Wednesday, July 23, 2014

Ramadan di Qatar, Saatnya Ketemu Ulama Besar dari Indonesia


14051369011798165754

Foto by Kamim Tohari
Doha - Qatar | Memasuki bulan Juni, Juli dan Agustus menjadi bulan-bulan yang sangat panas di kawasan Timur Tengah, tak terkecuali Qatar. Di pertengahan Juli, suhu udara terendah berkisar 30-31 derajat dan suhu maksimum berkisar 44-45 derajat celcius.
Ketika musim panas tiba, waktu malam memendek dan waktu siang menjadi lebih panjang. Ini berimbas pada kaum muslim yang sedang melaksanakan puasa Ramadan tahun ini. Waktu puasa menjadi lebih panjang dari biasanya.

Kumandang azan subuh sekitar jam 03.20 an dan kumandang azan maghrib sekitar jam 18.30 an. Jika di Indonesia, kisaran puasa Ramadan hanya 12 jam, maka di Qatar menjadi 15 jam, bahkan lebih. Tentu ini masih jauh lebih ringan disbanding puasanya kaum muslim yang bermukim di kutub utara. Mereka bisa puasa hingga 20-21 jam.

Tahun ini menjadi tahun ke tujuh bagi saya dalam menikmati ibadah Ramadan di Qatar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, IMSQA (Indonesian Moslem Society in Qatar) dengan ijin dari Awqaf (Kementrian Agama di Qatar) menghadirkan ulama-ulama (ustadz) dari Indonesia. Dalam sebulan ramadan, didatangkan dua ustad untuk mengisi kegiatan safari Ramadan dari satu kota ke kota lainnya. Banyak dari mereka adalah ulama-ulama terkenal.
1405137226775477880
Foto by Wisnuendro
Alhamdulillah, hingga hari ini kami (para TKI) sudah bisa ketemu dan mengaji dengan beberapa ulama besar Indonesia, diantaranya Ustad Didin hafidudin (Ketua Badan Amil Zakat Nasional), Ustad Shamsi Ali (Imam Besar Masjid New York), Ustad Syuhada Bahri (Ketua Dewan Dakwah Indonesia), Ustad Yusuf Mansur (Pendiri Daarul Qur’an), Ustad Ahmad Sarwat (Pengelola Rumah Fiqih Indonesia), Ustad Fadlan Gharamatan (Pejuang dakwah islam di Papua), Pak Umay M. Dja’far Shiddieq (Pendiri Yayasan Darul ‘Amal), Aa Gym (Pendiri Daarut Tauhid) dan puluhan ulama lainnya. Sungguh sebuah kehormatan dan kebahagiaan bagi kami sebagai TKI bisa bertatap muka dan menimba ilmu secara langsung dari mereka.

Bayangkan saja, jika di Indonesia paling mentok bisa nonton di TV. Sementara disini, kami bisa mengaji, tanya jawab, bahkan sempat juga foto bersama. Dekat dan begitu dekat. Boleh dibilang, kapan lagi bisa ketemu ulama-ulama besar Indonesia.
14051371052020931803
Foto by Wisnuendro
Saya dan sekitar 370-an warga Indonesia lainnya bermukim di kawasan perumahan milik perusahaan pemerintah di Qatar. Dukhan, itu nama kotanya. Jaraknya sekitar 100 KM dari ibukota Negara Qatar, Doha.

Tiap Ramadan tiba, dua kali safari Ramadan kami selenggarakan. Inilah saat yang kami nanti-nanti. Saat bisa berbuka bersama menikmati menu ala Indonesia. Saat bisa bersilaturahmi dalam kedekatan dengan warga Negara Indonesia yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia ini.

Ada yang dari Jawa, Sumatra, Kalimantan bahkan Sulawesi. Betapa indahnya kebersamaan itu!

Jam 5 sore waktu setempat, ustad yang kami nanti sudah tiba. Beliau adalah Imam Besar Masjid Istiqlal, Ustad Ali Musthafa Ya’qub. Sebuah kesempatan langka bisa ketemu langsung seorang pakar hadits.

Tepat jam 5.30 sore, acara ngaji segera dimulai. Sambil menanti waktu berbuka satu jam lagi, ustad Ali Musthafa Ya’qub mulai memberikan tausiyahnya.

Pesan penting Ustad Ali Musthafa Ya’qub yang bisa saya simpulkan adalah banyak dari kita yang menjadikan Ramadan sekedar rutinitas tahunan saja. Sebelum Ramadan biasa korupsi, begitu Ramadan tiba korupsinya berhenti. Tetapi begitu Ramadan berlalu, korupsinya dimulai kembali tanpa merasa berdosa sedikitpun. Begitulah Ustad Ali mencontohkan.

