Monday, June 09, 2014

Kenapa Nokia XL-ku Tak Bisa Buat WhatsApp-an?

Photo: nokia.com


Bulan Mei 2014, Nokia baru merilis smartphone baru dengan harga terjangkau. Nokia yang tadinya menggunakan OS Symbian dan Windows, kini Nokia mulai merambah ke OS Android.

Namun demikian android yang dipakai Nokia tak sepenuhnya mendukung semua aplikasi yang dirilis oleh android. Sebagai contoh terjadi pada aplikasi WhatsApp. Aplikasi dengan ikon berwarna hijau ini merupakan aplikasi chat messenger yang lagi populer saat ini.

WhatsApp berikon hijau ini tak bisa kita dapatkan di Nokia Store. Maka alternatifnya kita bisa download langsung via whatsapp.com/android atau melalui whatsapp apk file yang bisa kita dapatkan di media penyedia file download.

Tapi ternyata, aplikasi WhatsApp berlogo warna hijau tak mampu bertahan lama. Tak lebih dari dua minggu, aplikasi WhatsApp tak lagi bisa digunakan. Tanggal 8 Juni lalu aplikasi WhatsApp di smartphone saya tak lagi berfungsi.

Setelah berselancar di dunia maya dengan bantuan Uncle Google, akhirnya ketemu juga solusinya. Kata kunci yang saya pakai untuk mencari pemecahan masalah ini adalah "Why WhatsApp not support at Nokia XL?". Dari sekian  link yang ditawarkan, kursor mengarah pada satu link yang menurut saya tepat.

Pada link nomer dua, terdapat judul artikel "Making WhatsApp to work on Nokia X, X+ and XL" dari sebuah website techmesto.com. Dari situ dijelaskan tentang tak berfungsinya WhatsApp default yang berlogo warna hijau pada perangkat handphone pintar Nokia X, X+ dan XL atau biasa disebut dengan Nokia X Family.

Jika kita sebagai pengguna Nokia X family sudah terlanjur mendownload dan memakai WhatsApp warna hijau dan saat ini tak lagi berfungsi, jangan khawatir! Semua masalah ada solusinya.

OS Android yang dipakai Nokia X family ternyata support dengan WhatsApp berlogo warna biru. Aplikasi ini dinamai WhatsApp Plus. Lagi-lagi, aplikasi ini belum tersedia di Nokia Store atau 1Market Store sebagai gudangnya aplikasi yang dipakai Nokia X family. Untuk mendapatkan aplikasi WhatsApp Plus, cukup mudah. Klik saja www.whatsapp-plus.net/download.php.

Selanjutnya klik pada ikon DOWNLOAD NOW  berwarna biru (Latest version 5.75D). selanjutnya file apk ini akan tersimpan di folder download. Setelah terdownload sempurna, tinggal buka file aplikasi WhatsApp Plus dan ikuti proses instalasinya sampai selesai.

Selamat menikmati WhatsApp Plus dengan didukung android technologi pada perangkat Nokia X Family.

Semua permasalahan selalu ada solusinya!

Dukhan, 9 Juni 2014
Sugeng Bralink
riyadi.sugeng@gmail.com

Sunday, June 08, 2014

Menggenjot Pedal, Menyibak Kabut dan Menyusur Pagi

Pagi buta, jarum jam menunjukkan pukul 03:15, alarm berbunyi kencang. Rasanya mata masih terasa berat untuk dibuka. Suara azan sudah berkumandang dari si handphone pintar.

Segera saya matikan alarm, beranjak dari peraduan dan menuju kamar mandi. 

Gosok gigi, berwudhu dan bergegas ke masjid untuk jama'ah subuh. Tapi belum lagi usai raka'at kedua, perut ini bergejolak, ada panggilan alam yang tak bisa ditunda lagi. Segera saja saya mundur dari shaf sholat, meluncur ke kost~kost an dan melepas apa yang mengganjal. Hehhe.

Akhirnya, jadilah sholat subuh sendirian di rumah. Walau nggak dapat pahala 27 derajat dari sholat jama'ah, tapi saya masih bersyukur bisa sholat di awal waktu. Dan semoga Allah sudah mencatat langkah saya menuju masjid, walau nggak sampai salam.

Sesuai rencana semalam, pagi ini saya akan menuju Zekreet. Sebuah kawasan perumahan karyawan kontraktor yang berjarak sekitar 10 KM dari Kota Dukhan, kota dimana saya tinggal sekarang. 

Selepas subuh, satu per satu kelengkapan gowes saya cek.

Helm, kartu identitas diri, uang, kaca mata, sepatu ket yang sudah mulai usang, dan biker jersey tentunya.

Selanjutnya pengecekan tekanan ban depan dan belakang. Tekanan ban harus benar~benar bagus agar ringan kayuhannya. Pompa ban portable nggak lupa selalu dibawa untuk berjaga jika tiba~tiba ban kempes di tengah perjalanan. 


