Wednesday, May 13, 2015

Singkong 1 Kg, Harga 17 Ribuan!


Sewaktu kecil hingga lulus SMP tinggal bersama orangtua. Tinggal di kampung dengan suasana yang sangat asri.

Burung berkicau di antara dahan pohon. Tak ada yang usil menangkapnya. Kalaupun ada pakai ketapel ala mainan anak-anak.

Rumah penduduk masih sangat jarang. Hijau disana sini, udara sangat segar, apalagi kalo habis turun hujan.

Tak seperti sekarang, walaupun masih banyak hehijauan, namun jumlah rumah kian padat. Udarapun tak sesegar dulu. Bahkan sudah semakin panas.
Lalu lalang kendaraan bermotor seolah tak ada hentinya, siang dan malam. 

Jalan yang dulunya berlumpur di kala hujan, kini sudah di aspal.
Lampu teplok dan petromak sebagai penerang malam, kini sudah tergantikan dengan nyala listrik, walau terkadang mati karena giliran.

Pemirsa, tinggal lebih dari 6 tahun di luar negeri terkadang kangen dengan panganan kampung. Singkong, produk pedesaan yang kaya karbohidrat. Harganya pun tak mahal.

Ketika masih di kampung bersama orang tua, Bapak yang jadi PNS golongan satu kala itu, sering menjadikan singkong bakar sebagai menu sarapan pagi.
Tinggal ke kebon sebelah rumah, cabut singkong, dan dibakar.

Singkong yang baru dicabut, dibersihkan dari tanah-tanah yang menempel, lalu dicemplungkan ke lobang tungku.

Untuk urusan masak-memasak, orangtua kami menggunakan tungku yang terbuat dari tumpukan batu bata. Tumpukan batu direkatkan dengan adonan tanah, tanpa semen. Maklum lah semen kan mahal.

Tungku dibuat tiga lubang. Lubang depan untuk kayu bakar, lubang atas untuk tempat wajan dan panci. Untuk menanak nasi, membuat sayur, menggoreng dan merebus air.

Nah, tepat dibawah panci perebus air di tungku bagian belakang, biasanya Bapak menaruh singkong untuk dibakar. Tinggal mengatur kayu bakar agar membara, maka arus panasnya akan menjadikan singkong terbakar sempurna.
Proses menanak nasi, merebus air, memasak sayuran, atau menggoreng mendoan tetap berjalan, disaat semuanya matang, singkong bakar pun siap disantap.

Walau mengandung karbohidrat, terkadang singkong dijadikan teman sarapan pagi. Jadi menu karbodihrat, lauknya karbohidrat. Terkadang nggak perlu sarapan nasi karena perut sudah penuh dengan sarapan singkong bakar.

Harga singkong di tanah air mungkin masih murah ya. Gak tau berapa harganya sekarang. Tapi dari berlimpahnya singkong di Indonesia, tak pernah saya jumpai satu irispun singkong asal Indonesia.

Yang sering tersedia, singkong impor dari Kerala, India. Minggu lalu, saya beli paket promosi. 3 bungkus isi 2,250 gram. Harganya 11 Qatar Riyal. Dengan kurs 3500 rupiah per riyal, maka harganya sekitar 17,100 rupiah per kilonya.
Gimana dengan harga singkong di Indonesia, Saya yakin jauh lebih murah!

Dukhan, 13 Mei 2015

#EdisiKangenSingkongBakar
#CintailahProdukDalamNegeri

Sunday, August 03, 2014

Buku Fenomenal Abad 21

Membaca buku bagi banyak orang bisa bikin ngantuk. Bahkan saking gampangnya berefek ngantuk, ada sebagian orang yang menjadikan buku sebagai sarana untuk pengantar tidur.

Sekitar 7 tahun lalu muncullah sebuah buku yang sangat fenomenal. Buku dengan tampilan berbeda dibanding buku-buku pada umumnya. Buku yang bisa dibaca kapan saja dan dimana saja.


Buku ini isinya macam-macam dan sangat gampang diakses. Di rumah, di kantor, di mall, di kebun, di sawah bahkan ketika pesawat mau boarding aja buku ini nempel terus sama penggemarnya.


Dari satu atau dua kalimat isinya, artikel yang panjang kalimatnya hingga sekedar link artikel tersedia.


Yang positif ada, yang negatif juga banyak.


Yang kalem-kalem ada, yang selfie-selfie jangan ditanya berapa banyaknya!


Yang video pendek banyak, yang link video dengan durasi panjang buanyak lagi jumlahnya!


Yang muda dibikin mabuk kepayang, yang tua dibikin kecanduan.


Yang ilmuwan, teknokrat hingga presiden juga gemar membaca buku yang satu ini.


Yang suka dagang, yang suka jualan, gemar sekali memiliki buku ini.


Yang seneng kehidupan sosial di masyarakat, banyak sekali grup-grup yang digerakkan melalui buku ini.


