Wednesday, July 23, 2014

Catatan Kecil, Meneladani Pak Umay

Semalam kami mengaji bersama. Kami kedatangan tamu dari Indonesia. Dipertemukan dengan seorang ulama yang menurut saya luar biasa. Ilmunya berisi tapi beliaunya sangat bersahaja.

Pak Umay, begitu orang menyebutnya dan begitu pula beliau ingin dipanggil atau disebut. Beliau nggak senang jika dipanggil pak ustadz apalagi kyai. Panggil saya Pak Umay saja, ungkap beliau semalam.

Sejak dalam kandungan ibunya yang masih berumur empat bulan, calon bayi Pak Umay ditinggalkan sang Ayah yang meninggal dunia.
Menjadi yatim sejak kecil bukanlah kemauannya. Yatim merupakan pilihan Allah yang akhirnya menjadikan Umay kecil menjalani hidup susah karena kemiskinan. Akan tetapi, kemiskinan tidak menyurutkan niatnya untuk terus belajar dan belajar.

Sepeninggal ayahnya, Ibunda Pak Umay harus merawat anak-anaknya yang masih kecil. Hidup sendirian dengan anak-anak tanpa adanya suami, menjadikan keseharian Ibunda Pak Umay dipenuhi dengan ibadah. Sholat tahajud menjadi amalan rutin disamping sholat lima waktu. Bahkan menurut kisah Pak Umay semalam, ibundanya menghiasi hari-harinya dengan tilawah Alqur-an.

Dalam waktu enam hari, terkadang sudah khatam 30 juz. Sungguh seorang Ibu yang luar biasa. Ditengah lemahnya ekonomi, beliau mengandalkan kekuatan do-a untuk mengasuh dan menjalani kehidupan bersama buah hatinya.

Kisah perjuangan untuk bersekolah Pak Umay bisa kita temui di blog-blog. Bahkan kisah hidupnya pernah ditulis menjadi skripsi mahasiswa sarjana strata satu UIN Jakarta, Khoerudin*. Skripsinya berjudul Peranan KH. Umay Dja'far Shiddiq, MA dalam mengembangkan islam di Jampang Kulon, Sukabumi, yang dirilis pada tahun 2010 lalu.

Hitung-hitungan ekonomi, sangat sulit bagi Umay kecil bisa mendapatkan sekolah yang bagus layaknya keluarga lain. Akan tetapi ada sebuah kisah yang tak bisa dilupakannya, yang akhirnya menjadi penyemangat hidupnya untuk terus menuntut ilmu. Berikut cuplikan tulisan dari skripsi Pak Khoerudin,

Sudah dua bulan tahun pelajaran 1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di Masjid Bojongwaru, pagi itu ia merasakan hatinya perih tak terperi. Pikirannya melayang jauh, mem­ba­yangkan suasana ketika tak lama lagi anak-anak seusianya beramai-ramai ber­gerombol berjalan kaki menuju sekolah SD Bojong Genteng, yang jaraknya se­kitar dua kilometer dari rumahnya, se­mentara ia hanya bisa memandangi sua­sana itu. Umay kecil sampai mengurut dada, ia merasa sedih, keyatiman dan ke­miskinan serasa telah membedakannya dari yang lainnya. Ibunya tak sanggup memasukkannya ke sekolah.

Entah kenapa, sore harinya sang ibu berpesan, “Nanti malam tidak usah tidur di masjid. Di rumah saja.”
Tanpa berpikir kenapa, ia menjawab, “Ya.”.

Kira-kira pukul tiga dini hari ia di­bangunkan ibunya dan diajaknya ke tikar shalat. Rupanya sang ibu baru saja sele­sai shalat malam. Ternyata ibunya itu juga sedang menangis karena derita hati anak­nya yang ingin sekolah.

Kedua lutut ibunya dipertemukan de­ngan dua lututnya, kemudian sang ibu ber­ujar lirih, “Nak, semua manusia lahir de­ngan rasa ingin mulia. Ada manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita mis­kin. Orang mulia karena turunan ra­den, sedangkan kita rakyat jelata. Orang mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena ke­pintarannya…maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…”

Sesaat setelah mengatakan itu, ibu­nya mencium kening si anak, lalu di­pe­luknya di sela-sela isak tangisnya. Ibunya mengakhiri pembicaraannya de­ngan, “Maafin Emak, nggak bisa nyekolahin.”

Umay kecil tak begitu paham apa yang dikatakan ibunya. Dengan terkan­tuk-kantuk ia kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai  subuh  tiba.
Selepas Umay shalat Subuh, teringat olehnya sebagian dari ungkapan ibunya tadi malam, “Carilah ilmu, untuk kemulia­anmu…”
Banyak sekali orang yang turut membantu Pak Umay dari SD hingga jenjang pendidikan S3 nya. Nama-nama orangnya pun tak kan pernah lekang oleh waktu. Semalam beliau menyebutnya satu per satu dengan lancar, bahkan hingga berkaca-kaca.

Seorang anak yatim dari pinggiran hutan di Sukabumi ini, akhirnya pulang kembali ke Sukabumi untuk turut membangun desanya, mendidik anak-anak di kampungnya. Kebanyakan anak-anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu.

