Showing posts with label merantau ke qatar. Show all posts
Showing posts with label merantau ke qatar. Show all posts

Saturday, November 25, 2017

Drive to Arrive

Drive to Arrive, itulah pelajaran yang saya ambil dari 2 hari kursus penyegaran (refresher course) tentang Emergency Response Driving tahun ini. Kursus ini saya ikuti pada tanggal 21 hingga 22 November 2017. Saya mendapatkan kesempatan mengikuti kursus ini lagi, sebelumnya pernah saya ikuti dua tahun lalu.

Total peserta dalam satu grup ada 4 orang. Saya sendiri dari Indonesia, Bricco dan Mike dari Filipina, dan Sanjay dari India. Kami berempat berasal dari 3 wilayah kerja berbeda, Dukhan, Messaeed dan Raslaffan.

Trainernya Mr. Paul. Beliau ini merupakan veteran Tentara Inggris. Beliau telah mengabdi di ketentaraan tak kurang dari 25 tahun. Kini bekerja di bawah bendera ERDT UK. Pengalaman kerjanya di militer menjadikan Trainer ini sangat disiplin. Beliau selalu datang tepat waktu, bahkan 15 menit sebelum kelas dimulai sudah sampai di lokasi.

Di hari pertama, kami mendapatkan penyegaran pengetahuan tentang Defensive driving dan Emergency Response Driving. Mengulang kembali prinsip-prinsip dasar dalam mengendarai mobil, baik mobil secara umum maupun mobil ambulance.

Topik-topik yang dipelajari diantaranya tentang pentingnya melalukan POWDER check setiap akan menggunakan kendaraan. P (Petrols/Fuels), O (Oils), W (Water), D (Damage), E (Electrics) dan R (Rubbers). Kemudian tentang pentingnya mengenali 6 saat penting mengecek kaca spion (mirrors).

Topik-topik lainnya tentang Response Triangle (Change tones, change position & change speed), Posisi kendaraan saat akan overtake (straddle position & opposing cariageway), Forward planning (Take, Use & Give information), Cara mengambil informasi (Look, Listen, Smell & Feel), Cara melihat situasi jalan ketika berkendara (Far, Middle, Near, Peripheries, Mirrors), Cara melakukan pengereman yang smooth, Posisi kendaraan berhenti di jalan raya, serta tentang Electronic Stability Program dalam beberapa teknologi kendaraan.

Kemudian tentang 2 seconds car position. Kita harus senantiasa menjaga jarak dengan kendaraan lain dengan kalkulasi 2 detik. Semakin tinggi kecepatan maka jaraknya akan semakin jauh. Intinya kita harus bisa mengendalikan atau mengerem kendaraan yang kita setir dalam waktu 2 detik dalam posisi yang aman. Ketika sedang turun hujan, jaraknya menjadi hitungan 4 detik. Kenapa demikian? karena ketika turun hujan jalanan menjadi licin dan akan meningkatkan resiko selip ketika mengerem kendaraan.

Yang menarik dari kursus penyegaran ini adalah Trainernya. Selama kursus beliau menjelaskan setiap hal dengan sangat jelas. Di akhir materi selalu memberikan waktu untuk kita bertanya. Kemudian ketika praktik di jalan raya dengan kendaraan Toyota Prado, masing-masing siswa mendapatkan kesempatan menyetir didampingi oleh beliau.

Di akhir setiap siswa menyetir, semua siswa diberikan kesempatan untuk menilai bagaimana rekannya selama menyetir tadi. Kami diminta positive feedbacknya. Kemudian baru beliau yang memberikan positive feedback dan lesson learn nya. Setelah itu baru kami diminta lagi tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dari rekan kita yang menyetir tadi. Nah di akhir sesi, baru Mr. Paul memberikan konklusi keseluruhan tentang performa siswa.

Di hari pertama, terdapat 3 sesi teori dari jam 07:30 sampai jam 10:00. Kemudian dilanjutkan dengan praktik menyetir di jalan raya ibukota Doha hingga jam 14:30. Di hari kedua, jam 07:30 kami menuju Raslaffan City menggunakan Prado. Sampai di kawasan industri Raslaffan sekitar jam 09:30. Kami segera diminta menyiapkan ambulance yang akan dipakai ujian Emergency Response Driving.