Tahunan sudah kita berpuasa, tapi banyak dari kita yang menjadikan Ramadan berlalu begitu saja tanpa adanya perubahan perilaku. Padahal tujuan utama Ramadan adalah menjadikan umat yang bertakwa. Umat yang takut akan larangan Allah dan taat akan perintahNya.
1405137177858741457
Foto by Wisnuendro
Disisi lain, beliau mengajak jamaah untuk menginfakkan sebagian hartanya untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina. Karena disaat yang bersamaan, mereka di jalur Gaza tak bisa menikmati suasana berbuka puasa yang aman dan nyaman. Tidak hanya itu, ketika waktu sahur tiba, mereka juga harus menghadapi resiko kematian dari serangan tentara zionis.

Tidak hanya kebersamaan diantara warga yang kami rasakan malam ini, tetapi kami bisa berbagi melalui bantuan kemanusiaan Gaza. Walau tak banyak yang bisa kami kumpulkan, semoga bisa mengurangi beban penderitaan mereka disana.

Dukhan, 12 Juli 2014
Sugeng Bralink (riyadi.sugeng@gmail.com)

Sumber artikel: Kompasiana

Catatan Kecil Pilpres 2014 dari Qatar

Doha - Qatar | Hajatan pilpres 4 Juli 2014 di seluruh wilayah Qatar berjalan aman dan damai. Terdapat 9 TPSLN di Qatar. Lokasinya tersebar di beberapa kota, Doha, Messaied, Al Khor hingga Dukhan.

Alhamdulillah, kita (bangsa Indonesia) telah difasilitasi oleh negara ini untuk melakukan pesta demokrasi. Sebuah pesta yang mungkin bukan hal biasa terjadi di negara monarki.
Tahun ini menjadi tahun yang penuh pengalaman bagi saya. Sebuah pengalaman mengemban tugas negara, menjadi anggota KPPSLN.
14045702332105151357
dok.pribadi
Sejak pagi jam 09.00 waktu Qatar, bahkan sebelum TPS dibuka, sudah ada dua orang polisi di dalam kendaraan Land Cruiser bersiaga, tepat di depan gedung yang didalamnya ada TPSLN 9 Dukhan.
Selama pilpres berjalan dari jam 09 pagi sampai jam 10 malam, 2 polisi rutin berjaga di depan TPS. Sesekali bapak-bapak polisi ini memasuki TPS menanyakan proses yang sedang berjalan dan mengamati proses pilpres.
Bagi saya pribadi dalam kapasitas sebagai seorang TKI dan warga bangsa Indonesia, merasa sangat tersanjung dengan diijinkannya pesta demokrasi pemilihan presiden di negeri ini. Apalagi diijinkan dengan dibukanya TPSLN di berbagai wilayah. Tentu bukan hal yang mudah bagi negeri ini untuk memberikan ijin sekelas pesta politik, ditengah munculnya bermacam konflik politik yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan Timur Tengah.
Ini merupakan sebuah bentuk penghormatan besar negara ini kepada bangsa Indonesia tercinta.
Setelah 10 jam TPSLN buka dari jam 9 pagi yang diselingi istirahat sholat jum’at, sholat maghrib dan buka puasa, akhirnya TPSLN tutup jam 10 malam.
Semua berjalan lancar. Raut gembira dan salut nampak dari wajah bapak-bapak polisi di Qatar, atas penyelenggaraan pemilu yang super aman hari ini.
Jam 23.35 semua laporan TPSLN akhirnya tuntas juga. Amplop-amplop besar berisi dokumen pelaporan pun sudah lengkap ditandatangani ketua dan anggota KPPSLN. Surat suara yang berada dalam kotak suara pun disegel dan ditandatangani oleh para saksi dari kedua capres cawapres.
14045707921097863552
kppsln doha
Walau waktu sudah larut malam, dua petugas KPPSLN dan dua orang saksi mengantarkan kotak suara itu ke KBRI Doha. Yang selanjutnya kotak suara itu disimpan di ruang terkunci dan diawasi CCTV 24 jam.
Kotak suara itu dikumpulkan dari berbagai wilayah di Qatar yang terjaga keamanannya, untuk menunggu penghitungan resmi pada 9 Juli 2014 bertempat di Hotel Holliday Villa, Doha.
Antusiasme warga masyarakat Indonesia dalam pilpres 2014 di Qatar juga luar biasa. Update terkini dari detikcom mengabarkan bahwa partisipasi warga Indonesia yang mengikuti pilpres 2014 melebihi partisipasi dalam pileg 3 bulan lalu. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah pemilih pileg.
1404570365742585914
dok.pribadi
Siapapun yang terpilih nantinya, saya dan kita harus yakin bahwa merekalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia untuk 2014-2019. Aamiin.
Catatan kecil seoranng anggota KPPSLN yang masih terus belajar tentang hidup dan kehidupan.
»Dukhan, 5 Juli 2014
»riyadi.sugeng@gmail.com
Sumber artikel: Kompasiana

Sensasi Gowes di Qatari Desert!

Doha - Qatar | Memasuki pertengahan bulan Juni, suhu udara kian panas. Tak hanya sengatannya yang membakar kulit, kelembaban udaranya terkadang membikin badan lekas capai walau sebentar berjalan di luar rumah. Alhamdulillah, pagi ini cuaca sangat bersahabat. Angin bertiup sepoi, menghantarkan udara yang sangat segar di pagi hari dengan kisaran suhu udara 29-30 derajat celcius.