Sebuah Yayasan didirikannya, Darul 'Amal. Yayasan ini mempunyai sekolah dan asrama yang sekaligus pesantren. Muridnya dari mulai TK hingga level SMA. Jumlahnya sudah ribuan. Subhanallah!

Pak Umay adalah juga seorang penghafal alqur'an. Nikmat sekali rasanya bisa mengaji bersama beliau. Penjelasannya tentang ayat-ayat alqur'an yang direfleksikan dalam kehidupan manusia sungguh mudah dicerna. Nama surat dan ayat-ayat dalam alqur'an dipahaminya dengan baik.

Semoga ada saatnya bisa mengaji lagi sama beliau.

Dukhan, 4 Juni 2014
Sugeng Riyadi Bralink

* Khoerudin, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1431H/2010M.


Sumber artikel: FB Sugeng Bralink

5.5 Tahun Usiamu, Menjadi Awal Belajar Puasa Ramadan

Doha - Qatar | Anak kami yang kedua, Nadira Yanri Dukhanina namanya. Memasuki akhir Desember tahun usianya akan genap 6 tahun. Jadi saat ini dia baru menginjak usia 5.5 tahun. Nadira yang periang sudah masuk di bangku TKIT. Diantara teman-temannya, Dira, termasuk anak yang semangat untuk belajar. Jadi jangan heran, walau masih usia TK, dia sudah mulai bisa membaca. Rasa ingin bisanya sangat tinggi!

Maaf! Tulisan ini tidak bermaksud pamer atau apa ya. Tapi hanya merekam jejak kehidupan anak saja. Di usia yang belia, ramadan tahun ini menjadi awal latihan baginya berpuasa.

Hari pertama puasa, Dira ngikuti ibu dan kakaknya makan sahur. Memang sedikit susah ketika dibangunkan. Ya namanya juga masih anak-anak. Hari pertama puasa, akhirnya hanya sampai jam 05.30 saja.

Latihan puasa ini tentu tak seperti puasanya orang yang sudah wajib hukumnya. Latihan puasa bagi Dira lebih kepada proses pembelajaran bagaimana menahan makan dan minum. Memang kalau dipikir kasihan juga. Masih anak-anak harus menahan makan dan minum untuk waktu yang tidak sebentar.

Untuk mencapai kesempurnaan, semua butuh waktu. Begitupun anak kami. Di hari-hari berikutnya makin bertambah durasi tahan lapar dan dahaganya. Di hari kedua, Dira mampu latihan puasa hingga jam 10.30. Sebuah pencapain yang luar biasa!

Dan di hari ketiga, satu hari penuh dapat dilampauinya. Dan hari berganti hari, Dira terus rajin latihan puasa bersama Ibu dan kakaknya. Kalau kakaknya sendiri usianya sudah 8.5 tahun. Sudah nggak malas lagi kalau waktu sahur tiba. Begitu dibangunkan, maka Nasywa langsung bangun dan bergegas menuju meja makan untuk makan sahur.

Walau tak semuanya penuh, alhamdulillah banyak hari-hari yang menjadikan Dira mampu latihan puasa dari azan subuh berkumandang hingga azan maghrib tiba. Menurut saya sebagai bapak kandungnya, ini sebuah perjuangan yang luar biasa. Ini sebuah proses belajar perlu diapresiasi. Tas sekolah pun sudah dipesannya sebagai hadiah untuk Dira yang sudah rajin latihan puasa.

Subhanallah, semoga Allah senantiasa menjagamu Nak. Semoga Allah senantiasa membimbingmu menjadi anak yang cerdas dalam belajar, taat dalam beribadah dan berbakti pada orangtuamu. Aamiin.

Dukhan, 12 Juli 2014



Sumber: FB Sugeng Bralink

13 Hal Penting selama Ramadan 2014 di Qatar


14059447821950355007

@sugengbralink
Dukhan - Qatar | Ramadan adalah bulan suci buat umat Islam di seluruh pelosok dunia. Bulan ini dinantikan kehadirannya sebagai wahana untuk menyucikan diri dan memperbanyak amal ibadah. Tiap Negara mempunyai tradisi sendiri dalam menyambut hadirnya bulan yang penuh hikmah ini. Begitu pun di Qatar.

Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang Ramadan di Qatar. Mungkin saja Anda sedang transit dan punya kesempatan jalan-jalan di Kota Doha, mungkin saja suatu hari nanti Anda turut menjadi seorang TKI seperti saya. Berikut ini yang menjadi catatan saya:

1. Penentuan awal dan akhir Ramadan

Di negeri yang kaya minyak dan gas ini, pemerintah Qatar melalui kementerian agama menentukan awal dan Ramadan dengan cara melihat hilal (bulan sabit) secara langsung. Seluruh warga Negara dan ekspatriat memulai hari pertama puasa dan mengakhirinya secara bersamaan, berbeda dengan di Indonesia, yang terkadang sering berbeda awal dan akhir ramadannya.

2. Perubahan Jam kerja

Selama datangnya bulan Ramadan, jam kerja menjadi berkurang. Dari yang biasanya 8 jam per hari menjadi 5 jam per hari untuk sektor pemerintah, dan 6 jam per hari untuk sektor swasta.