Air minum dalam botol. Ya air minum sangat penting untuk mengobati rasa dahaga dan menghilangkan lelah. Jangan sampai dehidrasi dan pingsan gara~gara kehausan! 

Satu botol isi 500 mili liter cukuplah untuk menemani perjalanan gowes sekitar 25 KM pagi ini.

Aplikasi CycleDroid segera saya aktifkan. Aplikasi ini berfungsi untuk mengukur jarak tempuh, kecepatan, waktu, dan berbagai macam detail informasi lainnya seputar kayuhan sepeda. Termasuk juga berapa oksigen yang dikonsumsi, berapa gram lemak yang dibakar, berapa kalori yang dipakai dan map wilayah yang kita lalui. 

Menembus pagi yang masih temaram, kayuh demi kayuh, sampailah saya di Dukhan Highway atau jalan bebas hambatan Dukhan.

Lampu jalanan yang berjajar rapi masih menyal menerangi awal pagi yang masih lumayan gelap. Sesekali saya hentikan sepeda untuk mengambil gambar, sekedar untuk mengabadikan momen. 

Melewati jarak sekitar 5 KM, atau tepatnya di pertengahan antara Kota Dukhan dan Zekreet, nampak kabut tebal mulai turun. Hawa udara menjadi sangat sejuk. 

Gowes..gowes..gowes...sampai juga di tugu selamat datang kota Dukhan. Ada monumen logo perusahaan dan tulisan Welcome to Dukhan City. Selfi..selfie sebentar biar momen tak terlewat untuk direkam. 

Sesekali kendaraan roda empat lewat dengan kecepatan lambat. Maklum lah jarak pandang hanya 10~20 meter saja. Mobil patroli polisi pun sesekali melintas, untuk memastikan semua aman~aman saja di jalan raya. Truck~truck sampah juga berjalan pelan menembus kabut yang belum turun sepenuhnya. 

Beberapa puluh meter menuju Zekreet Brigde, nampak di seberang jalan beberapa truck sedang berhenti di pinggir jalan. Karena apa? Karena saat ini kabut pagi sudah benar~benar turun. Dan jarak pandang kian memendek. 

Nggak sampai satu jam, sampailah saya diatas jembatan Zekreet. Sebuah jembatan yang menghubungkan Zekreet Industrial area dengan kawasan Zekreet Village, Zekreet Arabic School dan Cuban Hospital. 

Kenapa Cuban Hospital? Cuban Hospital adalah sebuah rumah sakit yang semua tenaga kesehatannya didatangkan dari negara Cuba. Baik tenaga medis maupun paramedis. 

Sepeda warna biru yang saya beli sekitar tiga bulan lalu ini terus melaju menyusuri jalanan aspal menuju kembali ke Kota Dukhan. Lagi~lagi sesekali saya lewati sekumpulan kabut yang menutupi jalan dan padang pasir. 

Badan kian berkeringat. Tak luput juga sepedaku yang mulai ditutupi embun pagi. Bulu rambut di tangan pun ikut berembun. Sejuk sekali udara pagi ini. Di jalanan biasa ini, tak satupun kendaraan atau manusia yang saya temui. Jadi sendirian dan sepi. 

Setelah menempuh jarak 26 KM, akhirnnya sampailah kembali ke titik awal acara gowes pagi ini. Rehat sebentar untuk melepas keringat, akhirnya selesai gowes pagi ini. Menyibak kabut dan menyusur pagi di kota Dukhan. Kota yang punya makna kabut atau asap. 

Dukhan, 8 Juni 2014

Wednesday, June 04, 2014

Catatan Kecil, Meneladani Pak Umay

June 4, 2014 at 7:44am

Semalam kami mengaji bersama. Kami kedatangan tamu dari Indonesia. Dipertemukan dengan seorang ulama yang menurut saya luar biasa. Ilmunya berisi tapi beliaunya sangat bersahaja.

Pak Umay, begitu orang menyebutnya dan begitu pula beliau ingin dipanggil atau disebut. Beliau nggak senang jika dipanggil pak ustadz apalagi kyai. Panggil saya Pak Umay saja, ungkap beliau semalam.

Sejak dalam kandungan ibunya yang masih berumur empat bulan, calon bayi Pak Umay ditinggalkan sang Ayah yang meninggal dunia.
Menjadi yatim sejak kecil bukanlah kemauannya. Yatim merupakan pilihan Allah yang akhirnya menjadikan Umay kecil menjalani hidup susah karena kemiskinan. Akan tetapi, kemiskinan tidak menyurutkan niatnya untuk terus belajar dan belajar.

