Wednesday, July 23, 2014

Catatan Kecil Pilpres 2014 dari Qatar

Doha - Qatar | Hajatan pilpres 4 Juli 2014 di seluruh wilayah Qatar berjalan aman dan damai. Terdapat 9 TPSLN di Qatar. Lokasinya tersebar di beberapa kota, Doha, Messaied, Al Khor hingga Dukhan.

Alhamdulillah, kita (bangsa Indonesia) telah difasilitasi oleh negara ini untuk melakukan pesta demokrasi. Sebuah pesta yang mungkin bukan hal biasa terjadi di negara monarki.
Tahun ini menjadi tahun yang penuh pengalaman bagi saya. Sebuah pengalaman mengemban tugas negara, menjadi anggota KPPSLN.
14045702332105151357
dok.pribadi
Sejak pagi jam 09.00 waktu Qatar, bahkan sebelum TPS dibuka, sudah ada dua orang polisi di dalam kendaraan Land Cruiser bersiaga, tepat di depan gedung yang didalamnya ada TPSLN 9 Dukhan.
Selama pilpres berjalan dari jam 09 pagi sampai jam 10 malam, 2 polisi rutin berjaga di depan TPS. Sesekali bapak-bapak polisi ini memasuki TPS menanyakan proses yang sedang berjalan dan mengamati proses pilpres.
Bagi saya pribadi dalam kapasitas sebagai seorang TKI dan warga bangsa Indonesia, merasa sangat tersanjung dengan diijinkannya pesta demokrasi pemilihan presiden di negeri ini. Apalagi diijinkan dengan dibukanya TPSLN di berbagai wilayah. Tentu bukan hal yang mudah bagi negeri ini untuk memberikan ijin sekelas pesta politik, ditengah munculnya bermacam konflik politik yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan Timur Tengah.
Ini merupakan sebuah bentuk penghormatan besar negara ini kepada bangsa Indonesia tercinta.
Setelah 10 jam TPSLN buka dari jam 9 pagi yang diselingi istirahat sholat jum’at, sholat maghrib dan buka puasa, akhirnya TPSLN tutup jam 10 malam.
Semua berjalan lancar. Raut gembira dan salut nampak dari wajah bapak-bapak polisi di Qatar, atas penyelenggaraan pemilu yang super aman hari ini.
Jam 23.35 semua laporan TPSLN akhirnya tuntas juga. Amplop-amplop besar berisi dokumen pelaporan pun sudah lengkap ditandatangani ketua dan anggota KPPSLN. Surat suara yang berada dalam kotak suara pun disegel dan ditandatangani oleh para saksi dari kedua capres cawapres.
14045707921097863552
kppsln doha
Walau waktu sudah larut malam, dua petugas KPPSLN dan dua orang saksi mengantarkan kotak suara itu ke KBRI Doha. Yang selanjutnya kotak suara itu disimpan di ruang terkunci dan diawasi CCTV 24 jam.
Kotak suara itu dikumpulkan dari berbagai wilayah di Qatar yang terjaga keamanannya, untuk menunggu penghitungan resmi pada 9 Juli 2014 bertempat di Hotel Holliday Villa, Doha.
Antusiasme warga masyarakat Indonesia dalam pilpres 2014 di Qatar juga luar biasa. Update terkini dari detikcom mengabarkan bahwa partisipasi warga Indonesia yang mengikuti pilpres 2014 melebihi partisipasi dalam pileg 3 bulan lalu. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah pemilih pileg.
1404570365742585914
dok.pribadi
Siapapun yang terpilih nantinya, saya dan kita harus yakin bahwa merekalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia untuk 2014-2019. Aamiin.
Catatan kecil seoranng anggota KPPSLN yang masih terus belajar tentang hidup dan kehidupan.
»Dukhan, 5 Juli 2014
»riyadi.sugeng@gmail.com
Sumber artikel: Kompasiana

Sensasi Gowes di Qatari Desert!

Doha - Qatar | Memasuki pertengahan bulan Juni, suhu udara kian panas. Tak hanya sengatannya yang membakar kulit, kelembaban udaranya terkadang membikin badan lekas capai walau sebentar berjalan di luar rumah. Alhamdulillah, pagi ini cuaca sangat bersahabat. Angin bertiup sepoi, menghantarkan udara yang sangat segar di pagi hari dengan kisaran suhu udara 29-30 derajat celcius.