Perkantoran pemerintah buka di siang dan malam hari. Rata-rata perkantoran akan buka pukul 09.00 hingga 12.00 siang hari. Kemudian akan buka kembali pukul 21.00 hingga 24.00. Perubahan jadwal buka kantor terjadi di seluruh sector di antaranya Kantor Layanan Publik di perkotaan (Municipality), Kantor Pos, Kantor polisi, Rumah Sakit, Pusat layanan kesehatan (klinik), Restoran, tak terkecuali jam buka tempat perbelanjaan.

3. Tidak makan sembarangan di luar rumah

Makan dan minum di ruang terbuka selama bulan Ramadan di Qatar menjadi hal yang melanggar hukum. Karena itu, mayoritas restoran akan tutup di siang hari.
Di lingkungan kerja, yang tidak berpuasa akan menghargai yang berpuasa. Jika akan makan atau minum, rata-rata akan mencari ruang tertutup agar tidak mengganggu yang sedang berpuasa. Walaupun disisi lain banyak yang tidak mempermasalahkannya. Bahkan di antara mereka lebih memilih tidak makan selama jam kerja dan memilih makan jika sudah sampai rumah.

4. Siang hari menjadi lebih panjang

Ramadan tahun ini jatuh bertepatan dengan musim panas. Suhu minimum berkisar 30 derajat celcius, sementara suhu tertinggi bisa mencapai 45 derajat. Malam hari akan lebih pendek dibanding siang. Waktu subuh sudah masuk pada jam 03.20, sementara waktu maghrib baru masuk pada jam 18.30. Kisaran rata-rata puasanya menjadi 15 jam. 3 jam lebih lama dibanding puasa di Indonesia yang hanya 12 jam.

5. Kegiatan Sosial

Ramadan adalah bulan peningkatan kualitas ibadah. Boleh dibilang sebagai bulan pesta ibadah, karena pahalanya yang berlipat ganda dibanding bulan-bulan diluar Ramadan. Hikmahnya yang luar biasa dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga social untuk menyelenggarakan buka bersama bagi kaum yang berpendapatan rendah. Ketika Ramadan tiba, banyak kita temui masjid-masjid yang didepannya didirikan tenda-tenda untuk pelaksanaan buka bersama. Mereka tinggal datang saat hendak berbuka, dan semuanya gratis.

6. Kemacetan lalu lintas

Suasana lalu lintas di siang hari relative lancar. Banyaknya perkantoran yang buang di siang hari mengakibatkan jalanan lengang. Kemacetan lalu lintas di kota Doha baru akan terjadi ketika mendekati waktu berbuka. Kendaraan ramai di jalanan menuju restaurant untuk menyantap menu berbuka atau tergesa mengejar waktu agar bisa berbuka bersama keluarga di rumah.

Kemacetan lalu lintas kembali meningkat usai jamaah shalat tarawih. Banyak dari mereka yang ingin menikmati udara luar di malam hari. Maklum lah di siang hari udaranya begitu panas. Suhunya bisa tembus 45 derajat celcius.

Oleh karena itu, berhati-hatilah jika anda berkendara di waktu-waktu menjelang azan maghrib dan waktu selepas tarawih. Bisa jadi banyak kita temui pemobil yang kurang berhati-hati dalam berkendara karena memburu waktu.

7. Kemacetan di Mall

Ternyata kemacetan tak terjadi di jalan raya saja. Di Qatar, mall-mall yang biasanya buka di siang hari lebih lama, di bulan ramadan akan buka hingga waktu subuh. Orang pun ramai di Mall. Bukannya meramaikan masjid untuk i’tikaf, tapi banyak orang yang lebih memilih untuk berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan.

8. Hiburan & Tradisi Special

Bertepatan dengan ajang piala dunia 2014, ada beberapa tempat yang mengadakan nonton bareng seperti di Katara, Aspire dan beberapa hotel di Qatar. Di berbagai perusahaan banyak di gelar Ramadan sports turnamen. Turnamen olahraga ini digelar malam hari dengan hadiah yang lumayan.

Kemudian ada dua tradisi yang khusus digelar selama Ramadan yaitu Menyulut Meriam (Fire Cannon). Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di Lokasi parkir kantor pos besar Qatar di dekat Corniche dan beberapa lokasi lainnya. Tradisi kedua yaitu Garangao. Sebuah tradisi lama bagi anak-anak yang dilaksanakan pada Ramadan hari ke-14. Kegiatan ini semacam Halloween yang biasa dilaksanakan di negeri Barat. Anak-anak memakai pakaian tradisional yang warna warni. Kemudian anak-anak mengetuk pintu setiap rumah untuk mendapatkan kacang-kacangan dan permen. Tentu sambil menyanyikan lagu Garangao.

9. Menu Makanan Special Ramadan

Enam kali Ramadan, saya amati ada menu-menu khusus yang muncul hanya di bulan Ramadan. Apa itu? Nasi kambing. Nasi ini dinamai nasi makhbus kambing (laham makhbus). Nasi yang dimasak dengan aneka macam rempah-rempah, kemudian dimasak bareng dengan daging kambing. Makanan ini akan disajikan dalam nampan yang besar. Makannya dimakan bersamaan oleh beberapa orang.
Sebagai makanan untuk membatalkan puasa, kurma dan air menjadi pilihan pertama. Selanjutnya ada susu fermentasi (laban), harris (bubur dari kacang-kacangan) dan salona (masakan daging kambing yang dicampur dengan sayur-sayuran).

