Wednesday, April 03, 2019

KOMUNITAS SEPEDA INDONESIA DI DUKHAN - QATAR

Sudah lebih dari 3 tahun komunitas sepeda di Dukhan tak aktif. Sepeda yang biasanya dipakai jarak jauh, kini paling dipakai dari Rumah ke Masjid. Padahal pada kurun waktu 2014-2016 menjadi tahun keemasan dan semangat-semangatnya WNI di Dukhan bersepeda. 

Waktu itu berawal dari saya dan Cak Kamim asal Kediri (tapi berdomisili di Tulungagung). Berawal dari dua orang, komunitas sepeda Indonesia di Dukhan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Jumlahnya sampai hampir 20 orang. Tak hanya di pagi hari, waktu itu sampai ada kegiatan gowes malam hari. Saking semangatnya.
Zekreet Beach | Foto by Irfan A
Trek (jalur) yang kita lewati biasanya berganti-ganti. Dari trek pendek, sedang hingga trek nan panjang dan jauh. Dari gowes di musim panas hingga dingin, dari hembusan angin nan sepoi-sepoi hingga angin nan super kencang. Dari trek jalan aspal hingga trek blusukan ke tengah padang gurun. 

Trek pendek yang kita lewati biasanya mengelilingi komplek Dukhan Township. Jaraknya berkisar 12 KM saja. Trek sedang, biasanya kita melewati jalur aspal tepat diluar dinding Dukhan Township. Jaraknya berkisar 20 KM saja.

Kemudian trek jauhnya, kita pernah gowes dari Dukhan - Ummbab PP (52 KM), dari Dukhan - Zughayn PP (53 KM), kemudian pernah juga Dukhan - Zekreet Film City PP (62 KM). 

Sunday, January 13, 2019

Apakah Ruhudda'wah Di Negeri Kita Sudah Menurun?


Gus Mus: Apa Pak Quraish setuju bahwa saat ini ruhudda'wah itu sudah menurun?

Prof. Quraish Shibab: "Ya saya kira dakwah belum terlaksana sesuai apa yang semestinya. Banyak kekurangan.

Yang pertama (yang ingin saya garis bawahi). Seringkali Da'i itu turun ke tingkat sasarannya. Sasaran senang. Ketawa. Sasaran senang ini Da'i turun kesana. Menjadilah ia penghibur.

Padahal mestinya Da'i itu meningkatkan sasarannya ke tingkat yang lebih tinggi. Sukses dakwah itu tidak diukur dari gelak tawa orang. Tidak juga oleh ratap tangisnya. Tapi diukur apakah bertambah pengetahuannya.

Kalau bukan pengetahuannya, apakah bertambah kesadarannya, untuk menjadi muslim yang baik, menjadi bangsa yang baik, warga negara yang baik. Itu dakwah.

Jadi mungkin ada kekurangan kita dalam berdakwah ini.

Bahkan bisa jadi ada dakwah yang justru bertentangan, ada dakwah, ada pendakwah yang tidak mempersiapkan diri untuk menyampaikan sesuatu sehingga dia salah.

Ada Da'i yang tidak malu saya tidak tahu.

Ada dakwah yang sedemikian keras, padahal agama berkata bersikap lemah lembutlah. Ya kan? Nah ini yang bisa kita temukan, paling tidak dari sebagian Muballight kita, Da'i kita.

Catatan Hari ini dari penggalan singkat Wawancara Gus Mus dengan Prof. Quraish Shihab yang tayang di Youtube GusMus Channel 14-01-2018. Semoga bermanfaat.



Tuesday, September 25, 2018

#NgajiBarengGusmus: MUQODDIMAH HADITS ARBAIN NAWAWI

Sebuah kebanggaan bagi para penimba ilmu (Santri) di Pondok Pesantren. Mereka bisa menimba ilmu langsung dengan para Kyai. Mereka bisa belajar banyak tentang ilmu islam langsung dari sumbernya. Ilmu yang bersanad ke para ulama-ulama terdahulu, hingga ke junjungan kita Nabi Agung Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam.

Tidak adanya kesempatan untuk mengaji di pondok pesantren bukanlah hal yang perlu disesali, khususnya bagi saya sendiri yang kini sudah semakin berumur. Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus), Beliau adalah pengasuh pesantren Raudhotul Tholibin Rembang. Saya ngefans banget dengan beliau. Walau sudah berusia 60 tahunan, namun beliau masih aktif di sosial media, twitter dan instagram. Saya pun aktif mengikuti update-update beliau di kedua sosmed tersebut.

Nah, melalui GusMus Channel di Youtube, saya dan ribuan youtube viewers lainnya berkesempatan mengaji dengan beliau. Melalui artikel ini saya akan menuliskan pengajian beliau tentang Hadits Arbain Nawawi. Pengajian tersebut diunggah ke GusMus Channel sejak tanggal 8 Februari 2018 lalu. Hingga hari ini 25 September 2018 telah memasuki hadits yang ke-27.




Mari bersama-sama kita niatkan menimba ilmu 40 hadits Rasululullah dari seorang ulama besar dari bumi Syam, Imam Nawawi Rahimahullah. Dalam pengajian ini, Gus Mus duduk di lantai, sejajar dengan para santrinya. Para santri, muda tua duduk bersila, mengelilingi beliau. Berkhidmat mendengarkan setiap tausiyah yang disampaikan.