Thursday, May 05, 2016

BELAJAR ITU BERKELANJUTAN

Mandat Qatar Council for Healthcare Practitioners (QCHP) per tanggal 7 Maret 2016 menyebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Qatar wajib memenuhi 40 jam kegiatan belajar profesional berkelanjutan tiap tahun. Hal ini untuk memenuhi total 80 jam selama dua tahun, saat dimana professional license diperbarui.

Ada beberapa institusi kesehatan yang sudah terakreditasi oleh QCHP untuk menyelenggarakan Continuing Professional Development (CPD). Salah satu diantaranya adalah University of Calgary in Qatar (UCQ), yang bekerjasama dengan College of The North Atlantic - Qatar (CNA-Q).

Sebuah kesempatan yang luar biasa ketika kami perawat Indonesia turut serta bergabung dan belajar bersama dengan para praktisi pendidikan tinggi keperawatan, yang berlangsung di Grand Hyatt Hotel kemarin pagi. Betapa tidak, acara tersebut dihadiri oleh Dr. Jacqluine McDonald, Associate Professor University of Southern Queensland (USQ), Australia yang membicarakan tentang Engaging with Colleagues in Your Professional Teaching & Learning Journey.

Belajar berkelanjutan memang tidak hanya bagi healthcare professionals, belajar itu bersifat terus menerus bagi siapa saja. Sepanjang nyawa masih di kandung badan, disitulah kita masih punya kewajiban untuk belajar.

Topik yang dibahas oleh Dr. Jacquelin adalah tentang Community of Practice (CoP). Sebuah topik yang mengajak kita akan pentingnya belajar bersama dalam sebuah komunitas. Bisa karena kesamaan profesi atau hobby/ketertarikan.

Dalam konteks CoP, masing-masing mempunyai peran. Dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan pengalaman, akan menjadi nilai plus untuk saling berbagi dalam sebuah komunitas.

Walaupun hanya ikut dalam plenary session, namun banyak ilmu yang kami dapat. Learning is a continuation process!

Qatar, 5 Mei 2016
@sugengbralink

The Door to The Future


Ada yang menarik ketika menghadiri wisuda akbar Qatar Foundation 3 Mei lalu. Ada sebuah ornamen pintu terpampang tepat di depan panggung. Pintu yang nampak terang dengan hiasan lampu di setiap sisinya. Pintu yang mereka namai THE DOOR TO THE FUTURE.

Setiap wisudawan yang sudah menerima CINCIN WISUDA dari Sheikha Moza bint Nasser kemudian berjalan menuju pintu tersebut. Tinggi pintu dibuat rendah, sehingga hampir semua wisudawan harus berjalan menunduk ketika melewatinya.

Ada sebuah pesan yang tersirat dari pintu masa depan ini. Lulus dari perguruan tinggi bukanlah akhir perjuangan. Lulus dari kampus universitas adalah langkah awal memasuki babak baru kehidupan. Akan semakin banyak tantangan dan hambatan. Dari kehidupan sebatas kampus, menuju kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan di masyarakat yang lebih luas.

Pintu yang ketinggiannya dibuat rendah memiliki pesan bahwa setiap kita harus senantiasa bersikap rendah hati, walaupun bermacam gelar sudah diraih. Diatas langit masih ada langit. Sepintar apapun kita senantiasa muncul generasi-generasi pintar di kemudian hari. Rendah hati dan jangan sombong!

Qatar, 5 Mei 2016
@sugengbralink

Thursday, March 03, 2016

Masjid Al Ikhlas GPA Purbalingga

Masjid pertama yang berada di kawasan Perumahan Griya Perwira Asri, Purbalingga. Masjid ini dibangun atas dana swadaya masyarakat GPA.Perumahan GPA sendiri terdiri dari 3 Desa yaitu Karangsentul, Bojanegara dan Gemuruh. Perumahan ini mulai dihuni sekitar tahun 2003/2004. Kala itu, untuk type 36/90 harga cash nya cuma 35 juta rupiah. Kali ini sudah berlipat harganya. 

Tuesday, March 01, 2016

KELEBIHAN BAGASI KERETA, 2 RIBU PER KG!

