Thursday, July 27, 2017

#MerantauKeQatar: NGLEKEB IN SUMMER

#MerantauKeQatar | Tak terasa, 27 Juni lalu tepat 9 tahun saya berada di negeri Qatar. Saat itu saya sedang tidak tinggal di Qatar, melainkan di tanah air tercinta. Berkumpul bersama keluarga. Menikmati libur lebaran, mudik di kampung halaman.

Jam 03 pagi, alarm jam becker berbunyi kencang. Kriiiiiiiiiiiiing!!!..Seperti biasanya. Sebuah wujud ikhtiar manusia agar bisa bangun sebelum azan subuh tiba. Badan rasanya berat untuk segera bangun. Yah..inilah tantangan hawa nafsu manusia. Yang terkadang malas bangun pagi. Karena rasa kantuk yang masih menggelayut di mata, saya tertidur lagi. Tidur-tidur ayam.

10 menit menjelang azan, saya segera bangkit dari tempat tidur, menggosok gigi dan mengambil air wudhu. Bersiap menunaikan dua rakaat sebelum subuh. Berharap Ridho Alloh dan balasan yang lebih baik dari dunia dan seisinya.

Bangun tidur dari ruangan ber-AC bagi saya terkadang tak terasa fresh. Tapi nggak ada pilihan lain. Suhu udara di luar lagi super panas dan lembab (nglekeb, begitu kata orang Jawa). Jarak masjid hanya 500 Meteran dari 'Kos-kosan' yang Saya tempati. Sepeda second hand merk Giant yang saya beli 3 tahun lalu selalu setia menemani. Sepeda warna biru ini saya beli dari kawan berkebangsaan Filipina, Mr. Benedicto.

Kayuh demi kayuh. Sambil menikmati suasana pagi yang masih sunyi. Lampu-lampu jalan dan taman masih menyala terang. Menerangi kawasan perkampungan karyawan di Dukhan - Qatar. Suara burung mulai bersahutan menyambut pagi. Rumput-rumput taman nampak hijau berselimut air yang berwarna keputihan. Mobil-mobil yang terparkir rapi di tempat parkir tak luput dari efek hawa udara yang begitu lembab. Body-body nya berkeringat layaknya seorang anak manusia yang habis lelah mencangkul.

Dengan jarak hanya 500 Meter biasanya tak ada keringat yang muncul, tapi kali ini beda. Energi yang keluar memang tak seberapa. Tapi kelembaban udara yang tinggi menyebabkan metabolisme tubuh meningkat dan keringat pun gampang bercucuran. Inilah kelembaban udara di musim panas. Sebagai sebuah pertanda akan datangnya perubahan suhu udara. Semakin meningkat atau sebaliknya, menurun.

Setiba di Masjid, beberapa kendaraan dan sepeda onthel sudah terparkir di tempatnya. Sandal-sandal sebagian tertata rapi di rak-rak sandal dan sepatu. Sebagian lagi tergeletak begitu saja di depan pintu masuk masjid. Seperti pemandangan yang terkadang kita temui di masjid-masjid lainnya. Begitu masuk ke ruang utama masjid, hmmmm...ademnya. Ya, karena masjid-masjid di Qatar semuanya memiliki pendingin udara, baik yang split maupun sentral.

Hamparan karpet merah begitu indahnya. Warna merahnya tidak menyilaukan. Menyejukkan mata yang melihat. Laksana kemewahan menyambut Tamu Raja. Istimewa.

Garis-garis shaf yang tercetak dalam karpet masjid berisi ornamen segi delapan. Dalam situs isains.com dijelaskan secara rinci:
Dalam literatur Islam dikenal sebagai Rub el Hizb yang direpresentasikan dalam bentuk dua kotak tumpang tindih, dimana simbol ini juga ditemukan pada beberapa emblem dan bendera. Dalam bahasa Arab, Rub artinya 'yang keempat, kuartal', sementara Hizb artinya kelompok atau partai.
Pada awalnya simbol ini digunakan dalam Quran yang dibagi menjadi 60 Hizb atau 60 kelompok dengan panjang kira-kira sama. Simbol ini menentukan setiap seperempat Hizb, sementara Hizb merupakan satu setengah dari juz. Tujuan utama penggunaan simbol ini sebagai sistem pemisah untuk memfasilitasi pembacaan Al-Qur'an, tidak lebih. Selain itu, simbol ini juga digunakan sebagai penanda untuk akhir bab dalam kaligrafi Arab. 
Photo by +Sugeng Bralink 

Lampu-lampu masjid menyala begitu terang. Menyinari seisi masjid. Kitab-kitab suci AlQuran tertata begitu rapi di rak-rak buku. Memudahkan jamaah yang ingin mengisi waktunya dengan membaca kitab suci. Tepat di depan shaf pertama, terdapat AlQuran yang ditata diatas rak-rak baca (dudukan buku). Kotak-kotak tisu tertata berjejeran dengan rak-rak berisi AlQuran itu. Rapi dan indah.

Dibandingkan dengan besarnya masjid, jumlah jamaah subuh memang tak terlalu banyak. Maklum saja, masjid ini adalah masjid Jami' yang biasa dipakai Sholat Jum'at. Makanya jangan heran, ketika hari Jum'at penuh jamaah, namun di sholat 5 waktu jumlah jamaahnya berkurang.

Imam Sholat berasal dari Indonesia. Namanya Ustadz Masfur. Beliau adalah salah satu karyawan Awqaf (semacam Kementerian Agama di Indonesia). Beliau ini asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bertugas sebagai Muadzin yang memiliki hafalan AlQuran minimum 10 Juz. Kali ini berfungsi ganda, selain sebagai Muadzin, beliau juga mengimami Sholat Jamaah. Karena Imam nya sedang cuti ke India. Ini kadang terjadi. Bergantian dengan kawan sesama karyawan Awqaf.

Hikmah pagi ini adalah teruslah bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan olehNya. Berbahagialah orang-orang yang bisa bangun pagi, menunaikan dua rakaat sebelum subuh dan berjamaah di masjid. Betapa besar nikmat yang diterimanya. Nikmat yang melebihi dunia dan seisinya. Inshaa Alloh.

Ditulis di Qatar, 27 Juli 2017 05:18 AM


No comments:

Post a Comment