BAHASA INGGRIS, SIAPA TAKUT!
Bahasa adalah jendela dunia. Bisa menguasai berbagai macam Bahasa itu sesuatu yang mungkin. Memang tidak semua orang mempunyai kemampuan linguistic yang sama. Sejarah pernah mencatat orang-orang yang bisa menguasai bermacam Bahasa, yang disebut dengan Polyglot atau Multilingual Person. Sebut saja Presiden pertama republic ini yaitu Bapak Ir. Soekarno. Beliau mampu berbicara 10 bahasa, diantaranya Jawa, Sunda, Bali, Indonesia, Belanda, Jerman, Inggris, Perancis, Arab dan Jepang.
Sejarah juga pernah mencatat nama Gayatri Lawelisa. Seorang gadis muda belia asal ambon. Di usianya yang masih 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMA, Gayatri telah menguasai setidaknya 14 bahasa, antara lain Bahasa Ambon, Indonesia, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, dan India, Rusia dan bahasa Tagalog. Namun Alloh SWT berkehendak lain, Gayatri tutup usia akhir 2014 silam.
Di era global sekarang ini, kemampuan berbahasa inggris sebagai Bahasa internasional menjadi sangat perlu. Apalagi seiring dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Era keterbukaan antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau disebut dengan Pasar bebas ASEAN.
Untuk bisa menjadi seseorang yang mempunyai kemampuan layaknya Ir. Soekarno maupun Gayatri memang tak mudah. Tapi paling tidak mampu menguasai Bahasa inggris sebagai Bahasa internasional adalah sebuah keniscayaan. Yang terpenting adalah kemauan yang kuat dan terus belajar.
Saya masih teringat ketika awal masuk kerja di Qatar 8 tahun silam. Kemampuan Bahasa inggris saya begitu jeleknya. Walaupun yang sekarang juga belum bagus banget, tapi sudah lumayanlah. Keseharian saya bergaul dengan orang-orang dari berbagai negara, akhirnya ‘memaksa’ saya untuk menggunakan Bahasa inggris.
Rekan-rekan kerja saya berasal dari Filipina, India, Sudan, Qatar, Mesir, Maroko, Palestina, Canada, Syria, dan Nepal. Selain di tempat kerja, di lingkungan saya tinggal, terdapat orang-orang dari berbagai negara seperti Oman, Afrika Selatan, Ghana, Inggris, Australia, Amerika Serikat, dan puluhan negara lainnya.
Di Qatar, Bahasa inggris merupakan Bahasa sehari-hari yang banyak digunakan selain Bahasa arab. Bahasa inggris menjadi Bahasa komunikasi di tempat kerja, tempat belanja dan tempat-tempat publik lainnya. Dengan berkomunikasi menggunakan Bahasa inggris setiap hari, tak terasa kian hari kian bertambah kosa katanya.
Sewaktu masih di kampung dulu, ada tetangga saya yang berasal dari Jawa Barat. Dia membawa anaknya yang masih kecil sekitar umur 7 tahunan. Ketika itu, anak tersebut hanya bisa berbahasa sunda. Teman-teman sebayanya hanya mampu berbahasa jawa. Seiring berjalannya waktu, anak tersebut kini sudah lupa dengan bahasa sundanya. Kini, dia sangat mahir berbahasa jawa ngapak (Bahasa daerah di daerah Cilacap dan sekitarnya).
Penggunaan bahasa bisa dalam bentuk lisan maupun tulisan. Jika kita ingin mahir berbahasa, hal yang paling penting adalah menggunakannya. Teringat jaman sekolah SMP dulu, bolak balik belajar bahasa inggris. Hingga lulus sekolah, kemampuan berbahasa inggris seolah tak bertambah, khususnya kemampuan berbicaranya. Memang dari segi grammar dan tulis menulis bagus, namun untuk urusan conversation rasanya berat di lidah.
Penguasaan bahasa inggris pada diri seorang perawat yang bekerja di luar negeri sangat penting. Utamanya di negara-negara yang menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Bagi teman-teman perawat yang bekerja di Jepang dan Taiwan mungkin tidak menjadi keharusan bisa berbahasa inggris. Karena memang mereka menggunakan bahasa nasional setempat.
Di negara-negara kawasan Timur Tengah, bahasa inggris sangat umum dipakai. Bahkan ketika Saya sebagai seorang perantau ingin belajar bahasa arab, orang lokal malah belajar bahasa inggris. Efeknya kemampuan bahasa arab tidak tambah-tambah (ngeles aja nih).
Selain sebagai bahasa pengantar komunikasi dengan rekan kerja, tetangga di lingkungan sosial, fungsi bahasa inggris menjadi bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dengan pasien. Terkadang, ketika ada pasien warga negara Indonesia (Pekerja Rumah Tangga) yang berobat ke klinik diantar majikannya dan mereka tidak berbahasa inggris, maka Saya sebagai salah satu perawat Indonesia sering diminta untuk menjadi interpreter (penterjemah). Tentu bukan sembarang penterjemah, karena ada penggunaan istilah-istilah medis.
Pernah suatu ketika dalam sebuah penerbangan dari Qatar menuju Jakarta, di dalam pesawat ada seorang TKW yang sakit. Pramugari mengumumkan berita melalui pengeras suara. Pramugari meminta kerelaan WNI yang bisa menterjemahkan. Akhirnya Saya pun berdiri. Membantu proses penterjemahan. Kondisinya memang sudah sangat sakit. Badannya nampak lemah. Dua petugas kesehatan pun naik ke atas pesawat. Lagi-lagi kedua paramedic meminta bantuan saya untuk menterjemahkan bahasa si Mbak yang sedang sakit itu.
Jadi bagi junior nurses yang masih merasa tidak bisa berbahasa inggris, jangan takut tidak bisa selamanya. Anda adalah kuncinya. Jika anda memang berkeinginan merantau ke luar negeri, siapkan diri kalian. Perdalam bahasa inggris. Praktikkan. Maka anda pun akan mahir dibuatnya. Carilah partner sebagai lawan bicara. Tak harus bertatap muka, media sosial bisa juga dijadikan sarana untuk latihan berbicara bahasa inggris. Sebagai contoh, gunakan audio call dengan dosen, teman dunia maya atau senior-senior perawat yang sedang bekerja di luar negeri. Jangan seperti katak dalam tempurung, kuasai bahasa inggris maka kau akan genggam dunia.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Memang Alloh SWT sudah menuliskan takdir pada setiap diri manusia, namun manusia juga punya peran mengubah hidupnya ke arah takdir hidup yang lebih baik.
Berongkang-ongkang kaki tanpa berusaha bukanlah bentuk kepasrahan diri kepadaNya. Berusaha sekuat tenaga, bertukar pikiran dengan orang lain, diiringi doa pada yang Maha Kuasa, Inshaa Alloh akan memuluskan terkabulnya sebuah doa umat manusia. Jika bahasa inggris masih menjadi momok bagi anda, mulai saat ini buang jauh-jauh perasaan itu. Jadilah diri yang penuh semangat untuk menggenggam dunia dengan kemampuan penguasaan bahasa inggris yang mumpuni.
Qatar, 26 Februari 2016
#SugengBralink