Bertahun-tahun menikmati jasa kereta api, baru kali ini mengalami yang namanya membayar kelebihan bagasi. Seperti naik pesawat terbang aja ya. Antrian penumpang rapi. Cuaca nggak begitu panas. Proses pengecekan tiket dan kartu identitas pun lancar.

Sesaat melangkah, seorang petugas keamanan stasiun KA memberhentikanku. "barang bawaan ditimbang dulu Pak", ujarnya. " Kenapa pak?" tanyaku penasaran.

"Batas bagasi 20 Kg pak, jika lebih bapak harus membayar", jawabnya. " OK pak!". Seorang petugas berseragam sedang duduk di kursi dengan meja dihadapannya. Dia mempersilahkanku untuk menimbang barang bawaan. Ternyata total 32 Kg. Jadi 12 Kg mesti mbayar.

"Berapa Pak?" tanyaku. "2 ribu per Kilo pak". Ok Pak. Akhirnya kusiapkan uang 30 ribu, dapat kembalian 6 ribu.

Bagi anda yang mau naik jasa kereta api, ingat ya..bagasi maksimum 20 Kg. Sisanya mesti mbayar.

Jakarta, 1 Maret 2016
@sugengbralink

Saturday, February 27, 2016

BAHASA INGGRIS, SIAPA TAKUT!

BAHASA INGGRIS, SIAPA TAKUT!

Bahasa adalah jendela dunia. Bisa menguasai berbagai macam Bahasa itu sesuatu yang mungkin. Memang tidak semua orang mempunyai kemampuan linguistic yang sama. Sejarah pernah mencatat orang-orang yang bisa menguasai bermacam Bahasa, yang disebut dengan Polyglot atau Multilingual Person. Sebut saja Presiden pertama republic ini yaitu Bapak Ir. Soekarno. Beliau mampu berbicara 10 bahasa, diantaranya Jawa, Sunda, Bali, Indonesia, Belanda, Jerman, Inggris, Perancis, Arab dan Jepang.

Sejarah juga pernah mencatat nama Gayatri Lawelisa. Seorang gadis muda belia asal ambon. Di usianya yang masih 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMA, Gayatri telah menguasai setidaknya 14 bahasa, antara lain Bahasa Ambon, Indonesia, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, dan India, Rusia dan bahasa Tagalog. Namun Alloh SWT berkehendak lain, Gayatri tutup usia akhir 2014 silam.

Di era global sekarang ini, kemampuan berbahasa inggris sebagai Bahasa internasional menjadi sangat perlu. Apalagi seiring dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Era keterbukaan antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau disebut dengan Pasar bebas ASEAN.

Untuk bisa menjadi seseorang yang mempunyai kemampuan layaknya Ir. Soekarno maupun Gayatri memang tak mudah. Tapi paling tidak mampu menguasai Bahasa inggris sebagai Bahasa internasional adalah sebuah keniscayaan. Yang terpenting adalah kemauan yang kuat dan terus belajar.

Saya masih teringat ketika awal masuk kerja di Qatar 8 tahun silam. Kemampuan Bahasa inggris saya begitu jeleknya. Walaupun yang sekarang juga belum bagus banget, tapi sudah lumayanlah. Keseharian saya bergaul dengan orang-orang dari berbagai negara, akhirnya ‘memaksa’ saya untuk menggunakan Bahasa inggris.

Rekan-rekan kerja saya berasal dari Filipina, India, Sudan, Qatar, Mesir, Maroko, Palestina, Canada, Syria, dan Nepal. Selain di tempat kerja, di lingkungan saya tinggal, terdapat orang-orang dari berbagai negara seperti Oman, Afrika Selatan, Ghana, Inggris, Australia, Amerika Serikat, dan puluhan negara lainnya.

Di Qatar, Bahasa inggris merupakan Bahasa sehari-hari yang banyak digunakan selain Bahasa arab. Bahasa inggris menjadi Bahasa komunikasi di tempat kerja, tempat belanja dan tempat-tempat publik lainnya. Dengan berkomunikasi menggunakan Bahasa inggris setiap hari, tak terasa kian hari kian bertambah kosa katanya.