10.Tidak ada jual beli alcohol

Konsumsi alcohol di Qatar diatur secara hukum. Hanya orang non islam saja yang berhak mendapatkan ijin (license) untuk membeli minuman beralkohol. Tanpa license, tak bisa membeli minuman yang diharamkan dalam islam ini. Khusus bulan Ramadan, penjualan alcohol di Qatar ditutup.

11.Beberapa pembatasan dalam Masjid

Kementerian agama (Awqaf) di Qatar melarang adanya pengumpulan donasi di masjid-masjid tanpa ijin. Ceramah-ceramah agama bisa diselenggarakan jika berijin. Tak terkecuali wakaf alqur’an dan buku-buku keislaman baru bisa dibagikan jika sudah memperoleh ijin dari Awqaf. Anak-anak lebih disarankan untuk tinggal di rumah agar tidak  mengganggu shalat tarawih.

12.Tidak ada THR

Di Indonesia, THR merupakan sesuatu yang banyak ditunggu pembayarannya ketika Ramadan akan berkahir. Tapi lain dengan di Qatar. Di negeri ini tidak ada yang namanya THR.

Para karyawan yang bekerja shift akan mendapatkan jam kerja ekstra. Kalkulasinya begini. Jika diluar Ramadan kerjanya 8 jam, selama Ramadan juga 8 jam. Akan tetapi kelebihan 2 atau 3 jam kerja menjadi jam kerja lembur. Ini artinya para pekerja level biasa dan buruh akan mendapatkan uang tambahan.

Walaupun di Qatar tidak ada uang THR, tapi paling tidak tambahan pembayaran jam lembur itu bisa menjadi pengganti THR ala Indonesia.

13.Musim Panen Kurma

Suhu udara yang kian panas menjadikan buah kurma di pohon menjadi kuning dan matang. Inilah saatnya menikmati buka puasa dengan kurma segar yang baru matang di pohon.

Demikian yang bisa saya share, semoga bermanfaat bagi anda yang akan bepergian di Qatar atau bagi anda yang suatu hari nanti akan menjadi Diaspora Indonesia di Qatar.

Ramadan Kareem & Salam Diaspora!

Dukhan, 21 Juli 2014
Sugeng Bralink (riyadi.sugeng@gmail.com)
Tambahan Bacaan: Dohanews.co dan Qatarliving.com,

Sumber artikel: Kompasiana

Ramadan di Qatar, Saatnya Ketemu Ulama Besar dari Indonesia


14051369011798165754

Foto by Kamim Tohari
Doha - Qatar | Memasuki bulan Juni, Juli dan Agustus menjadi bulan-bulan yang sangat panas di kawasan Timur Tengah, tak terkecuali Qatar. Di pertengahan Juli, suhu udara terendah berkisar 30-31 derajat dan suhu maksimum berkisar 44-45 derajat celcius.
Ketika musim panas tiba, waktu malam memendek dan waktu siang menjadi lebih panjang. Ini berimbas pada kaum muslim yang sedang melaksanakan puasa Ramadan tahun ini. Waktu puasa menjadi lebih panjang dari biasanya.

Kumandang azan subuh sekitar jam 03.20 an dan kumandang azan maghrib sekitar jam 18.30 an. Jika di Indonesia, kisaran puasa Ramadan hanya 12 jam, maka di Qatar menjadi 15 jam, bahkan lebih. Tentu ini masih jauh lebih ringan disbanding puasanya kaum muslim yang bermukim di kutub utara. Mereka bisa puasa hingga 20-21 jam.

Tahun ini menjadi tahun ke tujuh bagi saya dalam menikmati ibadah Ramadan di Qatar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, IMSQA (Indonesian Moslem Society in Qatar) dengan ijin dari Awqaf (Kementrian Agama di Qatar) menghadirkan ulama-ulama (ustadz) dari Indonesia. Dalam sebulan ramadan, didatangkan dua ustad untuk mengisi kegiatan safari Ramadan dari satu kota ke kota lainnya. Banyak dari mereka adalah ulama-ulama terkenal.
1405137226775477880
Foto by Wisnuendro
Alhamdulillah, hingga hari ini kami (para TKI) sudah bisa ketemu dan mengaji dengan beberapa ulama besar Indonesia, diantaranya Ustad Didin hafidudin (Ketua Badan Amil Zakat Nasional), Ustad Shamsi Ali (Imam Besar Masjid New York), Ustad Syuhada Bahri (Ketua Dewan Dakwah Indonesia), Ustad Yusuf Mansur (Pendiri Daarul Qur’an), Ustad Ahmad Sarwat (Pengelola Rumah Fiqih Indonesia), Ustad Fadlan Gharamatan (Pejuang dakwah islam di Papua), Pak Umay M. Dja’far Shiddieq (Pendiri Yayasan Darul ‘Amal), Aa Gym (Pendiri Daarut Tauhid) dan puluhan ulama lainnya. Sungguh sebuah kehormatan dan kebahagiaan bagi kami sebagai TKI bisa bertatap muka dan menimba ilmu secara langsung dari mereka.