Ujian praktiknya dibagi menjadi 2 grup. Satu trip terdiri dari 2 siswa. Satu menyetir, satunya duduk di belakang. Kami diajarkan kembali tentang cara menyetir yang aman ketika sedang merespon panggilan emergency. Kami diajarkan tentang penggunaan sirine yang tepat, saat di jalan yang panjang (wail tone), saat di perempatan (yelp tone) dan melintasi penyeberangan atau gedung-gedung (piercer tone).

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Setelah lunch dan prayer break, kami balik ke Doha untuk post test. 10 soal dapat kami selesaikan dengan mudah. Bahkan 100% grade. Kami diajak berdiskusi oleh Mr. Paul tentang keseluruhan proses training selama dua hari. Kami diminta feedbacknya. All are welcome. Its great course ever! Thanks Mr. Paul untuk sharing knowledgenya. I hope could join you in next course.

Doha, 24 November 2017

Friday, September 01, 2017

#MerantauKeQatar: HIKMAH IDUL ADHA 1438 H

HIKMAH IDUL ADHA 1438 H

Hari ini Jum'at wage, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriyah. Pemerintah Qatar memberikan libur lebaran haji tahun ini sejak 31 Agustus, dan akan berakhir 9 September nanti.

Masyarakat Indonesia di Dukhan, mengadakan silaturahmi warga selepas Sholat Idul Adha. Sebelum acara santap makanan khas Indonesia, diisi dengan santapan rohani yang disampaikan Ustad Fuady.

Beliau mengingatkan kita sekalian bahwa setiap yang berjiwa akan mati. Berbicara tentang kematian, masing-masing dari kita tidak ada yang tau kapan datangnya. Semua itu adalah Rahasia Allah. Hanya Allah lah yang tau, kapan hidup kita akan berakhir.

Berakhirnya hidup manusia ada dua kondisi, bisa su-ul khotimah, bisa juga khusnul khotimah. Agar bisa berakhir dengan khusnul khotimah, maka kita perlu tau, sebab-sebab apa saja yang membuat manusia mati su-ul khotimah dan khusnul khotimah. Simak uraian Ustad Fuady berikut ini:

Sebab-sebab manusia meninggal dalam keadaan sukhul khotimah diantaranya:

1. Menggampangkan dalam perkara sholat,
contohnya malas menunaikan sholat. Sholat itu sebagai qurrota'aini (pelipur hati). Jadikan sholat sebagai sebuah kebutuhan kita untuk dekat dengan Allah.

2. Meminum khomr. Bagi yg sdh pernah, maka menyesal. Hal ini sebagai salah satu syarat bertaubat yang sesungguhnya.

3. Menyakiti orang lain.  Ahlul hukama menyampaikan bahwa barangsiapa yg banyak kebencian kpd orang lain, maka dia akan semakin dekat dg kehancuran.

4. Durhaka kpd orang tua. Tdk sekadar memutus hubungan dengan keduanya tapi juga menyakiti hati orangtua.

Kemudian sebab-sebab khusnul khotimah, menurut Imam Syaikh Dzunnun Al Misri:

1. Mencintai dan memulyakan orang-orang soleh.
Hadits nabi: barangsiapa yg memuliakan orang alim, maka dia memuliakan aku (rasul), barangsiapa memuliakan rasul maka memuliakan allah, barangsiapa memuliakan allah maka tempat kembalinya adalah surga.

2. Rajin membaca alquran. Salah satu guna diciptakan lisan kita adalah untuk melafalkan alquran. Maka sempatkan untuk senantiasa membaca Alquran.

3. Sering bangun malam untuk qiyamul lail (tahajjud). Bangunlah walau waktunya menjelang sholat subuh. Yang terpenting belum masuk waktu subuh.

4. Sering duduk dengan para ulama (hadir di majlis ilmu). Walaupun dia tidak paham. Walaupun dia ngantuk. Walaupun dia asyik bermain game sendiri, ataupun dia tidak niat hadir di majlis ilmu sekalipun. Mereka semua mendapatkan kemuliaan majlis ilmu tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab R.A. pernah menyampaikan bahwa tidak ada majlis yang Allah muliakan kecuali majlis-majlis ilmu.

5. Hati yang lembut. Kiat-kiatnya menurut Imam Ahmad dlm kitab Musnadnya, memegang rambut anak yatim dan bersedekah untuknya. Kemudian dengan sering bertafakur kepada Allah.

