Saturday, August 31, 2013

Silaturahmi Keluarga Besar Trah Setradiwirya di Srandil, Cilacap


Liburan mudik lebaran 1434 H menjadi momen istimewa bagi saya dan keluarga. Alhamdulillah untuk kedua kalinya bisa mengikuti silaturahmi keluarga besar Trah Setradiwirya. Silaturahmi anak keturunan dari Canggah Setradiwirya.

Sebuah acara yang sangat bagus dan perlu dilestarikan. Silaturahmi keluarga ini telah memasuki tahun ke delapan. Acara rutin hari ahad manis masih terus lestari untuk saling bersilaturahmi. Disamping silaturahmi, acara ahad manis diisi dengan arisan keluarga.

Hari itu, suhu udara memang lumayan panas. Maklum lah sedang nggak hujan dan lokasinyan memang dekat dengan Pantai Selatan. Tak lebih dari 1 KM, kita sudah bisa melihat dengan langsung deburan ombak besar Samudera Hindia.

Walau tanpa persiapan, saya didaulat menjadi pembawa acara. Biasanya dibawakan dengan bahasa jawa krama inggil, tapi karena keterbatasan saya dalam bahasa jawa halus, akhirnya saya diperkenankan membawakannya dalam bahasa campur-campur. Antara bahasa jawa dan bahasa Indonesia.

Ba'da muqodimah, acara diisi pembukaan oleh tuan rumah dan ketua rumpun. Sambutan tuan rumah disampaikan langsung oleh Mbah Saliyo. Dan dilanjutkan dengan sambutan ketua rumpun oleh Mbah Sadirun. Sebelum acara saling silaturahmi dan berjabat tangan, acara siang itu diisi dengan tausiyah silaturahmi yang disampaikan oleh Ustadz dari Ayamalas.

Selepas saling berjabat tangan dilanjutkan dengan makan siang. Sebagian lagi melanjutkan wisata di bawah sengatan mentari yang cukup panas ke pantai selatan.

Semoga keeratan silaturahmi ini tetap terjaga. Aamiin.

Dukhan, 31 Agustus 2013
















Menikmati Indahnya Kali Klawing dari Jembatan Gantung Sindang, Purbalingga



Purbalingga kian hari terus berbenah. Saya masih teringat ketika tahun 1999 pertama kali memasuki kota Purbalingga. Tak ada yang lebih terkenal dari Goa Lawa ketika kita mendengar nama Purbalingga. Purbalingga waktu itu memang belum banyak dikenal, apalagi terkenal. Purbalingga juga belum menjadi kota tujuan wisata seperti sekarang ini.

Lain dulu lain sekarang. Banyak sekali yang bisa dibanggakan dari Kota Perwira (demikian Purbalingga biasa disebut). Kota kelahiran Jendral Soedirman ini, kini mempunyai banyak destinasi wisata. Ada owabong Bojongsari, Taman reptile Kutasari, Aquarium raksasa Purbayasa, Alun-alun purbalingga, Museum uang Kutasari, Gua Lawa, Pendakian Gunung Slamet via Bambangan, Bendungan Slinga, Jembatan gantung Sindang dan banyak lainnya.

Mengisi liburan mudik lebaran tahun ini, saya sempatkan mengunjungi lokasi jembatan gantung Sindang. Jembatan yang membentang sepanjang 110 meter diatas kali klawing ini, menjadi alternatif jalan-jalan di akhir minggu atau di sore hari menjelang malam.


Jembatan yang awalnya dibangun tahun 1994-1995 ini nyaris ambruk di akhir tahun 2010 karena gerusan arus deras kali klawing. Walau belum selesai 100 persen, tapi jembatan gantung sindang sudah nampak cantik. Dengan cat warna kuning, kegagahan jembatan gantung sindang pun sudah nampak dari kejauhan ketika sepeda motor yang saya naiki menuju ke arah jembatan.

Walaupun bukan tempat wisata, tapi sore itu ada puluhan orang yang sedang berdiri dan berjalan-jalan diatas jembatan gantung sindang. Bahkan kabarnya jembatan yang menghubungkan desa sindang, mrebet dan desa banjaran, bojongsari ini sering digunakan oleh calon pengantin untuk mengambil foto sebelum pernikahan (pra wedding).

Jembatan Sindang memang belum selesai pengerjaannya. Dari sepanjang 110 meter itu, sekitar 30 meter yang baru selesai dipasang papan kayu keras. Sementara sisanya baru dipasang dua papan kayu keras zig-zag dan hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Itu pun harus sangat berhati-hati, kalau nggak, bisa terpeleset dan tercebur ke kali klawing.

Nun jauh dibawah sana, aliran kali klawing tak begitu deras. Satu orang penarik ban besar sebagai alat penyebarangan sedang sibuk menyeberangkan beberapa orang. Tak ketinggalan saya bersama istri dan anak-anak turut serta mencoba menaiki ban penyeberangan itu. Ketika ditanya berapa tarifnya sekali seberang, sang penarik ban hanya menjawab “nggih mangga (silahkan), seikhlasnya saja mas”.

Bagi anda yang sedang liburan ke Purbalingga, tidak ada salahnya untuk menengok megahnya Jembatan Sindang di kabupaten Purbalingga. Walaupun belum sempat lewat Jembatan San Fransisco, paling tidak sudah menikmati megahnya karya anak bangsa, Jembatan Gantung Sindang. Enjoy Purbalingga!

Dukhan, 31 Agustus 2013
Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com





Wednesday, July 31, 2013

#memaknaikehidupan 09

Renungan Dhuha

Terkadang kita bercanda
Terkadang kita tertawa
Terkadang kita bersedih
Terkadang kita menangis

Canda tawa...
Sedih tangis...
Hanyalah sebuah proses kehidupan...

"Kullu nafsin dzaaiqotul maut"
Setiap yang berjiwa itu akan mati

Ketika tahun ini kita masih bisa menikmati ramadan
Belum tentu tahun depan kita bisa menikmatinya kembali

Kalau hari ini kita masih bisa bercanda
Belum tentu esok pagi kita masih bisa tertawa
Kalau hari ini kita bersedih
Belum tentu esok pagi kita masih menangis

Tetaplah semangat menjalani hidup

Jadikan setiap langkah hidup yang kita lalui menjadi sebuah pelajaran kehidupan

Tak ada insan yang sempurna
Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memberi kontribusi sebanyak2nya buat kemaslahatan umat

Bersyukurlah ketika kita mampu berbagi finansial dengan saudara2 kita yg kurang beruntung
Tapi tidak mengurangi rasa syukur ketika kita masih bisa berbagi hikmah lewat tulisan

Dari aku yang masih terus belajar memaknai hidup dan kehidupan

Wallahua'lam