Bicara
tentang Jakarta, memang tidak bisa lepas dengan yang namanya kemacetan.
Khususnya di jam-jam sibuk. Waktu dimana warga ibukota berangkat ke tempat
kerjanya dan disaat pulang menuju rumahnya.
Trus,
upaya apa yang telah dilakukan pemerintah?
Bermacam upaya sudah, sedang dan
akan terus dilakukan untuk membantu mengurai kemacetan ibukota. Diantaranya dengan
penambahan jalan tol, penambahan jalan layang, penambahan armada bus
transjakarta, pengaturan arus lalu lintas di jam-jam sibuk, perbaikan layanan
KRL, dan upaya-upaya lainnya. Tetapi, tetap saja ibukota masih belum bisa menampung jumlah kendaraan yang
sebegitu banyak.
Photo by vibizmedia.com |
Jalan-jalan
raya dipenuhi dengan bermacam model kendaraan bermotor. Dari yang roda dua,
tiga, empat, enam bahkan mungkin lebih dari itu. Semua bercampur memadati jalanan
kota metropolitan.
Data
BPS DKI Jakarta Tahun 2015 mencatat bahwa jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2014 sudah lebih
dari angka 10 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduknya berkisar 1,06% per tahun.
Disisi lain, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta di tahun yang sama
tercatat lebih dari 17 juta. Wow, fantastis sekali perbedaannya!
Ternyata
populasi kendaraan jauh lebih banyak dibanding dengan populasi penduduknya.
Tidak dipungkiri, hal ini menjadi faktor yang sangat mempengaruhi permasalahan kemacetan
yang terus terjadi di Jakarta. Belum lagi dengan arus urbanisasi yang terus
terjadi dari tahun ke tahun. Karena kita semua tahu bahwa ibukota memang
menjanjikan bagi banyak warga negara di seluruh pelosok tanah air. Ibukota
menjadi tempat bagi banyak orang menaruh harapan untuk perubahan hidup yang
lebih baik.
Lantas
apa upaya pemerintah selanjutnya?
Apa
hanya tinggal diam?
Atau
menunggu ibukota macet total dan sama sekali tidak bergerak karena semua
jalanan sudah dipenuhi lautan manusia dan kendaraan?
Nah
ini dia jawabannya!
MRT (Mass Rapid Transport) Jakarta. Dalam bahasa
Indonesianya dikenal dengan istilah Angkutan Cepat Terpadu Jakarta.
Moda
transportasi masal yang satu ini berbasis rel. Kecepatan dan kenyamanannya tak
lama lagi dapat kita rasakan. Dalam situs resmi MRT Jakarta yang
saya cek tanggal 23 Agustus 2017 jam 09:20 WIB, MRT Jakarta akan beroperasi 554
hari, 18 jam dan 38 menit lagi. Berkisar
awal tahun 2019 maka MRT Jakarta akan mulai melintas di jalanan ibukota.
MRT Jakarta mempunyai visi menjadi penyedia jasa transportasi publik terdepan
yang berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
mobilitas, pengurangan kemacetan, dan pengembangan sistem transit perkotaan.
Situs wikipedia mencatat bahwa pembangunan MRT Jakarta sudah dimulai sejak
tanggal 10 Oktober 2013. Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang
kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor
Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur –
Barat sepanjang ±87 km.
Photo by beritadaerah.co.id |
Jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, hadirnya MRT Jakarta boleh
dibilang terlambat. LRT (Light Rail Transit) Manila sudah hadir di
Filipina sejak tahun 1984. Kemudian disusul Singapura dengan MRT nya di tahun
1987, MRT Bangkok Thailand di tahun 2004 dan MRT Malaysia di tahun 2016.
Tapi
lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sebagai ibukota Negara harus
bisa menjaga agar detak jantungnya terus berdenyut. Hadirnya MRT Jakarta yang
akan mulai beroperasi pada 2019 nanti diharapkan mampu mengubah Jakarta. MRTJakarta yang mampu menarik hati para pengendara kendaraan pribadi untuk beralih
ke moda transportasi publik yang baru ini. MRT Jakarta yang mampu mengubah
wajah Jakarta yang sering macet menjadi wajah Jakarta yang cerah ceria karena
kelancaran lalu lintasnya.
Dengan
semangat HUT RI ke 72 dengan slogannya KERJA BERSAMA, ayo bersiap diri untuk bersama-sama menggunakan layanan MRT Jakarta di tahun 2019 untuk #UbahJakarta menjadi lebih baik. #UbahJakarta
menjadi lebih sehat karena berkurangnya asap kendaraan pribadi di jalanan
ibukota.
Ingat ibukota, ingat MRT Jakarta!
Twit: @mrtjakarta FB: facebook.com/jakartamrt dan IG: @mrtjkt
No comments:
Post a Comment