Ditulis di Qatar, 10 Dzulhijjah 1438 H.
@sugengbralink

Sunday, August 20, 2017

#MerantauKeQatar: BUJANGAN DI NEGERI ORANG

Jum'at pagi lalu, saya bersama rekan-rekan sesama bujangan beranjangsana ke rumah teman di Doha. Kami berkunjung ke rumah Pak Bangun. Beliau ini dulunya adalah Pak RT nya Dukhan. Kampung dimana kami tinggal sekarang. 

Eiitss...Bujangan? Memang belum punya istri dan anak? Nggak juga sih!

Saya dan rekan-rekan memang bujangan, tapi bukan bujangan yang sesungguhnya. Sejak 2008 lalu, Saya memutuskan untuk membujang di negeri orang. Namun kenyataannya saya sudah beristri dan mempunyai anak. Begitu juga dengan rekan-rekan saya. Mereka memilih untuk berpisah hidup dengan keluarga untuk beberapa bulan.
Photo by Cak Anton

Bujangan lokal, begitu kami biasa disebut. Dalam istilah bahasa inggrisnya, Bachelor Married. Kami mempunyai jatah cuti ke tanah air sebanyak dua kali dalam setahun. Bahkan ada diantara kami yang bisa pulang lebih dari dua kali, ada yang tiga kali, bahkan empat kali. Perusahaan hanya menanggung dua kali tiket pulang pergi. Sementara sisanya, ya ditanggung sendiri. 

Membujang di negeri orang, merupakan sebuah pilihan. Pilihan untuk menjalani LDR (Long Distance Relationships). Hubungan jarak jauh. Hari-hari yang kami lalui sebagai bujangan lokal sungguh tak mudah. Sebagai seorang laki-laki, saya adalah suami dari seorang istri, dan ayah bagi anak-anak. Seorang ayah mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Yang di pundaknya ada nafkah untuk keluarga, membimbing istri, mendidik anak-anak, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga yang lain. 

LDR bagi sebagian pasangan menjadi sesuatu yang sangat berat dan tidak mungkin dijalani. Berjauhan jarak bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika kondisinya baik-baik saja, it's OK. Namun menjadi istimewa ketika muncul kondisi-kondisi khusus, seperti anak sakit, istri tidak enak badan, orangtua masuk rumah sakit, kompor rusak, lampu mati, motor mogok, genteng bocor, undangan walimah, mengambil raport anak, takziyah saudara atau tetangga yang meninggal, dan bermacam dinamika kehidupan yang seharusnya bisa diringankan dengan hadirnya suami di rumah.

Video call menjadi komunikasi favorit bagi para bachelor married di luar negeri. Setiap pulang kerja menjadi momen yang pas untuk berkomunikasi dengan istri dan anak-anak. Saling mencurahkan isi hati. Mengkisahkan bermacam kegiatan yang sudah dijalani seharian. Entah itu yang menyenangkan, membuat tertawa atau yang membuat dahi harus berkerut. 

Rasanya lega ketika bisa mendengarkan istri dan anak-anak berkisah. Yang menjadikan hati lebih bersabar adalah ketika waktunya menelpon tiba, yang di tanah air sedang sibuk dengan kegiatan lain atau bahkan sudah lelap tertidur karena lelah seharian. Tak hanya itu, mereka yang di tanah air terkadang menjadi kecewa ketika mereka menelpon sementara yang di Qatar masih jam tidur atau masih sibuk menjalani kesibukan di tempat kerja. 

Hadirnya era digital menjadikan yang jauh jadi sangat dekat. Boleh dikatakan, setiap detik kita bisa mengupdate apa yang terjadi pada diri kita. Coba bayangkan ketika belum ada era digital. Yang ada hanya surat menyurat. Kabarnya ditulis sekarang, baru sampai satu bulan kemudian. Bahkan mungkin bisa lebih dari itu. 

Tak semua bachelor married mempunyai nasib seperti saya dan rekan-rekan saya. Banyak diantara mereka yang harus rela pulang setahun sekali. Ada juga yang sekali tiap dua tahun. Mereka-mereka ini adalah yang bekerja di perusahaan sub kontraktor, dengan posisi kerja junior staff ke bawah. Misalnya mereka yang bekerja di sektor konstruksi jalan, konstruksi bangunan, cleaning services, gardening, perhotelan, supermarket, dan lainnya. Mereka harus rela menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan kesempatan pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga. Disisi lain, mereka harus rela tidak dibayar selama menjalani masa cuti (Leave without pay). Tapi ya tidak semua perusahaan sub kontraktor seperti itu, untuk posisi senior staff, supervisor level, tentu mendapatkan jatah cuti yang berbeda. 

