Sunday, August 03, 2014

Mudik, Tradisi Mahal Yang Dikangeni

Masjid Khatiya - Qatar @sugengbralink 2014


Ramadan belum lagi tiba, orang-orang muslim Indonesia sudah disibukkan memesan tiket transport untuk libur lebaran nanti. 90 hari sebelum hari H, PT.KAI sebagai penyedia layanan publik Kereta Api sudah membuka lapaknya. Dari counter yg online maupun offline.

Website penyedia jasa booking hotel, paket liburan, tiket pesawat, tiket kereta mulai dibanjiri peminat jauh-jauh hari sebelum hari raya tiba.

Yang di dalam negeri hingga diplomat dan TKI di luar negeri ramai-ramai berburu tiket agar bisa menikmati ramainya hari raya di kampung halaman. Tingginya harga tiket seolah tak pernah menjadi soal bagi para pemudik. Harga tiket yang mahal dianggap sebagai ongkos yang harus dibayar di momen istimewa setahun sekali ini.

Bukan hanya harga transportasi yang naik tuslahnya, harga-harga barang kebutuhan pokok juga ikutan naik. Ketika memasuki ramadan, harga barang mulai naik. Harga-harga makin meroket ketika lebaran semakin mendekat.

Hari-hari terakhir bulan ramadan seharusnya digunakan sebagai hari-hari peningkatan amal ibadah. Hari-hari terakhir ramadan seharusnya digunakan untuk I'tikaf, malahan banyak umat yang sangat disibukkan dengan belanja berbagai macam kebutuhan. Beli baju baru, parcel, kue lebaran, pengecatan rumah dan segala pernak pernik menyambut hari raya idul fitri.

Tak peduli banyaknya uang yang dikeluarkan. Tak peduli macetnya jalanan. Masing-masing sibuk demi penyambutan libur lebaran. Tabungan terkuras tak menjadi soal.

Transportasi darat, laut dan udara sibuk semuanya. Semua dipadati penumpang. Bangku penumpang yang biasanya nggak penuh di hari-hari biasa, saat H-7 mulai dipenuhi penumpang. Jam penerbangan kadang tertunda karena saking ramainya lalu lintas udara.

Mahalnya biaya mudik tak ada yang pernah peduli. Boleh saya bilang bahwa semua meng-amini kalau mudik itu asyik. Mudik itu unik. Mahal tak pernah jadi soal. Yang penting bisa ketemu keluarga, sanak saudara dan tetangga. Bahkan bisa ketemu teman lama.

Indonesia dengan penduduk 240 jutaan saat ini adalah negara yang mempunyai tradisi mudik. Tradisi yang nggak tau kapan bermulanya.

Haruskah silaturahmi keluarga dilakukan hanya di bulan syawal?
Haruskah mengeluarkan ongkos yang mahal hanya untuk mudik?
Tidakkah hari lain untuk saling bermaafan, ketemu keluarga, sanak saudara dan tetangga ?
Haruskah menghabiskan waktu dan bahan bakar berliter-liter ditengah jalanan yang super macet?

Pertanyaan-pertanyan diatas saya sampaikan bukan karena saya gak mudik tahun ini. Tapi sekedar perenungan tentang tradisi mudik yang sudah berlangsung lama di negeri kita. Silahkan dijawab dan dianalisa sendiri pertanyaan dan jawabannya.

Dukhan, 2 Agustus 2014
Nite shift DMC
@sugengbralink

No comments:

Post a Comment