Purbalingga kian hari terus berbenah. Saya masih teringat
ketika tahun 1999 pertama kali memasuki kota Purbalingga. Tak ada yang lebih
terkenal dari Goa Lawa ketika kita mendengar nama Purbalingga. Purbalingga
waktu itu memang belum banyak dikenal, apalagi terkenal. Purbalingga juga belum
menjadi kota tujuan wisata seperti sekarang ini.
Lain dulu lain sekarang. Banyak sekali yang bisa dibanggakan
dari Kota Perwira (demikian Purbalingga biasa disebut). Kota kelahiran Jendral
Soedirman ini, kini mempunyai banyak destinasi wisata. Ada owabong Bojongsari, Taman
reptile Kutasari, Aquarium raksasa Purbayasa, Alun-alun purbalingga, Museum
uang Kutasari, Gua Lawa, Pendakian Gunung Slamet via Bambangan, Bendungan Slinga,
Jembatan gantung Sindang dan banyak lainnya.
Mengisi liburan mudik lebaran tahun ini, saya sempatkan
mengunjungi lokasi jembatan gantung Sindang. Jembatan yang membentang sepanjang
110 meter diatas kali klawing ini, menjadi alternatif jalan-jalan di akhir
minggu atau di sore hari menjelang malam.
Jembatan yang awalnya dibangun tahun 1994-1995 ini nyaris
ambruk di akhir tahun 2010 karena gerusan arus deras kali klawing. Walau belum
selesai 100 persen, tapi jembatan gantung sindang sudah nampak cantik. Dengan
cat warna kuning, kegagahan jembatan gantung sindang pun sudah nampak dari
kejauhan ketika sepeda motor yang saya naiki menuju ke arah jembatan.
Walaupun bukan tempat wisata, tapi sore itu ada puluhan orang
yang sedang berdiri dan berjalan-jalan diatas jembatan gantung sindang. Bahkan
kabarnya jembatan yang menghubungkan desa sindang, mrebet dan desa banjaran,
bojongsari ini sering digunakan oleh calon pengantin untuk mengambil foto sebelum
pernikahan (pra wedding).
Jembatan Sindang memang belum selesai pengerjaannya. Dari
sepanjang 110 meter itu, sekitar 30 meter yang baru selesai dipasang papan kayu
keras. Sementara sisanya baru dipasang dua papan kayu keras zig-zag dan
hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Itu pun harus sangat berhati-hati, kalau
nggak, bisa terpeleset dan tercebur ke kali klawing.
Nun jauh dibawah sana, aliran kali klawing tak begitu deras.
Satu orang penarik ban besar sebagai alat penyebarangan sedang sibuk menyeberangkan
beberapa orang. Tak ketinggalan saya bersama istri dan anak-anak turut serta
mencoba menaiki ban penyeberangan itu. Ketika ditanya berapa tarifnya sekali
seberang, sang penarik ban hanya menjawab “nggih mangga (silahkan), seikhlasnya
saja mas”.
Bagi anda yang sedang liburan ke Purbalingga, tidak ada
salahnya untuk menengok megahnya Jembatan Sindang di kabupaten Purbalingga. Walaupun
belum sempat lewat Jembatan San Fransisco, paling tidak sudah menikmati
megahnya karya anak bangsa, Jembatan Gantung Sindang. Enjoy Purbalingga!
Dukhan, 31 Agustus 2013
Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com