RS Kariadi 2001 (Photo credit by Wikimapia) |
Serasa baru kemarin menuliskan sebuah mimpi bisa menulis kisah perjalanan hidup saya dengan hashtag #TuesdayWritingChallenge2016, yang kemudian saya singkat menjadi #TWC2016. Waktu berjalan begitu cepat. Hadirnya media maya memang punya andil besar dalam 'mempercepat' bergulirnya waktu.
Selasa kali ini saya akan menceritakan tentang awal mula petualangan hidup sebagai praktisi prehospital. Sepuluh bulan pelatihan di Balai Diklat RSUP Kariadi sudah berakhir. Ada tiga kelas yang ikut program. Masing-masing kelas ada sekitar 40 orang, jadi totalnya 120.
Dari awal masa pelatihan kami yang datang dari berbagai penjuru Jawa Tengah sudah diberikan motivasi luar biasa bahwa pada masa atau di akhir masa pelatihan nanti akan ada seleksi perawat untuk diberangkatkan ke Luar Negeri. Pelatihan dibawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah ini punya judul -Sertifikasi Perawat Profesional untuk ke Luar Negeri-.
Membaca judulnya, saya dan rekan saya, Ria Budi sampai terkesima. Kami berdua yang masih bekerja sebagai karyawan honor di Rumah Sakit milik pemerintah Purbalingga pun bimbang. Kami dihadapkan pada dua pilihan, antara melanjutkan kerja sebagai tenaga Non-PNS atau memilih mengikuti pelatihan di Semarang.
Singkat cerita, setelah mengikuti seleksi di Poltekkese Kemenkes Semarang, kami berdua yang lulusan Diploma Tiga Keperawatan kelas akselerasi lulus seleksi. Kami mampu lulus dan bergabung dengan anak-anak fresh graduate dari berbagai kampus di Jawa Tengah. Bahkan kompetitor masa seleksi masuk yang notabene dari kampus negeri pun tidak bisa bergabung dengan pelatihan karena mereka tidak lulus ujian masuk.
Pelatihan berjalan selama 10 bulan. Di masa tiga bulan pertama kami tinggal di Asrama Diklat (yang saat ini sudah dibangun menjadi Paviliun Garuda RSUP Kariadi). Tinggal di sebuah bangunan yang sudah berumur. Anak-anak laki-laki tinggal dilantai bawah, sementara anak-anak perempuan tinggal di lantai atas.
Di waktu pagi, anak-anak 'dipekerjakan' di berbagai ruangan di RSUP Kariadi. Kami bukanlah praktikan mahasiswa karena kami tidak lagi sekolah. Kami sudah lulus kuliah. Walaupun kerja di ruangan, namun status kami pun tidak begitu jelas. Kami karyawan bukan, mahasiswa juga bukan. Karyawan RSUP Kariadi menyebut kami dengan panggilan -Adik sertifikasi-. Terdengar aneh memang, tapi itulah lakon kami waktu itu.
Dari satu ruang ke ruang lainnya. Mengenal berbagai macam karakter karywan, ruangan dan pasien.Banyak pengalaman hidup yang saya dapat. Karena pengalaman hidup itu tak melulu yang enak-enak saja. Terkadang kita dihadapkan pada kondisi-kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan hati.
Di sore harinya, para pengajar dari kampus Poltekkes, Dinkes Propinsi atau Karyawan RSUP Kariadi yang ditunjuk datang mendidik dan melatih. Berbagai macam topik yang diajarkan.
Tiga dosen yang masih kami ingat adalah Pak Jayadi, Pak Budiana dan Ibu Meidiana.
Pak Jayadi adalah mantan perawat yang bekerja di Luar Negeri. Beliau sudah banyak menimba pengalaman di luar negeri. Namun yang berbeda waktu itu adalah beliau tak lagi menjadi seorang perawat, melainkan beliau bekerja sebagai tenaga keuangan di RS. Tapi tak perlu ragu dengan kapabilitasnya dalam berbagi pengalaman.
Topik andalan beliau adalah tentang English Nursing. Beliau mengajarkan tentang rutinitas perawat ketika bekerja di luar negeri. Ada istilah Kardek dan Shift endorsement. Itu dua istilah yang masih saya ingat. Beliau memberi contoh tentang cara-cara penulisan laporan atau operan shift dengan bahasa inggris.
Dosen kedua yang masih menempel di kepala saya adalah Ibu Meidiana. Beliau waktu itu menjadi dosen di Poltekkes Semarang. Saya tidak ingat banget topik yang beliau ajarkan, namun saya ingat sekali dengan beliau. Saat ini beliau menjadi salah satu dosen Fakultas Keperawatan di Universitas Diponegoro.
Dosen ketiga yang tak pernah saya lupa namanya adalah Mr. Budiana. Seorang guru bahasa inggris dari sebuah Universitas Swasta di Semarang. Beliau sudah berumur kala itu. Semoga beliau masih sehat. Gaya mengajar yang sangat enak diterima. Satu yang masih membekas di benak saya adalah ketika kami diajak belajar di laboratorium bahasa.
Sebelum pelajaran dimulai, beliau membagi kertas yang sudah ada bait-bait lagu berbahasa inggris. Ada sebagian teks yang memang sengaja dikosongkan. Beliaupun memberikan arahan, bahwa hari itu kami diajak mendengarkan musik berbahasa inggris bersama-sama. Sangat rileks. Pak Budiana meminta kami para siswa untuk mengisi kolom-kolom kalimat yang masih kosong. More Than Words, inilah salah satu lagu yang dinyanyikan oleh West Life dan menjadi lagu yang diputar Pak Budiana untuk kami dengarkan. It was a great lesson for us! Thanks Mr. Budiana.
Tiga bulan perdana berlalu, 7 bulan sisanya kami harus mencari kost-kostan sendiri. Kami pun beramai-ramai mencari kost-kost an. Masuk ke gang-gang sempit di seputaran Kali Sari. Kamar sempit bukan menjadi masalah bagi kami. Yang terpenting adalah bisa beristirahat dan harga terjangkau. Maklum lah sudah tidak bekerja lagi dan tidak memiliki gaji.
Kita sambung minggu depan ya....sampai jumpa di Kali Sari lagi :)
Dukhan, 5 Januari 2016
No comments:
Post a Comment