Sejak dua bulan lalu, saya dan dua teman lainnya memiliki hobi baru yaitu bersepeda. Ini bukan bersepeda ke kantor “Bike to Work” layaknya para karyawan yang tinggal di ibukota, tapi ini lebih sekedar menyalurkan hobi sambil berolahraga. Disisi lain kami bisa menikmati dari gersangnya padang pasir di Qatar.
14030859201404049324
Rehat sebentar di Zekreet Desert, Qatar
Minimum seminggu sekali sejak April 2014 lalu, kami selalu aktif menggowes. Dari jarak terpendek 5 KM hingga jarak terjauh yang pernah kami tempuh sepanjang 55 KM.

Cuaca pergantian musim di kawasan Timur Tengah perlu kita waspadai dan amati. Sebagai seorang biker atau pesepeda wajib hukumnya untuk mengetahui atau mengamati prakiraan cuaca. Karena apa? Hal ini menjadi sangat penting karena akan membantu membaca cuaca di saat kita akan melakukan aktivitas gowes menggowes. Jangan sampai ketika di tengah jalan, apalagi di tengah padang pasir dan dibawah sengatan mentari yang panas tiba-tiba datang serangan badai pasir.
1403086205481846450
Sensasi Ngonthel di Padang Pasir
Cuaca ekstrim yang sering terjadi di kawasan padang pasir sering disebut dengan Sand Storm atau badai pasir. Kondisi ini terjadi tatkala terjadi pergantian cuaca atau suhu udara. Dari panas ke dingin atau sebaliknya.

Gowes padang pasir, begitu kami menyebutnya. Sebuah hobi yang baru kami geluti setelah lebih dari 5 tahun bolak-balik Qatar dan Indonesia.

Banyak dari warga Indonesia di negara ini yang lebih menyenangi petualangan padang pasir dengan mengendarai kendaraan double gardan atau four wheel drive (4WD). Mereka menyebutnya Sand Dune, atau kerennya disebut dengan Nge’Dune.

Bagi penggemar petualangan padang pasir ini tentu mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kendaraan 4WD itu rata-rata mahal harganya. 
Disamping harga yang mahal, tentu lokasi yang ditempuhpun tak dekat jaraknya.

Saya yakini bahwa dalam setiap aspek kehidupan selalu ada cara untuk menikmatinya. Entah mau punya uang atau tidak, yang jelas tinggal bagaimana kita nya.

Bermodalkan beli sepeda second-hand akhir Maret lalu, akhirnya cita-cita lama untuk bisa menjelajah gersangnya gurun pasir terlaksana juga. Dengan mengajak minimum satu orang saja sebagai teman ngonthel, maka acara gowes padang pasir pun akhirnya terlaksana.

Sebagai bekal di tengah jalan, jangan lupa selalu membawa kartu identitas, alat komunikasi (handphone), lampu sepeda (sebagai tanda di jalan raya), air minum, pompa ban portable, dan uang secukupnya (kalau-kalau diperlukan untuk membeli sarapan setelah lapar bersepeda).

Periksa selalu kondisi ban sepeda sebelum berangkat. Pastikan bertekanan cukup dan kondisi ban masih bagus. Cek rem tangan apakah masih berfungsi dengan bagus. Berikan pelumas yang cukup pada rantai agar pijakan pedal nyaman selama di perjalanan.

Jika anda termasuk orang yang suka mengabadikan memori, jangan lupa membawa kamera. Kamera handphone, cukuplah. Eh kalau ada yang nanya “mana buktinya?”, tunjukkin aja foto-foto anda! Sederhana to!
1403086049810311743
Selfi dulu dengan background Sidra Tree
Gersangnya gurun bukanlah menjadi penghalang untuk bisa menikmati keindahan alam.
Di tengah petualangan padang pasir dengan mengayuh sepeda, sesekali kita temui tanaman SIDRA yang tumbuh di tengah luasnya gurun pasir. Tumbuhan ini hidup dan besar tanpa guyuran air hujan atau siraman air. Kita juga akan temui berbagai macam rerumputan yang tumbuh liar diantara pasir gurun yang terserak. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala Ciptaan-Nya.

Tak terasa setelah 3 bulan bersepeda, kayuhan sepeda onthel ini hampir menembus jarak 500 KM.

Dalam hidup ini, pasti selalu ada cara untuk menikmati keindahan alam, dimanapun kita berada. Mau yang banyak hijaunya atau nggak ada hijaunya, selalu saja ada yang segar dipandang mata.

Sensasi gowes di Qatari Desert atau Padang Pasir Qatar memang luar biasa! Panas sengatannya, Gersang hamparan tanahnya namun penuh makna suasananya.
Tonton video dokumenternya disini:


Salam Gowes dari Qatar!