Bayangkan saja, jika di Indonesia paling mentok bisa nonton di TV. Sementara disini, kami bisa mengaji, tanya jawab, bahkan sempat juga foto bersama. Dekat dan begitu dekat. Boleh dibilang, kapan lagi bisa ketemu ulama-ulama besar Indonesia.
14051371052020931803
Foto by Wisnuendro
Saya dan sekitar 370-an warga Indonesia lainnya bermukim di kawasan perumahan milik perusahaan pemerintah di Qatar. Dukhan, itu nama kotanya. Jaraknya sekitar 100 KM dari ibukota Negara Qatar, Doha.

Tiap Ramadan tiba, dua kali safari Ramadan kami selenggarakan. Inilah saat yang kami nanti-nanti. Saat bisa berbuka bersama menikmati menu ala Indonesia. Saat bisa bersilaturahmi dalam kedekatan dengan warga Negara Indonesia yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia ini.

Ada yang dari Jawa, Sumatra, Kalimantan bahkan Sulawesi. Betapa indahnya kebersamaan itu!

Jam 5 sore waktu setempat, ustad yang kami nanti sudah tiba. Beliau adalah Imam Besar Masjid Istiqlal, Ustad Ali Musthafa Ya’qub. Sebuah kesempatan langka bisa ketemu langsung seorang pakar hadits.

Tepat jam 5.30 sore, acara ngaji segera dimulai. Sambil menanti waktu berbuka satu jam lagi, ustad Ali Musthafa Ya’qub mulai memberikan tausiyahnya.

Pesan penting Ustad Ali Musthafa Ya’qub yang bisa saya simpulkan adalah banyak dari kita yang menjadikan Ramadan sekedar rutinitas tahunan saja. Sebelum Ramadan biasa korupsi, begitu Ramadan tiba korupsinya berhenti. Tetapi begitu Ramadan berlalu, korupsinya dimulai kembali tanpa merasa berdosa sedikitpun. Begitulah Ustad Ali mencontohkan.

Tahunan sudah kita berpuasa, tapi banyak dari kita yang menjadikan Ramadan berlalu begitu saja tanpa adanya perubahan perilaku. Padahal tujuan utama Ramadan adalah menjadikan umat yang bertakwa. Umat yang takut akan larangan Allah dan taat akan perintahNya.
1405137177858741457
Foto by Wisnuendro
Disisi lain, beliau mengajak jamaah untuk menginfakkan sebagian hartanya untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. Karena disaat yang bersamaan, mereka di jalur Gaza tak bisa menikmati suasana berbuka puasa yang aman dan nyaman. Tidak hanya itu, ketika waktu sahur tiba, mereka juga harus menghadapi resiko kematian dari serangan tentara zionis.

Tidak hanya kebersamaan diantara warga yang kami rasakan malam ini, tetapi kami bisa berbagi melalui bantuan kemanusiaan Gaza. Walau tak banyak yang bisa kami kumpulkan, semoga bisa mengurangi beban penderitaan mereka disana.

Dukhan, 12 Juli 2014
Sugeng Bralink (riyadi.sugeng@gmail.com)

Sumber artikel: Kompasiana

Catatan Kecil Pilpres 2014 dari Qatar

Doha - Qatar | Hajatan pilpres 4 Juli 2014 di seluruh wilayah Qatar berjalan aman dan damai. Terdapat 9 TPSLN di Qatar. Lokasinya tersebar di beberapa kota, Doha, Messaied, Al Khor hingga Dukhan.

Alhamdulillah, kita (bangsa Indonesia) telah difasilitasi oleh negara ini untuk melakukan pesta demokrasi. Sebuah pesta yang mungkin bukan hal biasa terjadi di negara monarki.
Tahun ini menjadi tahun yang penuh pengalaman bagi saya. Sebuah pengalaman mengemban tugas negara, menjadi anggota KPPSLN.
14045702332105151357
dok.pribadi
Sejak pagi jam 09.00 waktu Qatar, bahkan sebelum TPS dibuka, sudah ada dua orang polisi di dalam kendaraan Land Cruiser bersiaga, tepat di depan gedung yang didalamnya ada TPSLN 9 Dukhan.
Selama pilpres berjalan dari jam 09 pagi sampai jam 10 malam, 2 polisi rutin berjaga di depan TPS. Sesekali bapak-bapak polisi ini memasuki TPS menanyakan proses yang sedang berjalan dan mengamati proses pilpres.
Bagi saya pribadi dalam kapasitas sebagai seorang TKI dan warga bangsa Indonesia, merasa sangat tersanjung dengan diijinkannya pesta demokrasi pemilihan presiden di negeri ini. Apalagi diijinkan dengan dibukanya TPSLN di berbagai wilayah. Tentu bukan hal yang mudah bagi negeri ini untuk memberikan ijin sekelas pesta politik, ditengah munculnya bermacam konflik politik yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan Timur Tengah.
Ini merupakan sebuah bentuk penghormatan besar negara ini kepada bangsa Indonesia tercinta.
Setelah 10 jam TPSLN buka dari jam 9 pagi yang diselingi istirahat sholat jum’at, sholat maghrib dan buka puasa, akhirnya TPSLN tutup jam 10 malam.
Semua berjalan lancar. Raut gembira dan salut nampak dari wajah bapak-bapak polisi di Qatar, atas penyelenggaraan pemilu yang super aman hari ini.
Jam 23.35 semua laporan TPSLN akhirnya tuntas juga. Amplop-amplop besar berisi dokumen pelaporan pun sudah lengkap ditandatangani ketua dan anggota KPPSLN. Surat suara yang berada dalam kotak suara pun disegel dan ditandatangani oleh para saksi dari kedua capres cawapres.
14045707921097863552
kppsln doha
Walau waktu sudah larut malam, dua petugas KPPSLN dan dua orang saksi mengantarkan kotak suara itu ke KBRI Doha. Yang selanjutnya kotak suara itu disimpan di ruang terkunci dan diawasi CCTV 24 jam.
Kotak suara itu dikumpulkan dari berbagai wilayah di Qatar yang terjaga keamanannya, untuk menunggu penghitungan resmi pada 9 Juli 2014 bertempat di Hotel Holliday Villa, Doha.
Antusiasme warga masyarakat Indonesia dalam pilpres 2014 di Qatar juga luar biasa. Update terkini dari detikcom mengabarkan bahwa partisipasi warga Indonesia yang mengikuti pilpres 2014 melebihi partisipasi dalam pileg 3 bulan lalu. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah pemilih pileg.
1404570365742585914
dok.pribadi
Siapapun yang terpilih nantinya, saya dan kita harus yakin bahwa merekalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia untuk 2014-2019. Aamiin.
Catatan kecil seoranng anggota KPPSLN yang masih terus belajar tentang hidup dan kehidupan.
»Dukhan, 5 Juli 2014
»riyadi.sugeng@gmail.com
Sumber artikel: Kompasiana

