Menjadi seorang perawat mungkin bukanlah profesi yang banyak didambakan. Tak seperti profesi dokter, insinyur, guru dan pilot yang banyak disebut oleh anak-anak ketika mereka ditanya, "Apa cita-citamu kalau besar nanti?".
Menjadi perawat bisa jadi bukan pilihan sendiri. Bisa karena faktor pilihan orangtua, gambaran gampang cari kerja atau tidak diterima di fakultas favorit pilihannya. Alasan-alasan dibalik senang atau tidak senangnya menjadi perawat adalah sebuah latar belakang. Bagian masa lalu.
Ketika pilihan sudah ditentukan maka segala konsekuensi harus siap dihadapi. Senang atau tidak senang.
Perawat, sosok yang paling banyak di jumlahnya di instansi kesehatan manapun. Profesi yang mempelajari banyak hal. Ibarat kata, semua unit di instansi kesehatan bisa dikerjakannya.
Dari mulai urusan administrasi, kebersihan, merawat pasien, menghadapi komplain keluarga pasien, dan banyak macam permasalahan lainnya.
Tak seperti teknisi laboratorium misalnya, job deskripsinya memiliki lingkup yang terbatas. Begitupun teknisi x-ray, perawat gigi, dokter gigi, dan dokter umum sekalipun. Tugas dan tanggung jawab mereka lebih jelas. Sementara tugas dan tanggung jawab perawat begitu kompleks.
Perawat merupakan satu-satunya profesi yang 24 jam disamping pasien. Perawat menjadi tempat berkeluh kesah pasien, pagi siang malam. Tak hanya pasien, keluarga pasien, penunggu pasien bahkan penjenguk pasien. Perawat benar-benar harus bisa menjadi pendengar yang baik.
Perawat menjadi garda terdepan di sektor pelayanan kesehatan. Buruk citra perawat, maka bisa buruk citra fasilitas kesehatan tersebut.
Di Filipina, profesi perawat menjadi profesi yang digandrungi. Kiblat keperawatannya ke Amerika. Maka jangan heran jika banyak perawat yang bekerja ke luar negeri. Standarnya yang diakui secara internasional membuat perawat-perawat Filipina banyak diterima di berbagai belahan bumi.
Di Indonesia sendiri profesi perawat tak begitu menjanjikan, apalagi di masa-masa sekarang. Beda di jaman tahun 80-an. Waktu itu yang namanya perawat adalah profesi hebat. Lulus sekolah langsung ditawari menjadi PNS.
Tak hanya itu, dari mulai sekolah semuanya gratis. Bahkan dapat uang saku dan tinggal di asrama.
Beda dengan sekarang. Sekolahan dan kampus menjamur. Lulusan melimpah. Lapangan kerja segitu-gitu saja. Belum lagi kemampuan bahasa inggris yang tak bisa diandalkan. Akhirnya di dalam negeri persaingan ketat, mau ke luar negeri tidak mumpuni.
Efeknya, dapat kerja gaji rendah. Bahkan sampai harus diminta DP (uang muka) untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Sebagian lagi harus rela bekerja tanpa dibayar, hanya demi mendapat surat pengalaman kerja. Sebagian lagi mendapat pekerjaan, namun digaji rendah. Bahkan dibawah UMR.
Perawat, inilah profesiku. Profesi kami yang mencintai kasih sayang terhadap sesama. Jikalau saat ini kami belum mendapat tempat di hati pemerintah layaknya guru, tapi kami patut bersyukur karena profesi kami sudah dilindungi oleh terbitnya UU No.38 tahun 2015.
Terbitnya UU tentang Keperawatan tersebut menjadi harapan besar bagi perawat Indonesia. Sebuah harapan akan lahirnya Konsil Keperawatan Indonesia. Lembaga yang nantinya mampu memberikan perlindungan bagi profesi perawat.
Siapapun anda, dimanapun anda, pasti suatu saat akan membutuhkan profesi kami, perawat. Sayangi perawat, tanpa perawat unit kesehatan manapun tak bisa berjalan mulus. Yakin itu!