Sewaktu masih di kampung dulu, ada tetangga saya yang berasal dari Jawa Barat. Dia membawa anaknya yang masih kecil sekitar umur 7 tahunan. Ketika itu, anak tersebut hanya bisa berbahasa sunda. Teman-teman sebayanya hanya mampu berbahasa jawa. Seiring berjalannya waktu, anak tersebut kini sudah lupa dengan bahasa sundanya. Kini, dia sangat mahir berbahasa jawa ngapak (Bahasa daerah di daerah Cilacap dan sekitarnya).

Penggunaan bahasa bisa dalam bentuk lisan maupun tulisan. Jika kita ingin mahir berbahasa, hal yang paling penting adalah menggunakannya. Teringat jaman sekolah SMP dulu, bolak balik belajar bahasa inggris. Hingga lulus sekolah, kemampuan berbahasa inggris seolah tak bertambah, khususnya kemampuan berbicaranya. Memang dari segi grammar dan tulis menulis bagus, namun untuk urusan conversation rasanya berat di lidah.

Penguasaan bahasa inggris pada diri seorang perawat yang bekerja di luar negeri sangat penting. Utamanya di negara-negara yang menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Bagi teman-teman perawat yang bekerja di Jepang dan Taiwan mungkin tidak menjadi keharusan bisa berbahasa inggris. Karena memang mereka menggunakan bahasa nasional setempat.

Di negara-negara kawasan Timur Tengah, bahasa inggris sangat umum dipakai. Bahkan ketika Saya sebagai seorang perantau ingin belajar bahasa arab, orang lokal malah belajar bahasa inggris. Efeknya kemampuan bahasa arab tidak tambah-tambah (ngeles aja nih).

Selain sebagai bahasa pengantar komunikasi dengan rekan kerja, tetangga di lingkungan sosial, fungsi bahasa inggris menjadi bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dengan pasien. Terkadang, ketika ada pasien warga negara Indonesia (Pekerja Rumah Tangga) yang berobat ke klinik diantar majikannya dan mereka tidak berbahasa inggris, maka Saya sebagai salah satu perawat Indonesia sering diminta untuk menjadi interpreter (penterjemah). Tentu bukan sembarang penterjemah, karena ada penggunaan istilah-istilah medis.

Pernah suatu ketika dalam sebuah penerbangan dari Qatar menuju Jakarta, di dalam pesawat ada seorang TKW yang sakit. Pramugari mengumumkan berita melalui pengeras suara. Pramugari meminta kerelaan WNI yang bisa menterjemahkan. Akhirnya Saya pun berdiri. Membantu proses penterjemahan. Kondisinya memang sudah sangat sakit. Badannya nampak lemah. Dua petugas kesehatan pun naik ke atas pesawat. Lagi-lagi kedua paramedic meminta bantuan saya untuk menterjemahkan bahasa si Mbak yang sedang sakit itu.

Jadi bagi junior nurses yang masih merasa tidak bisa berbahasa inggris, jangan takut tidak bisa selamanya. Anda adalah kuncinya. Jika anda memang berkeinginan merantau ke luar negeri, siapkan diri kalian. Perdalam bahasa inggris. Praktikkan. Maka anda pun akan mahir dibuatnya. Carilah partner sebagai lawan bicara. Tak harus bertatap muka, media sosial bisa juga dijadikan sarana untuk latihan berbicara bahasa inggris. Sebagai contoh, gunakan audio call dengan dosen, teman dunia maya atau senior-senior perawat yang sedang bekerja di luar negeri. Jangan seperti katak dalam tempurung, kuasai bahasa inggris maka kau akan genggam dunia.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Memang Alloh SWT sudah menuliskan takdir pada setiap diri manusia, namun manusia juga punya peran mengubah hidupnya ke arah takdir hidup yang lebih baik.

Berongkang-ongkang kaki tanpa berusaha bukanlah bentuk kepasrahan diri kepadaNya. Berusaha sekuat tenaga, bertukar pikiran dengan orang lain, diiringi doa pada yang Maha Kuasa, Inshaa Alloh akan memuluskan terkabulnya sebuah doa umat manusia. Jika bahasa inggris masih menjadi momok bagi anda, mulai saat ini buang jauh-jauh perasaan itu. Jadilah diri yang penuh semangat untuk menggenggam dunia dengan kemampuan penguasaan bahasa inggris yang mumpuni.

Qatar, 26 Februari 2016
#SugengBralink