Saya dan rekan-rekan saya saat ini bekerja di perusahaan migas, Alhamdulillah mendapatkan kesempatan cuti selama 24 hari kerja setiap tahunnya. Setiap kelipatan 5 hari kerja akan mendapatkan tambahan 2 hari libur. Belum lagi ada tambahan cuti idul fitri selama 5 hari, idul adha 5 hari, national sport day 1 hari dan national day 1 hari. Maka jika ditotal menjadi 45-50 hari.

Walaupun harus menjalani masa-masa membujang di negeri orang, tapi saya tidak merasa sendiri. Banyak rekan-rekan senasib. Tak hanya rekan sebangsa, namun rekan-rekan dari bangsa lain juga banyak yang memilih membujang. 

Saya tinggal di sebuah gedung mirip apartemen. Satu gedung terdiri dari tiga lantai. Lantai satu berisi 6 unit, lantai 2 dan 3 berisi masing-masing 7 unit. Maka dalam satu apartemen, jika diisi penuh akan mampu menampung 20 orang. Masing-masing unit berisi, 1 kamar tidur, 1 kamar tamu,1 kamar mandi dan 1 dapur. Masing-masing kamar terdapat AC Split. Air dan listrik tak perlu membayar tagihan. Semua ditanggung perusahaan. Terima kasih yaa Allah atas nikmat yang kami terima ini. Semoga Engkau jadikan kami hamba-hamba yang senantiasa bersyukur dan tunduk atas segala perintahMu. 

Di gedung yang saya tempati, ada 10 diantaranya adalah orang Indonesia. 1 orang Filipina dan 1 orang India. 7 orang Indonesia diantaranya sering kumpul bareng. Bersama 2 orang Indonesia dari gedung lain. Setiap malam sehabis maghrib, kami berkumpul bersama di kamar tamu seorang rekan yang tinggal di lantai satu. Ibarat kata, kamar ini menjadi markas bagi Bachelor Groups. Ada diantara kami yang memang pintar memasak. Sebut saja, Chef Agus, Chef Wisnu dan Chef Kamim. Merekalah yang bergiliran memasak. Kalau saya, Om Ria Budi, Cak Anton, dan Pakde Mahmudi, menjadi team support saja. Entah itu nggoreng krupuk, nggoreng bakwan, membuat sambal, nyiapin lalapan, atau nyiapin teh tubruk yang rasanya manis sedang.

Masing-masing mempunyai sumbangsih. Sedikit-sedikit ketika dikumpulkan maka menjadi satu menu makan malam yang sederhana namun terasa istimewa. Rasanya khas Indonesia, dicampur dengan obrolan-obrolan terkini seputar tanah air dan perantauan. 

Jadi, yang hidup membujang di negeri orang, tak perlu risau. Semua pasti ada suka dukanya. Nikmati masa-masa indahnya dan bersabarlah ketika sedang menghadapi masa-masa nggak enak. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

Ditulis di Qatar, 20 Agustus 2017


Friday, August 18, 2017

#MerantauKeQatar: KETEMU PEMBACA BLOG

Kamis sore sepulang kerja pagi, cuaca masih sangat panas. 42-44 derajat celcius. Keringat gampang sekali keluar ketika kita berada diluar gedung.

Memenuhi undangan pihak KBRI Doha untuk semua masyarakat Indonesia di Qatar, saya bersama kedua kawan segera meluncur ke komplek kedutaan di Salata Jadid, Doha. Sepanjang jalan AC kendaraan menyala terus. Semakin ke arah Doha, suhu udara yang terpampang di dashboard mobil terus meningkat. Dari 42 derajat ketika awal berangkat, hingga akhirnya 45 derajat sesampainya di Doha.

Kemarin saya sempat chat WA dengan seorang pembaca blog (Mas Asduki). Beliau mengajak ketemuan di KBRI jika memang saya jadi ikut upacara.

Sesampai di halaman kedutaan, suasana masih sepi. Sekitar 20 orang saja. Hanya para penjaja makanan di tenda bazaar yang mulai sibuk menata dagangannya. Aneka makanan khas indonesia tertata di meja-meja bazaar. Dari mulai nasi bakar, mie ayam, batagor, es buah, teh botol dan bermacam panganan khas Indonesia lainnya.