Dari mulai bangun tidur hingga beranjak ke tempar tidur, buku ini seolah membuat terlena siapa saja. Daya magisnya ngalah-ngalahi segalanya!


Yang mau ke sekolah, yang mau ujian, yang mau wisuda, yang lagi nyari kerja hingga yang nginfokan lowongan kerja semua ada.


Yang suka ria hingga duka cita semua dibagi dibuku ini. Seolah tak ada rahasia diantara kita.


Jarak bukan menjadi penghalang. Kalau pingin tau kabar kawan, terkadang nggak perlu telpon atau sms dulu, simplenya, buka aja update statusnya!


Dari yang dilautan hingga puncak gunung sekalipun, selagi ada sinyal yang bisa menghubungkan ke buku ini, maka semua informasi dapat dibagi dan dicari.


Dari urusan politik, ekonomi, sosial budaya, hingga agama, semua ada disini.


Bahkan untuk urusan dengan Tuhan saja banyak memakai buku maya ini sebagai medianya. Yang manusia biasa hingga para ulama banyak berharap di-amin-kan doanya.


Udah dulu yaa!


Kalau mau ditulis semua,bisa jadi kolom ini nggak muat karena hampir semua aspek kehidupan di jaman ini sedang dimabuk kepayang dengan hadirnya buku berlogo warna biru.


Mau tau jawabannya?


Yes! Buku yang dimaksud adalah buku yang sering dibuat utk ngupdate status, ngeLike & ngomentari. Inilah dia bukunya, FaceBook!


Enjoy your day!


Dukhan, 1 Agustus 2014

New month, new spirit!

Mudik, Tradisi Mahal Yang Dikangeni

Masjid Khatiya - Qatar @sugengbralink 2014


Ramadan belum lagi tiba, orang-orang muslim Indonesia sudah disibukkan memesan tiket transport untuk libur lebaran nanti. 90 hari sebelum hari H, PT.KAI sebagai penyedia layanan publik Kereta Api sudah membuka lapaknya. Dari counter yg online maupun offline.

Website penyedia jasa booking hotel, paket liburan, tiket pesawat, tiket kereta mulai dibanjiri peminat jauh-jauh hari sebelum hari raya tiba.

Yang di dalam negeri hingga diplomat dan TKI di luar negeri ramai-ramai berburu tiket agar bisa menikmati ramainya hari raya di kampung halaman. Tingginya harga tiket seolah tak pernah menjadi soal bagi para pemudik. Harga tiket yang mahal dianggap sebagai ongkos yang harus dibayar di momen istimewa setahun sekali ini.

Bukan hanya harga transportasi yang naik tuslahnya, harga-harga barang kebutuhan pokok juga ikutan naik. Ketika memasuki ramadan, harga barang mulai naik. Harga-harga makin meroket ketika lebaran semakin mendekat.

Hari-hari terakhir bulan ramadan seharusnya digunakan sebagai hari-hari peningkatan amal ibadah. Hari-hari terakhir ramadan seharusnya digunakan untuk I'tikaf, malahan banyak umat yang sangat disibukkan dengan belanja berbagai macam kebutuhan. Beli baju baru, parcel, kue lebaran, pengecatan rumah dan segala pernak pernik menyambut hari raya idul fitri.

Tak peduli banyaknya uang yang dikeluarkan. Tak peduli macetnya jalanan. Masing-masing sibuk demi penyambutan libur lebaran. Tabungan terkuras tak menjadi soal.

Transportasi darat, laut dan udara sibuk semuanya. Semua dipadati penumpang. Bangku penumpang yang biasanya nggak penuh di hari-hari biasa, saat H-7 mulai dipenuhi penumpang. Jam penerbangan kadang tertunda karena saking ramainya lalu lintas udara.

Mahalnya biaya mudik tak ada yang pernah peduli. Boleh saya bilang bahwa semua meng-amini kalau mudik itu asyik. Mudik itu unik. Mahal tak pernah jadi soal. Yang penting bisa ketemu keluarga, sanak saudara dan tetangga. Bahkan bisa ketemu teman lama.

Indonesia dengan penduduk 240 jutaan saat ini adalah negara yang mempunyai tradisi mudik. Tradisi yang nggak tau kapan bermulanya.

Haruskah silaturahmi keluarga dilakukan hanya di bulan syawal?
Haruskah mengeluarkan ongkos yang mahal hanya untuk mudik?
Tidakkah hari lain untuk saling bermaafan, ketemu keluarga, sanak saudara dan tetangga ?
Haruskah menghabiskan waktu dan bahan bakar berliter-liter ditengah jalanan yang super macet?

Pertanyaan-pertanyan diatas saya sampaikan bukan karena saya gak mudik tahun ini. Tapi sekedar perenungan tentang tradisi mudik yang sudah berlangsung lama di negeri kita. Silahkan dijawab dan dianalisa sendiri pertanyaan dan jawabannya.

Dukhan, 2 Agustus 2014
Nite shift DMC
@sugengbralink