Sepeninggal ayahnya, Ibunda Pak Umay harus merawat anak-anaknya yang masih kecil. Hidup sendirian dengan anak-anak tanpa adanya suami, menjadikan keseharian Ibunda Pak Umay dipenuhi dengan ibadah. Sholat tahajud menjadi amalan rutin disamping sholat lima waktu. Bahkan menurut kisah Pak Umay semalam, ibundanya menghiasi hari-harinya dengan tilawah Alqur-an.

Dalam waktu enam hari, terkadang sudah khatam 30 juz. Sungguh seorang Ibu yang luar biasa. Ditengah lemahnya ekonomi, beliau mengandalkan kekuatan do-a untuk mengasuh dan menjalani kehidupan bersama buah hatinya.

Kisah perjuangan untuk bersekolah Pak Umay bisa kita temui di blog-blog. Bahkan kisah hidupnya pernah ditulis menjadi skripsi mahasiswa sarjana strata satu UIN Jakarta, Khoerudin*. Skripsinya berjudul Peranan KH. Umay Dja'far Shiddiq, MA dalam mengembangkan islam di Jampang Kulon, Sukabumi, yang dirilis pada tahun 2010 lalu.

Hitung-hitungan ekonomi, sangat sulit bagi Umay kecil bisa mendapatkan sekolah yang bagus layaknya keluarga lain. Akan tetapi ada sebuah kisah yang tak bisa dilupakannya, yang akhirnya menjadi penyemangat hidupnya untuk terus menuntut ilmu. Berikut cuplikan tulisan dari skripsi Pak Khoerudin,

Sudah dua bulan tahun pelajaran 1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di Masjid Bojongwaru, pagi itu ia merasakan hatinya perih tak terperi. Pikirannya melayang jauh, mem­ba­yangkan suasana ketika tak lama lagi anak-anak seusianya beramai-ramai ber­gerombol berjalan kaki menuju sekolah SD Bojong Genteng, yang jaraknya se­kitar dua kilometer dari rumahnya, se­mentara ia hanya bisa memandangi sua­sana itu. Umay kecil sampai mengurut dada, ia merasa sedih, keyatiman dan ke­miskinan serasa telah membedakannya dari yang lainnya. Ibunya tak sanggup memasukkannya ke sekolah.

Entah kenapa, sore harinya sang ibu berpesan, “Nanti malam tidak usah tidur di masjid. Di rumah saja.”
Tanpa berpikir kenapa, ia menjawab, “Ya.”.

Kira-kira pukul tiga dini hari ia di­bangunkan ibunya dan diajaknya ke tikar shalat. Rupanya sang ibu baru saja sele­sai shalat malam. Ternyata ibunya itu juga sedang menangis karena derita hati anak­nya yang ingin sekolah.

Kedua lutut ibunya dipertemukan de­ngan dua lututnya, kemudian sang ibu ber­ujar lirih, “Nak, semua manusia lahir de­ngan rasa ingin mulia. Ada manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita mis­kin. Orang mulia karena turunan ra­den, sedangkan kita rakyat jelata. Orang mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena ke­pintarannya…maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…”

Sesaat setelah mengatakan itu, ibu­nya mencium kening si anak, lalu di­pe­luknya di sela-sela isak tangisnya. Ibunya mengakhiri pembicaraannya de­ngan, “Maafin Emak, nggak bisa nyekolahin.”

Umay kecil tak begitu paham apa yang dikatakan ibunya. Dengan terkan­tuk-kantuk ia kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai  subuh  tiba.
Selepas Umay shalat Subuh, teringat olehnya sebagian dari ungkapan ibunya tadi malam, “Carilah ilmu, untuk kemulia­anmu…”
Banyak sekali orang yang turut membantu Pak Umay dari SD hingga jenjang pendidikan S3 nya. Nama-nama orangnya pun tak kan pernah lekang oleh waktu. Semalam beliau menyebutnya satu per satu dengan lancar, bahkan hingga berkaca-kaca.

Seorang anak yatim dari pinggiran hutan di Sukabumi ini, akhirnya pulang kembali ke Sukabumi untuk turut membangun desanya, mendidik anak-anak di kampungnya. Kebanyakan anak-anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu.

Sebuah Yayasan didirikannya, Darul 'Amal. Yayasan ini mempunyai sekolah dan asrama yang sekaligus pesantren. Muridnya dari mulai TK hingga level SMA. Jumlahnya sudah ribuan. Subhanallah!

Pak Umay adalah juga seorang penghafal alqur'an. Nikmat sekali rasanya bisa mengaji bersama beliau. Penjelasannya tentang ayat-ayat alqur'an yang direfleksikan dalam kehidupan manusia sungguh mudah dicerna. Nama surat dan ayat-ayat dalam alqur'an dipahaminya dengan baik.

Semoga ada saatnya bisa mengaji lagi sama beliau.

Dukhan, 4 Juni 2014
Sugeng Riyadi Bralink

* Khoerudin, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1431H/2010M.