Waktu semakin sore. Tepat 10 menit menjelang jam 17:00, kami yang diluar gedung diminta masuk ke ruang utama KBRI. Para petugas upacara sudah bersiap dengan tugas-tugasnya masing-masing.
Komandan regu segera mengatur barisan peserta upacara. Pembaca acara (Mbak Ratih) terus memandu semuanya demi kelancaran dan ketertiban upacara. Tak lupa beliau mengingatkan kepada semua peserta upacara untuk menonaktifkan gadget selama upacara berlangsung. 

Tak lama kemudian, Yang Mulia Bapak Duta Besar hadir. Berjalan menuruni tangga dari kantornya yang berada di lantai dua. Sebagian peserta berbaris di tangga, disisi kanan dan kiri. Hal ini mengingat jumlah peserta upacara di ruang utama sudah penuh.

Acara demi acara peringatan HUT RI yang ke-72 berjalan khidmat, walau masih saja ada beberapa peserta upacara yang sibuk mengambil gambar. Entah itu memfoto atau merekam. Hmm...memang susah ya ngatur orang di era digital. Harusnya ini sudah menjadi kerjaan pihak media yang sore itu juga hadir meliput.

Bapak Basri mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Bapak Presiden pada sidang umum MPR 16 Agustus kemarin.

Toleransi sesama umat manusia juga harus dijaga terus. Agar benih-benih terorisme tidak akan tumbuh. Bersatu dalam perbedaan, itu pesan kuat Bapak Sidehabi.

Selepas upacara, akhirnya saya bisa ketemu langsung dengan Bapak Asduki. Kini beliau mendapatkan sebagai Hygiene Specialist di perusahaan milik pemerintah.


Sugeng dan Asduki
Setelah memperkenalkan beliau ke beberapa rekan saya, saya tiba-tiba disapa oleh seorang anak muda. Laki-laki. Beliau menjelaskan bahwa mereka adalah dulu yang pernah membaca blog JQ, bahkan sempat bertanya tentang beberapa hal.

Dia adalah Mas Zaki. Seorang mahasiswa program Master di Qatar Foundation (HBKU) bersama dua orang temannya, Mas Tumin dan Mas Aqdi. Ketiganya menerima beasiswa penuh di dua bidang ilmu yang berbeda. Mas Tumin belajar di Master Comparative Religion, sementara Mas Zaki dan Mas Aqdi di Master Islamic Studies.



Dari kiri ke kanan, Aqdi, Tumin, Sugeng dan; Zaki

Bahagia rasanya bisa bermuwah jahah. Yang tadinya hanya komunikasi via blog, email dan WA, sore itu kita bisa saling melihat satu sama lain. Indahnya silaturahmi yaa..!

72 TAHUN INDONESIA MERDEKA | KERJA BERSAMA.


Budi, Arief & Sugeng | 3 Indonesian Nurses in Qatar

Thursday, July 27, 2017

#MerantauKeQatar: NGLEKEB IN SUMMER

#MerantauKeQatar | Tak terasa, 27 Juni lalu tepat 9 tahun saya berada di negeri Qatar. Saat itu saya sedang tidak tinggal di Qatar, melainkan di tanah air tercinta. Berkumpul bersama keluarga. Menikmati libur lebaran, mudik di kampung halaman.

Jam 03 pagi, alarm jam becker berbunyi kencang. Kriiiiiiiiiiiiing!!!..Seperti biasanya. Sebuah wujud ikhtiar manusia agar bisa bangun sebelum azan subuh tiba. Badan rasanya berat untuk segera bangun. Yah..inilah tantangan hawa nafsu manusia. Yang terkadang malas bangun pagi. Karena rasa kantuk yang masih menggelayut di mata, saya tertidur lagi. Tidur-tidur ayam.

10 menit menjelang azan, saya segera bangkit dari tempat tidur, menggosok gigi dan mengambil air wudhu. Bersiap menunaikan dua rakaat sebelum subuh. Berharap Ridho Alloh dan balasan yang lebih baik dari dunia dan seisinya.

Bangun tidur dari ruangan ber-AC bagi saya terkadang tak terasa fresh. Tapi nggak ada pilihan lain. Suhu udara di luar lagi super panas dan lembab (nglekeb, begitu kata orang Jawa). Jarak masjid hanya 500 Meteran dari 'Kos-kosan' yang Saya tempati. Sepeda second hand merk Giant yang saya beli 3 tahun lalu selalu setia menemani. Sepeda warna biru ini saya beli dari kawan berkebangsaan Filipina, Mr. Benedicto.

