Aku, anak pertama dari 4 bersaudara. Aku, tak pernah meminta untuk lahir dari rahim siapa, dari ibu dan bapak seperti apa, dari keluarga seperti apa, atau punya saudara seperti apa.
Tapi, betapa bersyukurnya aku. Aku mempunyai keluarga yang sangat luar biasa. Keluarga kita bukan keluarga kaya harta, tapi kaya hati untuk sesama.
Ibu, darimu aku belajar. Ibu adalah madrasah pertamaku. Sembilan bulan aku di rahimmu. Ibu bawa aku kemana saja, tak pernah sejenakpun dibiarkan tanpa perhatianmu.
Bapak, darimu aku belajar. Bapak adalah figur utamaku bagaimana aku belajar menjadi seorang Bapak, aku belajar menjadi seorang kepala rumah tangga, bagaimana aku belajar menjadi anak pertama.
Titin, adik pertamaku. Adik perempuan satu-satunya. Darimu aku belajar. Di usiamu yang seharusnya kuliah, kamu memilih untuk merantau. Jauh di negeri orang. Membantu ekonomi orangtua. Pengorbananmu tak pernah sia-sia.
Erna, adik laki-laki pertamaku. Adik yang tangguh dan sigap setiap saat. Darimu aku belajar. Di usiamu yang seharusnya kuliah, kamu memilih tidak. Malah memilih jauh merantau. Mengadu nasib di negeri orang. Membantu ekonomi orangtua. Pengorbananmu tak pernah dilupa.
Galih, adik laki-laki keduaku. Adik kami yang terakhir. Darimu aku belajar. Di usiamu yang masih belia, perhatianmu pada keluarga, saudara, dan sesama, sepatutnya dicontoh.
Terima kasih Ibu, Bapak, dan adik-adikku. Kalian istimewa. Dari kalian aku belajar. Banyak hal. Seolah tak pernah cukup kata untuk dituliskan. Seolah tak pernah cukup "airmata" mengungkapkan betapa bersyukurnya aku memiliki keluarga ini.
Di tengah kondisi "sulit" saat ini, aku sangat bersyukur memiliki Ibu dan adik-adik yang luar biasa. Ibu yang selalu menjaga Bapak siang malam, Erna yang selalu siap kapan saja, hadir mendampingi Ibu dan Bapak, Titin yang selalu menaikkan doa dan menembus jalur langit, Galih yang selalu hadir ditengah urusan keluarga yang selalu ada.
I Love You All❤️❤️❤️
Qatar, 13 Nov 2025