Sensasi Gowes di Qatari Desert!

Doha - Qatar | Memasuki pertengahan bulan Juni, suhu udara kian panas. Tak hanya sengatannya yang membakar kulit, kelembaban udaranya terkadang membikin badan lekas capai walau sebentar berjalan di luar rumah. Alhamdulillah, pagi ini cuaca sangat bersahabat. Angin bertiup sepoi, menghantarkan udara yang sangat segar di pagi hari dengan kisaran suhu udara 29-30 derajat celcius.

Sejak dua bulan lalu, saya dan dua teman lainnya memiliki hobi baru yaitu bersepeda. Ini bukan bersepeda ke kantor “Bike to Work” layaknya para karyawan yang tinggal di ibukota, tapi ini lebih sekedar menyalurkan hobi sambil berolahraga. Disisi lain kami bisa menikmati dari gersangnya padang pasir di Qatar.
14030859201404049324
Rehat sebentar di Zekreet Desert, Qatar
Minimum seminggu sekali sejak April 2014 lalu, kami selalu aktif menggowes. Dari jarak terpendek 5 KM hingga jarak terjauh yang pernah kami tempuh sepanjang 55 KM.

Cuaca pergantian musim di kawasan Timur Tengah perlu kita waspadai dan amati. Sebagai seorang biker atau pesepeda wajib hukumnya untuk mengetahui atau mengamati prakiraan cuaca. Karena apa? Hal ini menjadi sangat penting karena akan membantu membaca cuaca di saat kita akan melakukan aktivitas gowes menggowes. Jangan sampai ketika di tengah jalan, apalagi di tengah padang pasir dan dibawah sengatan mentari yang panas tiba-tiba datang serangan badai pasir.
1403086205481846450
Sensasi Ngonthel di Padang Pasir
Cuaca ekstrim yang sering terjadi di kawasan padang pasir sering disebut dengan Sand Storm atau badai pasir. Kondisi ini terjadi tatkala terjadi pergantian cuaca atau suhu udara. Dari panas ke dingin atau sebaliknya.

Gowes padang pasir, begitu kami menyebutnya. Sebuah hobi yang baru kami geluti setelah lebih dari 5 tahun bolak-balik Qatar dan Indonesia.

Banyak dari warga Indonesia di negara ini yang lebih menyenangi petualangan padang pasir dengan mengendarai kendaraan double gardan atau four wheel drive (4WD). Mereka menyebutnya Sand Dune, atau kerennya disebut dengan Nge’Dune.

Bagi penggemar petualangan padang pasir ini tentu mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kendaraan 4WD itu rata-rata mahal harganya. 
Disamping harga yang mahal, tentu lokasi yang ditempuhpun tak dekat jaraknya.

Saya yakini bahwa dalam setiap aspek kehidupan selalu ada cara untuk menikmatinya. Entah mau punya uang atau tidak, yang jelas tinggal bagaimana kita nya.

Bermodalkan beli sepeda second-hand akhir Maret lalu, akhirnya cita-cita lama untuk bisa menjelajah gersangnya gurun pasir terlaksana juga. Dengan mengajak minimum satu orang saja sebagai teman ngonthel, maka acara gowes padang pasir pun akhirnya terlaksana.

Sebagai bekal di tengah jalan, jangan lupa selalu membawa kartu identitas, alat komunikasi (handphone), lampu sepeda (sebagai tanda di jalan raya), air minum, pompa ban portable, dan uang secukupnya (kalau-kalau diperlukan untuk membeli sarapan setelah lapar bersepeda).