Sejak dua bulan lalu, saya dan dua teman lainnya memiliki hobi baru yaitu bersepeda. Ini bukan bersepeda ke kantor “Bike to Work” layaknya para karyawan yang tinggal di ibukota, tapi ini lebih sekedar menyalurkan hobi sambil berolahraga. Disisi lain kami bisa menikmati dari gersangnya padang pasir di Qatar.
14030859201404049324
Rehat sebentar di Zekreet Desert, Qatar
Minimum seminggu sekali sejak April 2014 lalu, kami selalu aktif menggowes. Dari jarak terpendek 5 KM hingga jarak terjauh yang pernah kami tempuh sepanjang 55 KM.

Cuaca pergantian musim di kawasan Timur Tengah perlu kita waspadai dan amati. Sebagai seorang biker atau pesepeda wajib hukumnya untuk mengetahui atau mengamati prakiraan cuaca. Karena apa? Hal ini menjadi sangat penting karena akan membantu membaca cuaca di saat kita akan melakukan aktivitas gowes menggowes. Jangan sampai ketika di tengah jalan, apalagi di tengah padang pasir dan dibawah sengatan mentari yang panas tiba-tiba datang serangan badai pasir.
1403086205481846450
Sensasi Ngonthel di Padang Pasir
Cuaca ekstrim yang sering terjadi di kawasan padang pasir sering disebut dengan Sand Storm atau badai pasir. Kondisi ini terjadi tatkala terjadi pergantian cuaca atau suhu udara. Dari panas ke dingin atau sebaliknya.

Gowes padang pasir, begitu kami menyebutnya. Sebuah hobi yang baru kami geluti setelah lebih dari 5 tahun bolak-balik Qatar dan Indonesia.

Banyak dari warga Indonesia di negara ini yang lebih menyenangi petualangan padang pasir dengan mengendarai kendaraan double gardan atau four wheel drive (4WD). Mereka menyebutnya Sand Dune, atau kerennya disebut dengan Nge’Dune.

Bagi penggemar petualangan padang pasir ini tentu mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kendaraan 4WD itu rata-rata mahal harganya. 
Disamping harga yang mahal, tentu lokasi yang ditempuhpun tak dekat jaraknya.

Saya yakini bahwa dalam setiap aspek kehidupan selalu ada cara untuk menikmatinya. Entah mau punya uang atau tidak, yang jelas tinggal bagaimana kita nya.

Bermodalkan beli sepeda second-hand akhir Maret lalu, akhirnya cita-cita lama untuk bisa menjelajah gersangnya gurun pasir terlaksana juga. Dengan mengajak minimum satu orang saja sebagai teman ngonthel, maka acara gowes padang pasir pun akhirnya terlaksana.

Sebagai bekal di tengah jalan, jangan lupa selalu membawa kartu identitas, alat komunikasi (handphone), lampu sepeda (sebagai tanda di jalan raya), air minum, pompa ban portable, dan uang secukupnya (kalau-kalau diperlukan untuk membeli sarapan setelah lapar bersepeda).

Periksa selalu kondisi ban sepeda sebelum berangkat. Pastikan bertekanan cukup dan kondisi ban masih bagus. Cek rem tangan apakah masih berfungsi dengan bagus. Berikan pelumas yang cukup pada rantai agar pijakan pedal nyaman selama di perjalanan.

Jika anda termasuk orang yang suka mengabadikan memori, jangan lupa membawa kamera. Kamera handphone, cukuplah. Eh kalau ada yang nanya “mana buktinya?”, tunjukkin aja foto-foto anda! Sederhana to!
1403086049810311743
Selfi dulu dengan background Sidra Tree
Gersangnya gurun bukanlah menjadi penghalang untuk bisa menikmati keindahan alam.
Di tengah petualangan padang pasir dengan mengayuh sepeda, sesekali kita temui tanaman SIDRA yang tumbuh di tengah luasnya gurun pasir. Tumbuhan ini hidup dan besar tanpa guyuran air hujan atau siraman air. Kita juga akan temui berbagai macam rerumputan yang tumbuh liar diantara pasir gurun yang terserak. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala Ciptaan-Nya.

Tak terasa setelah 3 bulan bersepeda, kayuhan sepeda onthel ini hampir menembus jarak 500 KM.

Dalam hidup ini, pasti selalu ada cara untuk menikmati keindahan alam, dimanapun kita berada. Mau yang banyak hijaunya atau nggak ada hijaunya, selalu saja ada yang segar dipandang mata.

Sensasi gowes di Qatari Desert atau Padang Pasir Qatar memang luar biasa! Panas sengatannya, Gersang hamparan tanahnya namun penuh makna suasananya.
Tonton video dokumenternya disini:


Salam Gowes dari Qatar!

Dukhan, 18 Juni 2014

Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com

Sumber artikel: Kompasiana