Showing posts with label perawat indonesia di qatar. Show all posts
Showing posts with label perawat indonesia di qatar. Show all posts

Sunday, April 08, 2018

DUA KETUA INNAQ INI PENDEKAR!

Golf Club Messaeed menjadi saksi sejarah pelantikan kepengurusan DPLN PPNI Qatar 2017-2022. Pelantikan dilakukan oleh Ketua terpilih Sukartana Rusna. Pelantikan sebelumnya sudah dilakukan oleh DPP PPNI pada 6 Februari lalu di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta.

Secara simbolik Ketua DPLN PPNI Qatar periode 2012-2017, Joko Winarno menyerahkan atribut dan dokumen kepengurusan kepada Sukartana Rusna. Dilanjutkan dengan penandatanganan surat serah terima yang disaksikan dan turut ditandatangi oleh Duta Besar RI untuk Qatar Bapak Muhammad Basri Sidehabi.

Dalam ulasannya, Joko Winarno menguraikan sejarah singkat, tugas dan fungsi organisasi PPNI. Beliau juga memaparkan awal terbentuknya cikal bakal DPLN PPNI Qatar. 29 Agustus 2008 adalah hari lahirnya embrio DPLN Qatar yang kala itu disebut dengan INNAQ. Hingga akhirnya kepengurusan 2012-2017 secara resmi INNAQ menjadi Perwakilan PPNI luar negeri di Qatar.

Maka tidak heran jika hingga hari ini DPLN Qatar lebih dikenal dengan sebutan INNAQ.

Ketua INNAQ kedua dan ketiga yang biasa dipanggil dengan Jokowin ini menyampaikan terima kasih kepada semua pengurus yang telah membantu dalam masa kepengurusannya. Telah banyak hal yang dilakukan untuk organisasi. Diantaranya pemutihan STR semua anggota, bahkan tahun lalu telah menyelesaikan STR Renewal sebagian anggota.

Kegiatan health talk, health seminar, turnamen badminton, continuing education, first aid standby, dan kegiatan2 sosial lainnya menjadi catatan kegiatan INNAQ 2012-2017 bersama dengan KBRI Doha, PERMIQA dan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya di Qatar.

Telah banyak yang telah dicapai, tapi masih banyak yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan.

Sukartana dalam sambutannya tak pernah menyangka bisa terpilih menjadi Ketua. Karena di masa-masa kampanyenya, justru anggota yang menyatakan jadi Timses nya lah yang memyampaikan visi misinya. Menaikkan iuran 300 persen adalah visi yang disampaikan Timses Sukartana (dengan niatan agar tak terpilih), tapi diluar dugaan, hal itu malah menjadikannya Ketua Terpilih.

Ketua terpilih yang biasa dipanggil Kang Tana ini mengucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah memberikan kepercayaan. Beliau juga berkeinginan untuk terus bersinergi dengan KBRI Doha, PERMIQA dan ormas-ormas RI lainnya di Qatar. Untuk bersama-sama membawa nama baik bangsa di luar negeri.

Keduanya sama-sama Pendekar! Demikian salah satu guyonan Pak Dubes dalam sambutannya. Pendekar, pendek kekar. Semua hadirin pun tertawa. Yang dimaksud adalah Pak Joko Winarno dan Pak Sukartana Rusna. Tapi jangan salah, walaupun pendek namun banyak akalnya, begitu pesan beliau. Contohnya Pak Habibie dan Pak Jusuf Kalla. Keduanya pernah jadi Presiden dan Wakil Presiden.

Pak Dubes mengapresiasi keberadaan INNAQ. Harapannya terus bekerjasama dengan KBRI Doha agar nantinya jumlah tenaga profesional (termasuk Perawat) ke Qatar terus bertambah. Rencana kunjungan Kemenkes pada 21 April mendatang semoga menghasilkan hal-hal yang baik. Utamanya bisa menambah jumlah tenaga perawat Indonesia ke Qatar.

Sementara itu Ketua Atase Tenaga Kerja KBRI Doha (Bapak Muchamad Yusuf) menyampaikan bahwa INNAQ itu tak banyak anggotanya, namun solid dan militansinya luar biasa. Salut INNAQ!

Qatar, 8 April 2018
by sugengbralink

Thursday, September 14, 2017

#MerantauKeQatar: Tahun 2001, Tonggak Sejarah Perawat Indonesia di Qatar

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah), demikian pesan Bung Karno dalam Pidato terakhirnya pada tanggal 17 Agustus 1966. Kita tahu bahwa sejarah adalah rangkaian yang tak terpisahkan dengan keberadaan kita sekarang ini.

