Saturday, August 31, 2013
Family Fun Day SDIT Harapan Ummat Purbalingga di Goa Lawa
16 Juni 2013 menjadi hari yang sangat menyenangkan buat para siswa dan keluarga SDIT Harapan Ummat Purbalingga. Setelah melakukan perjalanan darat sekitar 30 KM, rombongan Family Fun Day sampai di lokasi wisata Goa Lawa Purbalingga.
Tak banyak yang saya tahu, hanya sekilas cerita dari istri tercinta bahwa acara yang diikuti oleh semua siswa SDIT sungguh meriah. Berbagai permainan pun digelar. Tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga para orang tua. Ajang silaturahmi yang harus terus diadakan setiap tahunnya.
Silaturahmi Keluarga Besar Trah Setradiwirya di Srandil, Cilacap
Sebuah acara yang sangat bagus dan perlu dilestarikan. Silaturahmi keluarga ini telah memasuki tahun ke delapan. Acara rutin hari ahad manis masih terus lestari untuk saling bersilaturahmi. Disamping silaturahmi, acara ahad manis diisi dengan arisan keluarga.
Hari itu, suhu udara memang lumayan panas. Maklum lah sedang nggak hujan dan lokasinyan memang dekat dengan Pantai Selatan. Tak lebih dari 1 KM, kita sudah bisa melihat dengan langsung deburan ombak besar Samudera Hindia.
Walau tanpa persiapan, saya didaulat menjadi pembawa acara. Biasanya dibawakan dengan bahasa jawa krama inggil, tapi karena keterbatasan saya dalam bahasa jawa halus, akhirnya saya diperkenankan membawakannya dalam bahasa campur-campur. Antara bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Ba'da muqodimah, acara diisi pembukaan oleh tuan rumah dan ketua rumpun. Sambutan tuan rumah disampaikan langsung oleh Mbah Saliyo. Dan dilanjutkan dengan sambutan ketua rumpun oleh Mbah Sadirun. Sebelum acara saling silaturahmi dan berjabat tangan, acara siang itu diisi dengan tausiyah silaturahmi yang disampaikan oleh Ustadz dari Ayamalas.
Selepas saling berjabat tangan dilanjutkan dengan makan siang. Sebagian lagi melanjutkan wisata di bawah sengatan mentari yang cukup panas ke pantai selatan.
Semoga keeratan silaturahmi ini tetap terjaga. Aamiin.
Dukhan, 31 Agustus 2013
Menikmati Indahnya Kali Klawing dari Jembatan Gantung Sindang, Purbalingga
Purbalingga kian hari terus berbenah. Saya masih teringat
ketika tahun 1999 pertama kali memasuki kota Purbalingga. Tak ada yang lebih
terkenal dari Goa Lawa ketika kita mendengar nama Purbalingga. Purbalingga
waktu itu memang belum banyak dikenal, apalagi terkenal. Purbalingga juga belum
menjadi kota tujuan wisata seperti sekarang ini.
Lain dulu lain sekarang. Banyak sekali yang bisa dibanggakan
dari Kota Perwira (demikian Purbalingga biasa disebut). Kota kelahiran Jendral
Soedirman ini, kini mempunyai banyak destinasi wisata. Ada owabong Bojongsari, Taman
reptile Kutasari, Aquarium raksasa Purbayasa, Alun-alun purbalingga, Museum
uang Kutasari, Gua Lawa, Pendakian Gunung Slamet via Bambangan, Bendungan Slinga,
Jembatan gantung Sindang dan banyak lainnya.
Mengisi liburan mudik lebaran tahun ini, saya sempatkan
mengunjungi lokasi jembatan gantung Sindang. Jembatan yang membentang sepanjang
110 meter diatas kali klawing ini, menjadi alternatif jalan-jalan di akhir
minggu atau di sore hari menjelang malam.
Jembatan yang awalnya dibangun tahun 1994-1995 ini nyaris
ambruk di akhir tahun 2010 karena gerusan arus deras kali klawing. Walau belum
selesai 100 persen, tapi jembatan gantung sindang sudah nampak cantik. Dengan
cat warna kuning, kegagahan jembatan gantung sindang pun sudah nampak dari
kejauhan ketika sepeda motor yang saya naiki menuju ke arah jembatan.
Walaupun bukan tempat wisata, tapi sore itu ada puluhan orang
yang sedang berdiri dan berjalan-jalan diatas jembatan gantung sindang. Bahkan
kabarnya jembatan yang menghubungkan desa sindang, mrebet dan desa banjaran,
bojongsari ini sering digunakan oleh calon pengantin untuk mengambil foto sebelum
pernikahan (pra wedding).
Jembatan Sindang memang belum selesai pengerjaannya. Dari
sepanjang 110 meter itu, sekitar 30 meter yang baru selesai dipasang papan kayu
keras. Sementara sisanya baru dipasang dua papan kayu keras zig-zag dan
hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Itu pun harus sangat berhati-hati, kalau
nggak, bisa terpeleset dan tercebur ke kali klawing.
Nun jauh dibawah sana, aliran kali klawing tak begitu deras.
Satu orang penarik ban besar sebagai alat penyebarangan sedang sibuk menyeberangkan
beberapa orang. Tak ketinggalan saya bersama istri dan anak-anak turut serta
mencoba menaiki ban penyeberangan itu. Ketika ditanya berapa tarifnya sekali
seberang, sang penarik ban hanya menjawab “nggih mangga (silahkan), seikhlasnya
saja mas”.
Bagi anda yang sedang liburan ke Purbalingga, tidak ada
salahnya untuk menengok megahnya Jembatan Sindang di kabupaten Purbalingga. Walaupun
belum sempat lewat Jembatan San Fransisco, paling tidak sudah menikmati
megahnya karya anak bangsa, Jembatan Gantung Sindang. Enjoy Purbalingga!
Dukhan, 31 Agustus 2013
Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com
Subscribe to:
Posts (Atom)