Kayuh demi kayuh. Sambil menikmati suasana pagi yang masih sunyi. Lampu-lampu jalan dan taman masih menyala terang. Menerangi kawasan perkampungan karyawan di Dukhan - Qatar. Suara burung mulai bersahutan menyambut pagi. Rumput-rumput taman nampak hijau berselimut air yang berwarna keputihan. Mobil-mobil yang terparkir rapi di tempat parkir tak luput dari efek hawa udara yang begitu lembab. Body-body nya berkeringat layaknya seorang anak manusia yang habis lelah mencangkul.

Dengan jarak hanya 500 Meter biasanya tak ada keringat yang muncul, tapi kali ini beda. Energi yang keluar memang tak seberapa. Tapi kelembaban udara yang tinggi menyebabkan metabolisme tubuh meningkat dan keringat pun gampang bercucuran. Inilah kelembaban udara di musim panas. Sebagai sebuah pertanda akan datangnya perubahan suhu udara. Semakin meningkat atau sebaliknya, menurun.

Setiba di Masjid, beberapa kendaraan dan sepeda onthel sudah terparkir di tempatnya. Sandal-sandal sebagian tertata rapi di rak-rak sandal dan sepatu. Sebagian lagi tergeletak begitu saja di depan pintu masuk masjid. Seperti pemandangan yang terkadang kita temui di masjid-masjid lainnya. Begitu masuk ke ruang utama masjid, hmmmm...ademnya. Ya, karena masjid-masjid di Qatar semuanya memiliki pendingin udara, baik yang split maupun sentral.

Hamparan karpet merah begitu indahnya. Warna merahnya tidak menyilaukan. Menyejukkan mata yang melihat. Laksana kemewahan menyambut Tamu Raja. Istimewa.

Garis-garis shaf yang tercetak dalam karpet masjid berisi ornamen segi delapan. Dalam situs isains.com dijelaskan secara rinci:
Dalam literatur Islam dikenal sebagai Rub el Hizb yang direpresentasikan dalam bentuk dua kotak tumpang tindih, dimana simbol ini juga ditemukan pada beberapa emblem dan bendera. Dalam bahasa Arab, Rub artinya 'yang keempat, kuartal', sementara Hizb artinya kelompok atau partai.
Pada awalnya simbol ini digunakan dalam Quran yang dibagi menjadi 60 Hizb atau 60 kelompok dengan panjang kira-kira sama. Simbol ini menentukan setiap seperempat Hizb, sementara Hizb merupakan satu setengah dari juz. Tujuan utama penggunaan simbol ini sebagai sistem pemisah untuk memfasilitasi pembacaan Al-Qur'an, tidak lebih. Selain itu, simbol ini juga digunakan sebagai penanda untuk akhir bab dalam kaligrafi Arab. 
Photo by +Sugeng Bralink 

Lampu-lampu masjid menyala begitu terang. Menyinari seisi masjid. Kitab-kitab suci AlQuran tertata begitu rapi di rak-rak buku. Memudahkan jamaah yang ingin mengisi waktunya dengan membaca kitab suci. Tepat di depan shaf pertama, terdapat AlQuran yang ditata diatas rak-rak baca (dudukan buku). Kotak-kotak tisu tertata berjejeran dengan rak-rak berisi AlQuran itu. Rapi dan indah.

Dibandingkan dengan besarnya masjid, jumlah jamaah subuh memang tak terlalu banyak. Maklum saja, masjid ini adalah masjid Jami' yang biasa dipakai Sholat Jum'at. Makanya jangan heran, ketika hari Jum'at penuh jamaah, namun di sholat 5 waktu jumlah jamaahnya berkurang.

Imam Sholat berasal dari Indonesia. Namanya Ustadz Masfur. Beliau adalah salah satu karyawan Awqaf (semacam Kementerian Agama di Indonesia). Beliau ini asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bertugas sebagai Muadzin yang memiliki hafalan AlQuran minimum 10 Juz. Kali ini berfungsi ganda, selain sebagai Muadzin, beliau juga mengimami Sholat Jamaah. Karena Imam nya sedang cuti ke India. Ini kadang terjadi. Bergantian dengan kawan sesama karyawan Awqaf.

Hikmah pagi ini adalah teruslah bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan olehNya. Berbahagialah orang-orang yang bisa bangun pagi, menunaikan dua rakaat sebelum subuh dan berjamaah di masjid. Betapa besar nikmat yang diterimanya. Nikmat yang melebihi dunia dan seisinya. Inshaa Alloh.

Ditulis di Qatar, 27 Juli 2017 05:18 AM