Ketika berbicara tentang keberadaan Perawat Indonesia di Qatar, kita akan ingat dengan seorang perawat Indonesia yang telah meletakkan batu pertama profesi ini. Beliau adalah Budi Setiawan (Allah Yarham).

Beliau adalah alumni Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Depkes Semarang (kini Poltekkes Kemenkes Semarang, Prodi Keperawatan Semarang) tahun 1993. Semenjak lulus, Budi Setiawan melanjutkan karirnya di perusahaan AEA Jakarta. Perusahaan menempatkan beliau di Tambang Emas terbesar di Indonesia yaitu PT. Freeport Indonesia yang berlokasi di Tembaga Pura, Papua. Beliau bekerja di Rumah Sakit Tembagapura yang melayani para karyawan PT. Freeport dan masyarakat sekitar tambang.

Selama kurang lebih delapan tahun, beliau bekerja dan mengasah pengalaman kerjanya di lokasi kerja yang berhawa dingin tersebut. Maklum saja Tembaga Pura memang masih dikelilingi oleh kawasan hutan yang masih sangat lebat dan asri.

Kemudian pada tahun 2001, beliau memutuskan hijrah ke sebuah negara di kawasan Timur Tengah yang notabene suhu udaranya sangat bertolak belakang dengan kondisi di Papua. Budi Setiawan hijrah ke Qatar.
Budi Setiawan (Allah Yarham) In Memoriam
Kala itu, Budi Setiawan menjadi perawat Indonesia pertama yang menginjakkan kakinya di Qatar. Beliau bergabung dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) profesi lainnya untuk mengadu nasib di sebuah negara yang belum cukup dikenal kala itu. Negara kecil yang kaya migas namun belum sepopuler negara-negara tetangganya seperti Saudi dan UAE. Belum lagi penempatan kerjanya pun berlokasi sangat jauh dari ibukota negara. Semenjak bergabung di tahun 2001 hingga akhir hayatnya di bulan Oktober 2013, Budi Setiawan ditempatkan di kawasan industri migas di Dukhan. Letaknya sekitar 100 KM dari ibukota Doha.


Semenjak kedatangan beliau di tahun 2001, dari tahun ke tahun jumlah perawat Indonesia yang datang ke Qatar terus bertambah. Menurut catatan dari organisasi perawat Indonesia di Qatar (PPNI DPLN Qatar) secara berurutan, di tahun 2002 (3 perawat), 2003 (2 perawat), 2004 (10 perawat), 2005 (3 perawat), 2006 (21 perawat), 2007 (6 perawat), 2008 (9 perawat), 2009 (3 perawat), 2010 (1 perawat), 2011 (6 perawat), 2012 (4 perawat), 2013 (2 perawat) dan 2015 (1 perawat). Jika ditotal semuanya da 72 perawat. Namun seiring berjalannya waktu, ada yang meninggal dan ada yang resign, maka jumlahnya kini tinggal 61 perawat saja yang masih aktif bekerja.

Saya sendiri pernah bekerja bersama beliau. Saya bergabung ke Qatar di tahun 2008. Penempatan kerjanya sama persis dengan Mas Budi Setiawan. Kami kerja di satu klinik yang sama. Semasa hidupnya, beliau banyak bercerita tentang masa-masa awal kerjanya di Qatar. Beliau harus berjuang sendiri tanpa dukungan kawan-kawan sebangsa. Tidak seperti sekarang ini yang sudah semakin banyak kawan-kawan sebangsa, tak hanya di profesi yang sama, profesi lainpun sudah sangat banyak.
Beliau banyak berpesan tentang pentingnya profesionalisme dalam bekerja. Dengan kemampuan kita bekerja dengan baik maka profesionalisme kerja kita sebagai perawat akan dihargai. Beliau juga sering mengingatkan saya untuk menguasai bahasa asing. Utamanya bahasa arab dan inggris. Jangan sampai sudah lama bekerja di Qatar namun berbahasa arab sehari-hari dengan pasien saja tidak bisa. Bagaimana kamu bisa kerja dengan baik jika komunikasi dengan pasien saja tidak bisa, demikian pesan beliau yang selalu saya ingat saya sekarang.

Bulan ini bertepatan dengan bulan Dzulhijjah 1438 H, tepat empat tahun meninggalnya Budi Setiawan. Kami para perawat Indonesia yang saat ini masih tinggal dan bekerja di Qatar tak kan pernah lupa dengan jasa dan semangat perjuangan beliau. Beliaulah peletak batu pertama kiprah Perawat Indonesia di Qatar.

Semoga amal baik beliau yang telah membuka peluang kerja perawat Indonesia di Qatar, menjadi amal jariyah buat beliau. Kami senantiasa mendoakan, semoga beliau diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, dan ditempatkan di tempat terbaik disisiNya. Aamiin.

Qatar, 13 September 2017