“Gampang
nambah ya nak….”. Mengingat kata-kata itu teringat masa kecil dulu. Ibu dan
Bapak selalu mengingatkan saya dan adik-adik ketika makan bersama. Ibu dan Bapak
senantiasa berpesan dalam bahasa banyumasannya “ Gampang tanduk maning Le, njukut
segane aja akeh-akeh, mengko ora entong, mengko malah mubah” [Gampang
nambah lagi nak, ngambil nasinya jangan banyak-banyak, nanti nggak habis, nanti
malah mubah].
Kebiasaan mengambil makanan sedikit demi
sedikit dan gampang nambah lagi ketika kurang, alhamdulillah masih berlanjut
hingga besar sampai sekarang ini.
Saya
teringat dengan sebuah film kartun yang berkisah tentang Nasi. Film anak-anak
yang ditayangkan di TVRI era 80an. Saya gak ingat apa judulnya, tapi dalam film
itu mengajarkan ke anak-anak tentang pentingnya menghargai makanan. Di film itu
dikisahkan ada seorang anak yang selalu menyisakan makanan sehingga nasi nya
terbuang percuma. Si anak akhirnya selalu dihantui mimpi tentang butir-butir
nasi yang selalu mengejar-ngejarnya dan menanyai anak tadi kenapa tidak
memakannya.
Kebiasaan mengambil makanan atau
minuman sedikit demi sedikit mungkin menjadi budaya bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Sebuah riwayat dari sahabat Rasulullah SAW menyebutkan “Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya
makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang”. Riwayat sahabat ini
mengajarkan hidup hemat dan sederhana. Kita juga diajarkan tentang perlunya makan di kala
perut sudah benar-benar lapar dan berhenti makan ketika sudah kenyang. Dan
janganlah kita makan sampai terlalu kenyang atau kekenyangan.
Pendidikan tentang menghargai makanan
sebenarnya mudah tapi belum tentu semua orang bisa mengamalkannya. Masih sering
terlihat di depan mata kita, dengan
serakahnya orang mengambil makanan. Sepertinya gak penting menyebutkan darimana
orang-orang ini, tapi yang menjadi konsen bagi saya adalah masih banyak saudara-saudara
kita mengambil makanan tanpa mengukur kapasitas perutnya. Ngambil ini dan itu,
ini dan itu, sampai-sampai makanan dan minumannya menumpuk dan memenuhi isi
meja makan. Kalau memang habis sih nggak apa-apa. Tapi apa yang sering terjadi
adalah makanan-makanan yang telah diambil tadi, akhirnya tersisa dan terbuang.
Allah
SWT berfirman dalam QS Al Maidah: 88 yang artinya “Dan makanlah makanan yang halal
lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. Seharusnya
setiap kita termasuk saya sendiri selalu ingat bahwa makanan yang tersaji
dihadapan kita adalah karunia dan rezeki yang Allah berikan buat mahlukNya.
Masih banyak saudara-saudara kita yang dilanda kelaparan. Masih banyak
saudara-saudara kita yang mau masak aja, bingung mau masak apa. Bagaimana
mungkin mereka mau menyia-nyiakan makanan, lha
wong mau makan aja bingung mau makan apa.
Marilah mulai dari diri sendiri dan
keluarga kita. Jadikan pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kedua orangtua
menjadi bekal untuk kita ajarkan kembali ke anak-anak, saudara atau teman-teman
kita. Sebagai insan beriman hendaknya kita mampu menghargai apa-apa yang
dicurahkan olehNya. Ambillah makanan atau minuman sedikit demi sedikit dan
gampang lah kita nambah lagi. Kalau bisa, janganlah tersisa sebutir nasi pun,
apalagi sampai separo piring. Apapun itu, makanan tetaplah makanan, minuman
tetap minuman, yang seharusnya dimakan dan diminum untuk melanjutkan kehidupan
agar bisa beribadah kepada Allah ‘Azza Wajala. Makanlah secukupnya saja.
Wallahua’lam
Bisshowab…
Ummbab, 13 Desember
2011
Sugeng Bralink