Periksa selalu kondisi ban sepeda sebelum berangkat. Pastikan bertekanan cukup dan kondisi ban masih bagus. Cek rem tangan apakah masih berfungsi dengan bagus. Berikan pelumas yang cukup pada rantai agar pijakan pedal nyaman selama di perjalanan.

Jika anda termasuk orang yang suka mengabadikan memori, jangan lupa membawa kamera. Kamera handphone, cukuplah. Eh kalau ada yang nanya “mana buktinya?”, tunjukkin aja foto-foto anda! Sederhana to!
1403086049810311743
Selfi dulu dengan background Sidra Tree
Gersangnya gurun bukanlah menjadi penghalang untuk bisa menikmati keindahan alam.
Di tengah petualangan padang pasir dengan mengayuh sepeda, sesekali kita temui tanaman SIDRA yang tumbuh di tengah luasnya gurun pasir. Tumbuhan ini hidup dan besar tanpa guyuran air hujan atau siraman air. Kita juga akan temui berbagai macam rerumputan yang tumbuh liar diantara pasir gurun yang terserak. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala Ciptaan-Nya.

Tak terasa setelah 3 bulan bersepeda, kayuhan sepeda onthel ini hampir menembus jarak 500 KM.

Dalam hidup ini, pasti selalu ada cara untuk menikmati keindahan alam, dimanapun kita berada. Mau yang banyak hijaunya atau nggak ada hijaunya, selalu saja ada yang segar dipandang mata.

Sensasi gowes di Qatari Desert atau Padang Pasir Qatar memang luar biasa! Panas sengatannya, Gersang hamparan tanahnya namun penuh makna suasananya.
Tonton video dokumenternya disini:


Salam Gowes dari Qatar!

Dukhan, 18 Juni 2014

Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com

Sumber artikel: Kompasiana

Saturday, June 28, 2014

6 Tahun Yang Begitu Cepat!


Souq Waqif - Doha - Qatar 2009
Hari ini, 6 tahun yang lalu, menjadi hari bersejarah bagi saya. Saat dimana kedua kalinya kaki ini menapak di negeri Qatar. Demi memenuhi sebuah panggilan kerja untuk menggapai sebuah impian hidup. Sendiri, tanpa istri dan anak-anak. Keduanya saya tinggalkan di negeri tercinta, Indonesia. 

Tiga bulan sebelumnya, saya telah memenuhi undangan face to face interview di kota Doha. Cuaca waktu itu nyaris tak beda jauh dengan cuaca Indonesia. Kisaran suhu udara 29-32 derajat celcius di siang hari. Tapi beda dengan cuaca bulan Juni waktu itu, suhu udara sangatlah menyengat kulit.

Jam 05.30 pagi pesawat Qatar Airways mendarat sempurna di landasan pacu Doha International Airport. Tanda “dilarang merokok” dan “kencangkan sabuk pengaman” sudah dimatikan. Awak kabin pun dengan sigap mengumumkan kepada seluruh penumpang untuk meninggalkan pesawat, dan mengingatkan agar tak ada barang yang tertinggal di dalam kabin.

Ketika tubuh ini keluar dari kabin pesawat, suhu udara pagi itu layaknya suhu udara siang hari di Indonesia. “Wow! Pagi hari sudah panas begini”, pikir saya.

This is life, this is my choice and I will enjoy it!

Hidup memang pilihan. Mau memilih yang ini atau yang itu, itu terserah diri kita masing-masing.

Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Bahkan sesuatu yang akan terjadi di menit-menit kemudian saja, tak ada yang pernah tahu. Semuanya misteri ilahi. Manusia sekedar menjalani dan berusaha mendapatkan takdir terbaik dalam hidupnya.

Menjadi TKI, Siapa Takut!

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri merupakan sebuah pilihan hidup. Tak banyak yang memilih menjadi TKI. Pepatah lama mengatakan “Daripada hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri (bagaimanapun senangnya hidup di negeri orang, masih lebih senang hidup di negeri sendiri)”.


Banyak kisah sedih dan pilu dari para TKI, khususnya tenaga kerja rumah tangga. Banyak dari mereka yang diperlakukan tidak baik oleh majikannya. Bisa jadi majikannya yang memang salah, atau kurangnya pengetahuan mereka dalam menghadapi perbedaan lingkungan kerja, bahasa dan budaya di negeri orang.

Menjadi TKI hanya sebuah cara untuk menjemput rezeki yang telah dijanjikan oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.

Saya, merupakan satu dari sekian banyak TKI yang mengais rezeki di negeri yang kaya minyak ini. Sampai saat ini, tak kurang dari 6000 TKI Professional bekerja di Qatar. Banyak dari mereka bekerja di sektor minyak dan gas (migas). Sebagian lainnya di sektor telekomunikasi, perhotelan, kesehatan dan konstruksi. Sementara jumlah terbesar memang masih ditempati oleh tenaga kerja rumah tangga.

Beda Negara, Beda Budaya.

Bekerja di luar negeri merupakan pengalaman pertama saya dalam hidup. Tak pernah sekalipun diri ini bekerja di negeri orang. Sejak awal kaki ini mendarat, cuaca sudah jauh berbeda.

Hari-hari berlalu bekerja di negeri orang, banyak pengalaman yang saya dapat. Sebuah pengalaman hidup yang luar biasa bisa bekerja dengan lingkungan kerja multi nasional, multi kultur, multi bahasa dan multi-multi lainnya.