Dukhan, 18 Juni 2014

Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com

Sumber artikel: Kompasiana

Saturday, June 28, 2014

6 Tahun Yang Begitu Cepat!


Souq Waqif - Doha - Qatar 2009
Hari ini, 6 tahun yang lalu, menjadi hari bersejarah bagi saya. Saat dimana kedua kalinya kaki ini menapak di negeri Qatar. Demi memenuhi sebuah panggilan kerja untuk menggapai sebuah impian hidup. Sendiri, tanpa istri dan anak-anak. Keduanya saya tinggalkan di negeri tercinta, Indonesia. 

Tiga bulan sebelumnya, saya telah memenuhi undangan face to face interview di kota Doha. Cuaca waktu itu nyaris tak beda jauh dengan cuaca Indonesia. Kisaran suhu udara 29-32 derajat celcius di siang hari. Tapi beda dengan cuaca bulan Juni waktu itu, suhu udara sangatlah menyengat kulit.

Jam 05.30 pagi pesawat Qatar Airways mendarat sempurna di landasan pacu Doha International Airport. Tanda “dilarang merokok” dan “kencangkan sabuk pengaman” sudah dimatikan. Awak kabin pun dengan sigap mengumumkan kepada seluruh penumpang untuk meninggalkan pesawat, dan mengingatkan agar tak ada barang yang tertinggal di dalam kabin.

Ketika tubuh ini keluar dari kabin pesawat, suhu udara pagi itu layaknya suhu udara siang hari di Indonesia. “Wow! Pagi hari sudah panas begini”, pikir saya.

This is life, this is my choice and I will enjoy it!

Hidup memang pilihan. Mau memilih yang ini atau yang itu, itu terserah diri kita masing-masing.

Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Bahkan sesuatu yang akan terjadi di menit-menit kemudian saja, tak ada yang pernah tahu. Semuanya misteri ilahi. Manusia sekedar menjalani dan berusaha mendapatkan takdir terbaik dalam hidupnya.

Menjadi TKI, Siapa Takut!

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri merupakan sebuah pilihan hidup. Tak banyak yang memilih menjadi TKI. Pepatah lama mengatakan “Daripada hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri (bagaimanapun senangnya hidup di negeri orang, masih lebih senang hidup di negeri sendiri)”.


Banyak kisah sedih dan pilu dari para TKI, khususnya tenaga kerja rumah tangga. Banyak dari mereka yang diperlakukan tidak baik oleh majikannya. Bisa jadi majikannya yang memang salah, atau kurangnya pengetahuan mereka dalam menghadapi perbedaan lingkungan kerja, bahasa dan budaya di negeri orang.

Menjadi TKI hanya sebuah cara untuk menjemput rezeki yang telah dijanjikan oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.

Saya, merupakan satu dari sekian banyak TKI yang mengais rezeki di negeri yang kaya minyak ini. Sampai saat ini, tak kurang dari 6000 TKI Professional bekerja di Qatar. Banyak dari mereka bekerja di sektor minyak dan gas (migas). Sebagian lainnya di sektor telekomunikasi, perhotelan, kesehatan dan konstruksi. Sementara jumlah terbesar memang masih ditempati oleh tenaga kerja rumah tangga.

Beda Negara, Beda Budaya.

Bekerja di luar negeri merupakan pengalaman pertama saya dalam hidup. Tak pernah sekalipun diri ini bekerja di negeri orang. Sejak awal kaki ini mendarat, cuaca sudah jauh berbeda.

Hari-hari berlalu bekerja di negeri orang, banyak pengalaman yang saya dapat. Sebuah pengalaman hidup yang luar biasa bisa bekerja dengan lingkungan kerja multi nasional, multi kultur, multi bahasa dan multi-multi lainnya.

Walaupun negeri ini memakai bahasa arab sebagai bahasa nasional, tapi bahasa inggris menjadi bahasa pengantar sehari-hari yang banyak dipakai di Qatar. Kemampuan bahasa inggris menjadi sebuah mandatory sebelum anda memasuki negeri ini, jika anda mau bekerja.

Bahkan saking seringnya bahasa inggris yang dipakai, sampai-sampai bahasa arab saya masih seputaran “khaif khaluk atau khaif khalik” saja. Duh! Mau sampai tahun keberapa saya kan menguasai bahasa arab dengan baik. Malu rasanya jika suatu saat nanti saya resign dari negeri ini tapi saya nggak bisa bahasa arab. Apa kata dunia???

