba yang senantiasa bersyukur dan tunduk atas segala perintahMu. 

Di gedung yang saya tempati, ada 10 diantaranya adalah orang Indonesia. 1 orang Filipina dan 1 orang India. 7 orang Indonesia diantaranya sering kumpul bareng. Bersama 2 orang Indonesia dari gedung lain. Setiap malam sehabis maghrib, kami berkumpul bersama di kamar tamu seorang rekan yang tinggal di lantai satu. Ibarat kata, kamar ini menjadi markas bagi Bachelor Groups. Ada diantara kami yang memang pintar memasak. Sebut saja, Chef Agus, Chef Wisnu dan Chef Kamim. Merekalah yang bergiliran memasak. Kalau saya, Om Ria Budi, Cak Anton, dan Pakde Mahmudi, menjadi team support saja. Entah itu nggoreng krupuk, nggoreng bakwan, membuat sambal, nyiapin lalapan, atau nyiapin teh tubruk yang rasanya manis sedang.

Masing-masing mempunyai sumbangsih. Sedikit-sedikit ketika dikumpulkan maka menjadi satu menu makan malam yang sederhana namun terasa istimewa. Rasanya khas Indonesia, dicampur dengan obrolan-obrolan terkini seputar tanah air dan perantauan. 

Jadi, yang hidup membujang di negeri orang, tak perlu risau. Semua pasti ada suka dukanya. Nikmati masa-masa indahnya dan bersabarlah ketika sedang menghadapi masa-masa nggak enak. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

Ditulis di Qatar, 20 Agustus 2017


Friday, August 18, 2017

#MerantauKeQatar: KETEMU PEMBACA BLOG

Kamis sore sepulang kerja pagi, cuaca masih sangat panas. 42-44 derajat celcius. Keringat gampang sekali keluar ketika kita berada diluar gedung.

Memenuhi undangan pihak KBRI Doha untuk semua masyarakat Indonesia di Qatar, saya bersama kedua kawan segera meluncur ke komplek kedutaan di Salata Jadid, Doha. Sepanjang jalan AC kendaraan menyala terus. Semakin ke arah Doha, suhu udara yang terpampang di dashboard mobil terus meningkat. Dari 42 derajat ketika awal berangkat, hingga akhirnya 45 derajat sesampainya di Doha.

Kemarin saya sempat chat WA dengan seorang pembaca blog (Mas Asduki). Beliau mengajak ketemuan di KBRI jika memang saya jadi ikut upacara.

Sesampai di halaman kedutaan, suasana masih sepi. Sekitar 20 orang saja. Hanya para penjaja makanan di tenda bazaar yang mulai sibuk menata dagangannya. Aneka makanan khas indonesia tertata di meja-meja bazaar. Dari mulai nasi bakar, mie ayam, batagor, es buah, teh botol dan bermacam panganan khas Indonesia lainnya.

Waktu semakin sore. Tepat 10 menit menjelang jam 17:00, kami yang diluar gedung diminta masuk ke ruang utama KBRI. Para petugas upacara sudah bersiap dengan tugas-tugasnya masing-masing.
Komandan regu segera mengatur barisan peserta upacara. Pembaca acara (Mbak Ratih) terus memandu semuanya demi kelancaran dan ketertiban upacara. Tak lupa beliau mengingatkan kepada semua peserta upacara untuk menonaktifkan gadget selama upacara berlangsung. 

Tak lama kemudian, Yang Mulia Bapak Duta Besar hadir. Berjalan menuruni tangga dari kantornya yang berada di lantai dua. Sebagian peserta berbaris di tangga, disisi kanan dan kiri. Hal ini mengingat jumlah peserta upacara di ruang utama sudah penuh.

Acara demi acara peringatan HUT RI yang ke-72 berjalan khidmat, walau masih saja ada beberapa peserta upacara yang sibuk mengambil gambar. Entah itu memfoto atau merekam. Hmm...memang susah ya ngatur orang di era digital. Harusnya ini sudah menjadi kerjaan pihak media yang sore itu juga hadir meliput.

Bapak Basri mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Bapak Presiden pada sidang umum MPR 16 Agustus kemarin.

Toleransi sesama umat manusia juga harus dijaga terus. Agar benih-benih terorisme tidak akan tumbuh. Bersatu dalam perbedaan, itu pesan kuat Bapak Sidehabi.

Selepas upacara, akhirnya saya bisa ketemu langsung dengan Bapak Asduki. Kini beliau mendapatkan sebagai Hygiene Specialist di perusahaan milik pemerintah.


Sugeng dan Asduki
Setelah memperkenalkan beliau ke beberapa rekan saya, saya tiba-tiba disapa oleh seorang anak muda. Laki-laki. Beliau menjelaskan bahwa mereka adalah dulu yang pernah membaca blog JQ, bahkan sempat bertanya tentang beberapa hal.

Dia adalah Mas Zaki. Seorang mahasiswa program Master di Qatar Foundation (HBKU) bersama dua orang temannya, Mas Tumin dan Mas Aqdi. Ketiganya menerima beasiswa penuh di dua bidang ilmu yang berbeda. Mas Tumin belajar di Master Comparative Religion, sementara Mas Zaki dan Mas Aqdi di Master Islamic Studies.



Dari kiri ke kanan, Aqdi, Tumin, Sugeng dan; Zaki

Bahagia rasanya bisa bermuwah jahah. Yang tadinya hanya komunikasi via blog, email dan WA, sore itu kita bisa saling melihat satu sama lain. Indahnya silaturahmi yaa..!

72 TAHUN INDONESIA MERDEKA | KERJA BERSAMA.


Budi, Arief & Sugeng | 3 Indonesian Nurses in Qatar