Walaupun negeri ini memakai bahasa arab sebagai bahasa nasional, tapi bahasa inggris menjadi bahasa pengantar sehari-hari yang banyak dipakai di Qatar. Kemampuan bahasa inggris menjadi sebuah mandatory sebelum anda memasuki negeri ini, jika anda mau bekerja.

Bahkan saking seringnya bahasa inggris yang dipakai, sampai-sampai bahasa arab saya masih seputaran “khaif khaluk atau khaif khalik” saja. Duh! Mau sampai tahun keberapa saya kan menguasai bahasa arab dengan baik. Malu rasanya jika suatu saat nanti saya resign dari negeri ini tapi saya nggak bisa bahasa arab. Apa kata dunia???

Tapi lagi-lagi, walaupun bahasa inggris menjadi bahasa pengantar yang banyak dipakai, saya menilai bahasa inggris saya juga belum bagus-bagus amat. Ya sebatas memperlancar pekerjaan dan hubungan sesama manusia di lingkungan kerja atau sosial.

Disana sini, karakter manusia sebenarnya sama saja. Ada yang baik, ada yang temperamen, ada yang silent dan banyak lagi tipe manusia.

Jauh sebelum saya putuskan menjadi seorang TKI di Qatar, selama 6 tahun pula banyak pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam manusia di Indonesia. Dari mulai Aceh hingga Biak, Papua.

Ketika saya komparasikan dengan berbagai karakter manusia di negeri Qatar, ternyata tak jauh beda. Dimana-mana, manusia itu banyak ragam sifat dan sikapnya.

Tinggal bagaimana kita sebagai manusia menyikapinya. Prinsip hidup saya adalah “Cobalah mengerti akan kondisi orang lain, jangan pernah memaksa orang lain untuk mengerti tentang diri saya”.

Alhamdulillah dengan prinsip tersebut, saya bisa hidup berdampingan secara baik dengan berbagai macam manusia dari berbagai Negara. Bisa melayani mereka dengan baik secara professional.

Sebagai seorang Nurse, kemampuan mengenali karakter manusia dari berbagai latar belakang Negara dan budaya sangatlah penting. Dengan mengetahui sifat dan karakter mereka, maka kita pun tahu sikap terbaik seperti apa yang kita suguhkan ke mereka.

Qatar layaknya Miniatur United Nations.

Benar-benar sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga. Menjadi impian besar bagi saya bisa tinggal dan berinteraksi dengan manusia dari berbagai Negara. Qatar merupakan salah satu tempat untuk menggapai impian itu. Kenapa begitu? Karena di negeri ini, kita bisa temui orang-orang dari berbagai belahan bumi. Walaupun tak mesti dekat dengan semuanya, tapi disini kita bisa temui hampir semua nationality (kebangsaan).

Dari mulai warga Negara Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Jepang, China, Vietnam, Myanmar, India, Nepal, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, Afghanistan, Australia, Inggris, Belanda, Spanyol, Venezuela, Canada, Amerika, Afrika Selatan, Tunisia, Mesir, Yordania, Palestina, Aljazair, Yaman, Oman, Bahrain, Saudi, Sudan, Kenya, Ghana, Nigeria, dan banyak Negara lainnya. Dan sudah tentu berinteraksi dengan orang-orang Qatar.

Mereka semua datang ke negeri ini sama-sama untuk mengadu nasib, menjemput rezeki yang sudah dijanjikan. Masing-masing bekerja di bidangnya. Dari mulai tukang kebun, tukang sapu jalan, tukang bersih-bersih rumah, pembantu rumah tangga, supir pribadi, supir taksi, pekerja bangunan, pelayan toko, pelayan restaurant, pekerja perhotelan, operator pabrik migas, tukang insinyur, hingga para manager.

Semua bekerja sesuai porsinya. Termasuk saya yang berlatar belakang pendidikan nursing, maka Alhamdulillah saya juga bekerja di bidang nursing.

6 tahun saya disini, serasa begitu cepat. Rambut putih kian banyak. Bukan karena stress kerja tentunya, tapi lebih karena tipe rambut saya yang gampang beruban. Saya tak pernah menyalahkan Bapak tercinta (kenapa membawa Gen begini), tapi mungkin ini adalah rezeki bagi saya pribadi, yang diberikan Nur (cahaya) lebih banyak dari yang lain.

Terima kasih untuk kedua orangtuaku tercinta atas segala pelajaran hidup dan kehidupan yang telah engkau berikan. Segala yang telah kuberikan mungkin tak akan pernah sanggup membayar segala jerih payahmu mendidikku dari kandungan hingga sebesar sekarang. Maafkan saya wahai Bapak dan Ibu, jika anakmu ini tak berbakti kepadamu.

Terima kasih untuk istri dan anak-anakku tercinta yang setia menunggu di kejauhan sana. Karena kalian, semangat hidup ini terus membara. Karena kalian, tak ada kata lelah untuk terus berjuang dalam hidup ini. Semoga Allah SWT, senantiasa menjadikan keluarga kita sakinah mawaddah warrahmah. Aamiin.

Dukhan, 27 Juni 2014

Sugeng Bralink