Tapi lagi-lagi, walaupun bahasa inggris menjadi bahasa pengantar yang banyak dipakai, saya menilai bahasa inggris saya juga belum bagus-bagus amat. Ya sebatas memperlancar pekerjaan dan hubungan sesama manusia di lingkungan kerja atau sosial.

Disana sini, karakter manusia sebenarnya sama saja. Ada yang baik, ada yang temperamen, ada yang silent dan banyak lagi tipe manusia.

Jauh sebelum saya putuskan menjadi seorang TKI di Qatar, selama 6 tahun pula banyak pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam manusia di Indonesia. Dari mulai Aceh hingga Biak, Papua.

Ketika saya komparasikan dengan berbagai karakter manusia di negeri Qatar, ternyata tak jauh beda. Dimana-mana, manusia itu banyak ragam sifat dan sikapnya.

Tinggal bagaimana kita sebagai manusia menyikapinya. Prinsip hidup saya adalah “Cobalah mengerti akan kondisi orang lain, jangan pernah memaksa orang lain untuk mengerti tentang diri saya”.

Alhamdulillah dengan prinsip tersebut, saya bisa hidup berdampingan secara baik dengan berbagai macam manusia dari berbagai Negara. Bisa melayani mereka dengan baik secara professional.

Sebagai seorang Nurse, kemampuan mengenali karakter manusia dari berbagai latar belakang Negara dan budaya sangatlah penting. Dengan mengetahui sifat dan karakter mereka, maka kita pun tahu sikap terbaik seperti apa yang kita suguhkan ke mereka.

Qatar layaknya Miniatur United Nations.

Benar-benar sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga. Menjadi impian besar bagi saya bisa tinggal dan berinteraksi dengan manusia dari berbagai Negara. Qatar merupakan salah satu tempat untuk menggapai impian itu. Kenapa begitu? Karena di negeri ini, kita bisa temui orang-orang dari berbagai belahan bumi. Walaupun tak mesti dekat dengan semuanya, tapi disini kita bisa temui hampir semua nationality (kebangsaan).

Dari mulai warga Negara Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Jepang, China, Vietnam, Myanmar, India, Nepal, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, Afghanistan, Australia, Inggris, Belanda, Spanyol, Venezuela, Canada, Amerika, Afrika Selatan, Tunisia, Mesir, Yordania, Palestina, Aljazair, Yaman, Oman, Bahrain, Saudi, Sudan, Kenya, Ghana, Nigeria, dan banyak Negara lainnya. Dan sudah tentu berinteraksi dengan orang-orang Qatar.

Mereka semua datang ke negeri ini sama-sama untuk mengadu nasib, menjemput rezeki yang sudah dijanjikan. Masing-masing bekerja di bidangnya. Dari mulai tukang kebun, tukang sapu jalan, tukang bersih-bersih rumah, pembantu rumah tangga, supir pribadi, supir taksi, pekerja bangunan, pelayan toko, pelayan restaurant, pekerja perhotelan, operator pabrik migas, tukang insinyur, hingga para manager.

Semua bekerja sesuai porsinya. Termasuk saya yang berlatar belakang pendidikan nursing, maka Alhamdulillah saya juga bekerja di bidang nursing.

6 tahun saya disini, serasa begitu cepat. Rambut putih kian banyak. Bukan karena stress kerja tentunya, tapi lebih karena tipe rambut saya yang gampang beruban. Saya tak pernah menyalahkan Bapak tercinta (kenapa membawa Gen begini), tapi mungkin ini adalah rezeki bagi saya pribadi, yang diberikan Nur (cahaya) lebih banyak dari yang lain.

Terima kasih untuk kedua orangtuaku tercinta atas segala pelajaran hidup dan kehidupan yang telah engkau berikan. Segala yang telah kuberikan mungkin tak akan pernah sanggup membayar segala jerih payahmu mendidikku dari kandungan hingga sebesar sekarang. Maafkan saya wahai Bapak dan Ibu, jika anakmu ini tak berbakti kepadamu.

Terima kasih untuk istri dan anak-anakku tercinta yang setia menunggu di kejauhan sana. Karena kalian, semangat hidup ini terus membara. Karena kalian, tak ada kata lelah untuk terus berjuang dalam hidup ini. Semoga Allah SWT, senantiasa menjadikan keluarga kita sakinah mawaddah warrahmah. Aamiin.

Dukhan, 27 Juni 2014

Sugeng Bralink