Hampir 8 tahun Saya
menjalani hidup sebagai pekerja migran. Teman-teman di Hongkong menyebutnya
Buruh Migran. Dalam bahasa nasional dikenal dengan istilah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Kemudian dalam bahasa Yunani kuno dikenal dengan istilah
Diaspora Indonesia, artinya orang-orang Indonesia yang tinggal di sebuah negara
di luar Indonesia.
Sejak diadakannya Kongres
Diaspora Indonesia pertama kali di Los Angeles tahun 2012 lalu, istilah
Diaspora Indonesia kian dikenal oleh para TKI. Bahkan Bapak Deddy Saiful
Hadi (Dubes RI LBBP Doha, Qatar periode Januari 2012-Januari 2016) sangat menyukai
istilah ini. Dalam berbagai kesempatan menghadiri acara dengan warga masyarakat
Indonesia di Qatar, beliau sering sekali menggunakan istilah Diaspora Indonesia
(beliau menyingkatnya dengan istilah DiasIndo).
Indonesia dikenal dengan
istilah Nusantaranya. Negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribuan
pulau. Data Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004 yang dikutip
Wikipedia menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 17.504 pulau. 7.870 di
antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Dari sekian
banyaknya pulau-pulau di Indonesia, yang berpenghuni hanya sekitar 6.000 pulau.
Indonesia memang kaya.
Kaya sumber daya alamnya, kaya suku bangsanya, kaya adat istiadatnya dan
bermacam kekayaan Indonesia lainnya. Negara muslim terbesar di dunia namun
tetap hidup damai dengan segala keberagamannya.
Sebagai seorang TKI,
senang rasanya ketika bisa berjumpa dengan saudara sebangsa di perantauan.
Bukan hanya ketemu dengan saudara satu daerah saja. Ketemu dengan saudara sebangsa
dari daerah atau propinsi lainpun sangat senang. Satu bangsa satu nusantara
walau berbeda suku dan bahasa, namun kami tetap satu Indonesia dengan bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Berbeda dengan pekerja dari India, walaupun satu
bangsa, seringkali kita temui mereka tidak menggunakan bahasa hindi sebagai
bahasa pemersatu. Sesama India, mereka malah menggunakan bahasa inggris sebagai
bahasa pengantar dalam berkomunikasi. Bukan salah orang Indianya, maklum lah
mereka lebih menonjolkan 'state' atau daerahnya masing-masing. Sehingga bahasa
hindi tidak menjadi kewajiban sebagai bahasa nasional di negara India.
Menurut data dari Qatar’s
Ministry of Development Planning and Statistics di laman BQ Magazine
per tanggal 30 November 2014 terdapat 2,269,672 (tidak termasuk
orang-orang yang memiliki Residence Permit dan berada di luar Qatar waktu itu).
Penduduk Qatar berjumlah 278.000 orang. Sementara untuk penduduk expatriat
terbanyak diduduki India dengan jumlah 545.000 orang, disusul Nepal dengan
jumlah 400.000 orang. Indonesia menempati urutan ke 11 dari 63 kebangsaan yang
berada di Qatar, dengan jumlah warga sekitar 39.000 orang.
Populasi Indonesia memang tak sebanyak dengan populasi expatriat dari India dan Nepal, namun keberadaan WNI di Qatar telah mewarnai keberagaman suku dan budaya di Qatar.
Nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Beragam suku, bahasa dan budaya. Beragam pula karakter manusianya. Untuk bisa mengarungi Indonesia yang sebegitu luasnya, perlu merogoh kocek yang tak sedikit dan waktu yang tak sebentar. Alhamdulillah, semenjak menjadi TKI di Qatar saya sudah menjumpai beraneka macam orang Indonesia dari pulau-pulau besar Indonesia. Saudara-saudara kami di Qatar, ada yang berasal dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok hingga Papua. Lengkap sudah rasa Indonesia.
Dukhan, 2 Februari 2016
#WinterSeason
#15degreescelcius
No comments:
Post a Comment