Kamis sore sepulang kerja pagi, cuaca masih sangat panas. 42-44
derajat celcius. Keringat gampang sekali keluar ketika kita berada diluar
gedung.
Memenuhi undangan pihak KBRI Doha untuk semua masyarakat Indonesia
di Qatar, saya bersama kedua kawan segera meluncur ke komplek kedutaan di
Salata Jadid, Doha. Sepanjang jalan AC kendaraan menyala terus. Semakin ke arah
Doha, suhu udara yang terpampang di dashboard mobil terus meningkat. Dari 42
derajat ketika awal berangkat, hingga akhirnya 45 derajat sesampainya di Doha.
Kemarin saya sempat chat WA dengan seorang pembaca blog (Mas
Asduki). Beliau mengajak ketemuan di KBRI jika memang saya jadi ikut upacara.
Sesampai di halaman kedutaan, suasana masih sepi. Sekitar 20 orang
saja. Hanya para penjaja makanan di tenda bazaar yang mulai sibuk menata dagangannya.
Aneka makanan khas indonesia tertata di meja-meja bazaar. Dari mulai nasi
bakar, mie ayam, batagor, es buah, teh botol dan bermacam panganan khas
Indonesia lainnya.
Waktu semakin sore. Tepat 10 menit menjelang jam 17:00, kami yang
diluar gedung diminta masuk ke ruang utama KBRI. Para petugas upacara sudah
bersiap dengan tugas-tugasnya masing-masing.
Komandan regu segera mengatur barisan peserta upacara. Pembaca
acara (Mbak Ratih) terus memandu semuanya demi kelancaran dan ketertiban
upacara. Tak lupa beliau mengingatkan kepada semua peserta upacara untuk
menonaktifkan gadget selama upacara berlangsung.
Tak lama kemudian, Yang Mulia Bapak Duta Besar hadir. Berjalan
menuruni tangga dari kantornya yang berada di lantai dua. Sebagian peserta berbaris
di tangga, disisi kanan dan kiri. Hal ini mengingat jumlah peserta upacara di
ruang utama sudah penuh.
Acara demi acara peringatan HUT RI yang ke-72 berjalan khidmat,
walau masih saja ada beberapa peserta upacara yang sibuk mengambil gambar.
Entah itu memfoto atau merekam. Hmm...memang susah ya ngatur orang di era
digital. Harusnya ini sudah menjadi kerjaan pihak media yang sore itu juga
hadir meliput.
Bapak Basri mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan. Hal
ini senada dengan yang disampaikan Bapak Presiden pada sidang umum MPR 16
Agustus kemarin.
Toleransi sesama umat manusia juga harus dijaga terus. Agar
benih-benih terorisme tidak akan tumbuh. Bersatu dalam perbedaan, itu pesan
kuat Bapak Sidehabi.
Selepas upacara, akhirnya saya bisa ketemu langsung dengan Bapak
Asduki. Kini beliau mendapatkan sebagai Hygiene Specialist di perusahaan milik
pemerintah.
Sugeng dan Asduki |
Setelah memperkenalkan beliau ke beberapa rekan saya, saya
tiba-tiba disapa oleh seorang anak muda. Laki-laki. Beliau menjelaskan bahwa
mereka adalah dulu yang pernah membaca blog JQ, bahkan sempat bertanya tentang
beberapa hal.
Dia adalah Mas Zaki. Seorang mahasiswa program Master di Qatar
Foundation (HBKU) bersama dua orang temannya, Mas Tumin dan Mas Aqdi. Ketiganya
menerima beasiswa penuh di dua bidang ilmu yang berbeda. Mas Tumin belajar di
Master Comparative Religion, sementara Mas Zaki dan Mas Aqdi di Master Islamic
Studies.
Dari kiri ke kanan, Aqdi, Tumin, Sugeng dan; Zaki |
Bahagia rasanya bisa bermuwah jahah. Yang tadinya hanya komunikasi
via blog, email dan WA, sore itu kita bisa saling melihat satu sama lain.
Indahnya silaturahmi yaa..!
72 TAHUN INDONESIA MERDEKA | KERJA BERSAMA.
Budi, Arief & Sugeng | 3 Indonesian Nurses in Qatar |
No comments:
Post a Comment